.
.
.
.
Luhan memperhatikan Chanyeol yang baru masuk ke kamar dari pinggir ranjang. Mengkerut heran dahinya, kemana pikiran Chanyeol? dari derap langkah kakinya, suaminya sangat kelelahan, dan banyak pikiran yang tidak tuntas dari luar sehingga dia membawa bebannya, dan menumpangkannya sementara dibahunya.
"Kau pulang tidak menyapaku? padahal ini kamarku." ujar Luhan berdiri dari pinggir kasur, mendekati Chanyeol yang sedang membuka jasnya.
"Oh maaf. aku tidak tahu kau di sana." senyum Chanyeol melonggarkan dasinya.
Menyisipkan lengannya dipinggang Chanyeol, Luhan menumpukan dagunya dipunggung suaminya.
Chanyeol tidak dapat menahan senyumnya, kelakukan isterinya membuatnya bertanya. "Ada apa denganmu?"
Luhan menyamankan kepalanya dipunggung Chanyeol, mengeratkan pelukannya. "Baekhyun mengunjungiku siang tadi."
Luhan dapat merasakan ketegangan lewat dari aliran darah Chanyeol. "lalu?" Namun Chanyeol terlalu cepat menanganinya menjadi kembali normal.
"Dia ingin mengambilmu dariku. Dia sudah berubah, dan ingin kembali padamu." Ekspresi Luhan berdenyut tidak bermakna dalam seperkian detik. Luhan tersenyum sehalusnya begitu Chanyeol berbalik padanya.
"Kau tidak marah?" Chanyeol mengamati dengan alis yang memincing, bingung.
Luhan tidak menaruh tanggapannya segera, selain membuka kancing kemeja Chanyeol sampai menyisahkan satu bagian terbawah. "Aku ingin marah, dan mengusirnya dari rumahku." Menggantung kalimatnya, menjentik reaksi Chanyeol. Dia tidak menemukan sesuatu yang menarik untuk didebatkan. Dia tenang menyikapinya.
"Kau tidak marah? aku sudah membuat Baekhyun menangis, mungkin." Luhan menyentak bahunya, seolah olah dia memang menyukai kerjanya.
"Apa yang kau katakan padanya?"
"Oh, apa kau sedang mencemaskannya. Silahkan temui dia sekarang. Aku tidak menghalangimu.." senyum Luhan kalem.
Chanyeol menghela napas, "Luhan..." memegang bahunya, raut isterinya membuat suasananya tidak baik. "Aku hanya mencemaskanmu. Aku takut ketika Baekhyun datang membawa berita yang dapat mempengaruhimu."
Luhan menurunkan tangan Chanyeol, "Kenapa kau menanggungnya lagi dengan kebohongan."
Chanyeol tidak mengerti, "Apa maksudmu?"
"Kau sedang banyak masalah, sehingga otakmu menolak membicarakannya. menyebalkan." Luhan beranjak namun dicekal Chanyeol
Menyeringai.
"Aku tidak mengira kau akan cemburu padaku." Chanyeol berujar atas spekulasinya yang percaya diri. Dia mengalungkan lengannya kepinggang Luhan dari belakang. Menaruh dagunya diatas bahu Isterinya.
"Apa yang kau katakan, aku..." Luhan terdiam, Chanyeol menggigit pipinya.
"Chanyeol!!"
"Bisa kita melanjutkan apa yang gagal tadi pagi, sayang." Chanyeol menggesekkan hidungnya dileher Luhan.
Luhan menggeliat, "Aku tidak bisa melayanimu... lepaskan."
"Kenapa? kau marah padaku hm?" Chanyeol menciumi pipi Luhan.
Luhan memejamkan matanya geram, "Apa setiap ada masalah kau akan melampiaskan dengan kebutuhanmu."
"Kau sedang hamil, aku akan memaklumi emosimu buruk padaku, dan pikiranmu juga sensitif." Chanyeol memutar Luhan menghadapnya. Tersenyum dalam sambil mengelus tepi pipi Luhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny || TAMAT
FanfictionMature Area 🔞✔ Dua orang yang berbeda pandangan dipersatukan dengan Pernikahan. Luhan mengatakan, Pernikahan mereka terjadi karena takdir. Park Chanyeol berpendapat, Pernikahan mereka adalah pembodohan. Apakah Park Chanyeol percaya pada pilihan tak...