Chapter 20

1.7K 194 30
                                    

.

.

.

Chanyeol menatap penampilan Luhan malam ini, dia sedikit menyesal telah membeli pakaian yang dibandrol mahal dari butik perancang ternama di Seoul. Dia seharusnya menyiapkannya yang lebih feminin. Pakaian Luhan tidak bisa menguatkannya. Dan, dia lebih memilih menjadi lelaki yang konservatif malam ini, gaun mahal ini detailnya bukan indah, melainkan tampak seksi dibahu Luhan. Keadaannya yang mengandung tidak menutupi kelebihan tubuh Luhan. Keseksian tetap hal yang dipresentasikan oleh milik perancang Prada ini. Luhan seolah mengekspose dirinya dengan sensual, padahal gaunnya memang dirancang khusus untuk hamil.

Chanyeol tidak bisa duduk santai lagi di sofa, dia sedang menunggu Luhan selesai merias wajahnya. "Jam berapa pesta dan akadnya dimulia, sayang?" Luhan meratakan warna lipstik dibibirnya.

"Satu jam lagi." Chanyeol menyahut acuh tidak acuh.

Luhan mengerutnya dahinya samar, dia memutar kepalanya. "Kenapa denganmu? Kau tidak bersemangat."

"Ya, aku tidak ingin pergi ke sana." Emosinya meluncur.

"Chanyeol, kenapa kau berubah pikiran? Kau baik baik saja tadi sore." Luhan memakai kalung berliannya, itu dibelikan Chanyeol waktu perjalanan bisnis ke Singapura. "Apa kau tidak siap melihat pernikahan, Baekhyun." Sinis Luhan dengan senyum manis yang muncul di cermin.

Chanyeol menggeram, "Luhan.."

"Jangan berulah sayang. Kita sudah di undang." Maxi Dress berwarna zamrud itu sangat cocok untuk warna kulit Luhan. Dan Chanyeol semakin tidak menyukai bagaimana gaun itu sangat menarik, meskipun istrinya tidak bermaksud terlihat menarik, ukuran dada Luhan berubah, dan tertahan diatas rata rata, ketagorinya tidak akan menjadi wanita standar, kecantikan Luhan berlimpah malam ini.

"Kau tidak melihat bagaimana emosiku? Aku tidak menyukai bagaimana kau begitu cantik." Chanyeol bergegas mendekati Luhan.

"Itu membosankan. Jangan memujiku disaat aku sedang hamil, Chanyeol." Luhan merapikan dasi Chanyeol, pandangan suaminya mencoba mendominasiya malam ini.

"Kita berangkat, atau Baekhyun akan marah karena kita datang terlambat. simpan kekagumanmu sampai kita pulang dari pernikahan Baekhyun." Luhan tersenyum menggandeng lengan Chanyeol.

"Mari..."

"Tapi, kau harus tahu. Tidak ada gaun yang lain lagi." Chanyeol menahannya.

"Kenapa kau mempermasalahkan gaunku? Kau sendiri yang merekomendasikan nama perancangnya padaku. Dan aku menyukai hasil tangannya, begitu detail dan cocok untukku. Dan aku ingin menghadiahkan satu ciuman manis dipipimu." Luhan menggoda Chanyeol, atau Chanyeol tidak akan berhenti mempermasalahkan gaunnya yang sudah percaya diri melekat ditubuhnya.

"Kita harus pergi."

"Tapi..." Chanyeol menahan pinggang Luhan. Perut Luhan menekan perutnya yang berotot dari hasil olahraga teratur. "Kau belum menciumku."

Luhan terbahak, antingnya yang besar itu bergoyang goyang pada saat dia menjinjit tumitnya yang tingginya lima senti. Luhan mencium pipi Chanyeol.

"Ayolah, aku memang tidak ingin mencium bibirmu. Karena aku yakin, kau tidak akan selesai."

Chanyeol harus rela mendesis karena tidak mampu mengalahkan argumen isterinya malam ini.

"Mari kita pergi."

.

.

.

Kategori konsepnya termasuk mewah dan fantatis.

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang