Chapter 13

2.1K 271 36
                                    

.

.

.

.

.

"Apa aku boleh masuk?"

Beralih dari surat kabar di atas pahanya, Luhan menegak lehernya, lalu tersenyum menyambut tamunya, "Silahkan masuk, Sehun-ssi." Luhan bangkit dari sofanya, Sehun melerai.

"Tetaplah duduk." Sehun menghampiri Luhan.

Luhan mengangguk dan kembali duduk, memindai surat kabar pagi yang semula dipangkuannya ke meja.

"Untukmu?" Sehun membawa sebuket bunga lily merah.

Hangat Luhan tertawa, "Terimakasih telah memberiku bunga."

"Kenapa?" Sehun mengambil tempat duduk didepan Luhan.

"Ini cantik,menurutku tidak baik membicarakan bagaimana kekurangan suamiku." Luhan bergurau, mengelus kelopak bunganya.

"Apa suamimu tidak romantis?" Goda Sehun.

Luhan menaikkan bola matanya sejajar dengan garis mata Sehun, "Tidak, kau lebih romantis." Akunya nampak setengah serius.

Sehun tergelak, "Seharusnya kau menceraikannya."

Gantian yang Luhan terbelalak, lalu tertawa menutup mulutnya, "Tidak tidak, Sehun-ssi. Kau memang romantis dari suamiku, tapi aku sangat menyayanginya."

Sehun mendesah, pura pura kecewa. "Hanya sekali pertemuan, tidak mungkin merubah hati seseorang."

Senyum Luhan perlahan lahan hilang dari gurauan mereka, Luhan mengangkat kelopaknya dari bunga ditangannya. "Apa kau mengunjungiku karena kau menyukaiku?" Luhan seperti serius mempertanyakan ini.

Sehun tertawa kecil, "Tenang, aku tidak akan berharap pada wanita yang sudah bersuami. Aku sedang mencoba jujur pada apa yang kualami setelah bertemu denganmu. Semalam aku dibuat gelisah, aku duduk tidak tenang, aku minum wine tidak mendapatkan kenikmatan, dan kau harus percaya, aku sulit tidur karena tidak bisa menghalau pikiranku dengan pertemuan singkat kita."

Luhan tidak bisa tersenyum sebaik tadi, suasana berubah drastis menjadi canggung. "Sehun-ssi, aku sangat berterimakasih pada kebaikanmu, dan tentang perasaanmu, Maaf telah membuatmu gelisah." imbuh Luhan menyesal telah mempersulit Sehun meski tidak dalam sengaja.

Sehun bangkit dari duduknya, dan menghampiri Luhan.

Luhan tidak suka reaksinya, kenapa dia tersetrum gugup ketika Sehun berlutut didepannya. "Sehun-ssi apa yang kau lakukan?"

Sehun sedikit tersenyum, "Aku ingin mengajakmu berkencan meski hanya satu hari saja."

Tangan Luhan yang menggenggam bunga dipangkuannya gemetar tidak seharusnya. Dia merasakannya, hati Sehun itu dalam menembus dinding jantungnya, namun keadaan dan situasinya tidak mampu membalasnya tapi Luhan menghargainya. Yah, pertemuan pendek mereka membukukan momen istimewa untuk dikenang.

"Maaf aku tidak bisa mengabulkannya." Tolak Luhan tertekan hati hati.

Sehun mengangguk ringan, dan dia sudah tahu konsekuensinya akan ditolak, dia sudah bersyukur Luhan mengetahuinya tanpa tersulut emosi. Dia pikir akan sulit, namun dugaannya meledak diluar perhitungannya. Sehun sudah cukup lega memberitahu perasaannya tanpa harus tergantung resah sampai aktivitasnya terseret kedalam masalah pribadinya, dan menurutnya sudah cerdas menyelesaikannya daripada menampung resikonya. Mungkin Ini lebih bijak hanya tertuju pada reputasinya, dia menolak jadi pecundang, dia hanya mencegah gangguan yang tidak putus setelah membawanya tenggelam dimakan kebodohannya.

Our Destiny || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang