Chapter 22

6.7K 280 81
                                    

Dengan air mata yang sudah tidak keluar lagi, Beomgyu menatap kosong ke arah dua gundukan tanah merah yang masih basah di depannya.

Pemakaman sudah selesai dari setengah jam yang lalu dan anak itu masih tetap setia berada di sana. Bersama Jimin dan Rosé yang juga ikut menaburkan bunga di ketiga makam tersebut.

“Beomgyu, kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya.” ujar Jimin berbela sungkawa, Beomgyu mengangguk dan melemparkan senyum tipisnya.

“Terima kasih banyak, Mas. Untuk masalah ini, kalian berdua jangan takut. Kalian tidak akan terlibat, aku sudah membungkam media agar hal ini tidak menjadi konsumsi publik.” ia memakai kembali kacamata hitamnya lalu melanjutkan.

“Dan aku minta kepada kalian, tolong jangan membahas apapun di kanal youtube kalian mengenai tragedi ghaib di keluargaku ini. Aku tidak mengizinkannya.”

Rosé mengangguk. “Kami mengerti, kau tidak perlu khawatir. Kalau begitu kami permisi. Yang tegar ya, Gyu. Kami berdua yakin kau lelaki yang kuat.”

“Ya, sekali lagi terima kasih banyak, Mbak.”

“Sama-sama. Jangan terlalu larut dalam kesedihan, kelak kau akan berkumpul kembali dengan mereka semua dan membangun keluarga yang utuh.”

Beomgyu hanya merespon seadanya, dan ia tidak sadar kalau dari tadi Jimin terus saja melihat ke arah pohon besar yang berada di sudut pemakaman.

Sementara itu tak jauh dari sana, nampak pihak keluarga masih sabar menunggu Beomgyu yang masih belum beranjak dari makam keluarganya.

“Mereka siapa?” Jisoo berbisik-bisik kepada Soobin saat Jimin dan Rosé melewati mereka semua di sana dengan pakaian serba hitamnya. “Wajahnya nampak familiar tapi Mamah lupa pernah lihat di mana ya?”

Soobin menunduk, kasihan juga ibunya itu dari tadi jinjit-jinjit terus demi bisa berbisik di telinganya. “Di youtube bukan, Mah? Mereka youtuber, JiRosé Park namanya.”

“Nah iya, itu! Tapi bukankah mereka youtuber yang membahas masalah ghaib? Terus kenapa mereka bisa ada di pemakamannya Taehyung dan Jennie?”

Soobin mengedikkan bahunya tanda tak tahu. “Entah? Sudahlah, Mah. Tak perlu dipikirkan.”

Acara bergosip dokter spesialis kecantikan dan calon dokter itu akhirnya terhenti juga. Sekarang gantian sang dokter spesialis bedah saraf yang tak lain dan tak bukan adalah sang kepala keluarga yang tiba-tiba menyeletuk seenak jidat.

“Aku akan mengambil hak asuhnya Beomgyu.”

Jungkook mengerutkan keningnya dan lantas menatap sang kakak tertua dengan nyalang. “Astaga, Mas Seokjin! Pemakaman baru saja selesai beberapa saat yang lalu. Jangan dulu membahas hal itu.”

“Terserah, yang jelas aku akan tetap membawanya. Beomgyu akan menjadi putraku dan Jisoo. Soobin juga sudah setuju akan hal ini.”

Jungkook melepas kaca mata hitamnya, ia tersenyum miring dan melipat kedua tangannya di dada. “Kenapa kau sangat ngotot begini, Mas?” tanyanya heran.

Soalnya yang ia tahu Seokjin itu tidak seperti ini. Dibandingkan Taehyung, Seokjin itu lebih apatis, dia hanya fokus dengan pekerjaannya dan rumah sakitnya yang berstatus terbaik nomer satu di dalam negeri tersebut. Tapi kenapa tiba-tiba dia menginginkan hak asuh Beomgyu seperti ini? Jungkook rasa ini ada yang aneh, ia jadi curiga.

“Oh, atau jangan-jangan kau menginginkan Beomgyu karena dia satu-satunya ahli waris dari seluruh harta kekayaan Mas Taehyung dan  Mbak Jennie?!”

Sret!

Seokjin langsung menarik kerah jas hitam Jungkook yang sontak membuat kedua anggota keluarga itu kalang kabut berusaha melerai.

“Jaga mulutmu, Jungkook!” telunjuk kejam Seokjin teracung tepat di hadapan hidung bangir adik bungsunya. “Jangan menuduhku sembarangan seperti itu! Aku kakak tertuamu!”

Plak!

Jungkook menepis kasar telunjuk itu, emosinya benar-benar tersulut. “Aku tidak menuduhmu, tapi gelagatmu yang menunjukkan itu semua. Ketamakkanmu itu benar-benar jelas terlihat.” cekalan pada kerah jasnya dihempaskan dalam sekali hentak.

“Intinya aku tidak akan membiarkan Beomgyu ikut dengan orang sepertimu! Sudah cukup selama ini dia menderita, aku tidak ingin dia kekurangan kasih sayang lagi. Aku dan Lisa yang akan mengurusnya.” tegasnya kemudian.

Lisa setuju dengan suaminya. “Ya, aku dan Jungkook sudah sepakat. Kami yang akan membawa Beomgyu. Kami yang akan mengurusnya tanpa melihat seberapa banyak harta kekayaan yang diwariskan kepadanya.”

“Siapa yang ikut siapa, hmm?”

Mereka semua terperanjat karena tiba-tiba orang yang mereka ributkan sudah ada di sana entah dari kapan.

“Sebelumnya terima kasih kalau kalian semua benar-benar ingin merawatku. Tapi aku sudah dewasa dan sudah terbiasa hidup sendiri bahkan jauh sebelum ini. Aku tidak akan ikut dengan siapapun. Aku hanya mau ikut dengan keluargaku saja.”

Setelah mengatakan hal itu, dengan langkah gontai Beomgyu langsung berjalan menuju mobilnya. Soobin yang menangkap dengan cepat respon agak janggal itu segera menahannya.

“Tunggu dulu, kau mau ke mana?”

“Pulang, ke mana lagi memangnya?”

“Biarkan aku yang menyetir, oke?”

Beomgyu mengangguk lemah, ia menyerahkan kunci mobilnya kepada Soobin. Taehyun yang melihat hal itu langsung mendekat.

“Aku ikut kalian ya?” pintanya.

Lagi-lagi Beomgyu memberikan anggukan lemahnya. “Ya, ayo.”

Sampai akhirnya mobil hitam itu menghilang di balik gerbang pemakaman, kini Jungkook dan Seokjin malah kembali bersitegang mempermasalahkan hak asuh.

Taehyung yang sedari tadi menyaksikan semuanya dari bawah pohon besar di sudut pemakaman itu mengusap wajahnya frustasi.

“Oh, hebat! Aku mati dan orang-orang di sekelilingku mulai menunjukkan sifat aslinya. Mas Seokjin benar-benar ingin harta kita berdua, Jane! Aku tahu dia tidak menginginkan Beomgyu!”

Jennie memeluk lengan suaminya itu dan menyandarkan kepalanya di sana. Taehyung nampak berkaca-kaca, mungkin ia kasihan melihat Beomgyu dan miris karena saudaranya malah meributkan hal lain di saat belum ada satu jam ia dan Jennie dikuburkan.

“Jujur saja, Mas. Dibanding Mas Seokjin, aku lebih suka kalau hak asuh Beomgyu diberikan kepada Jungkook dan Lisa. Aku tahu Jungkook dan Lisa itu lebih tulus.”

“Ya, kau benar, Sayang. Tapi kalau aku boleh egois, aku ingin mengambilnya juga agar dia bersama-sama kita di sini.”

Yeonjun yang awalnya kurang kerjaan memperhatikan ulat di atas rumput itu langsung geger begitu mendengar celetukan ayahnya barusan.

“Kalau begitu ayo kita buat Beomgyu mati tergilas tronton seperti aku mati dulu, Pah, Mah!”

Karina yang juga berada di sana seketika melotot dan nafsu ingin menjitak kekasihnya. “Kenapa pikiranmu itu kriminal sekali, Yeonjun?! Aish, kau ini!”

“Sayang, aku tidak kriminal. Justru aku berbaik hati ingin membebaskan adikku dari segala macam belenggu derita ini.”

“Yeonjun benar, Karina.” Taehyung ikut menimpali. “Sepertinya itu ide yang bagus.”

Karina seketika mendatarkan wajahnya. Ini laki-laki dua ternyata satu frekuensi pikirannya. Mentang-mentang ayah dan anak.

Dasar psikopat.

























































.

.

.

TBC

ta mátia || Taennie ft. YeonRina [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang