Warning!
Little bit mature
--------------------------"Hei"
Sapa seseorang dengan deheman berat. Cewek yang berdiri sambil memandangi ponselnya itu seketika menoleh ke belakang melihat siapa yang menyapanya. Elva tersenyum mendapati lelaki tersenyum awkward sambil menggaruk tengkuknya.
"Lo barusan nyapa gue?"
Tanya Elva dengan wajah keheranan. Tidak seperti biasanya Derrick menyapa Elva. Tidak biasanya pria itu menyapa siapapun. Elva menaikkan sebelah alisnya dan terkekeh. Dia menepuk bahu kiri Derrick yang besar.
"Hahahah, aneh si. Tapi gue suka" kata Elva lalu mengajak Derrick duduk.
Pria besar itu duduk di bangku sebelah Elva. Mereka berbincang agak lama sampai seorang dosen masuk. Mereka mengikuti kuliah dengan hikmat. Beberapa kali Derrick melempar senyum pada Elva dan mengajak bicara sebentar.
Memang sedikit aneh menurut Elva, tapi baguslah Derrick mulai membaur dengan dirinya. Sebelumnya pria itu hanya diam memperhatikan dosen dengan wajah datar di bangku pojok. Entah dorongan seperti apa yang mempengaruhinya sehingga Derrick bisa tersenyum sebanyak hari ini.
Sepanjang hari mereka mengobrol bersama. Bahkan Derrick membayar makan siang untuk Elva. Beberapa kali mereka berdua bertemu Aldo, lelaki culun yang bucin setengah mati terhadap Elva. Elva yang risih pun berusaha menjauhi Aldo dengan bantuan Derrick.
"Emm, Elva" panggil Derrick membuat Elva berhenti melangkah.
"Iya? Kenapa?"
"Nanti malem keluar yuk"
××
Vicky berjalan mondar mandir didepan kamar Elva sedari tadi. Pasalnya gadis itu terdengar sedang berbicara lewat telepon dengan nada bicara yang manis. Samar samar Vicky juga mendengar suara lelaki di telepon.
Cowok itu khawatir Elva sedang didekati lelaki lain di kampusnya. Dia takut Elva menyukai yang selain dirinya. Sesekali Vicky juga mendekatkan telinganya ke pintu kamar untuk mendengar percakapan lebih jelas. Cowok itu mendengar Elva tertawa, sepertinya gadis itu senang mengobrol dengan lelaki di ponsel.
Jujur Vicky tidak suka. Dia ingin semua perhatian Elva untuknya. Hanya untuknya dan tidak boleh dibagi kepada siapapun. Vicky kemudian duduk di sofa ruang tengah yanv berdekatan dengan kamar Elva.
Beberapa lama kemudian Elva membuka pintu kamarnya dan memandang kedepan mendapati seorang pria duduk di sofa dengan tatapan menyeramkan. Mata Vicky mengeluarkan glance yang sangat berbeda dari biasanya. Melihat itu, Elva memasukkan handphone nya ke kantung piyama lalu menatap Vicky dengan senyuman.
"Lo kenapa kak?"
"Lo yang kenapa"
Elva mengernyit sambil memiringkan kepalanya. Dia melangkah maju mendekati Vicky yang masih dengan wajah marah. Cewek itu mengusap rambut tunangannya yang sedang menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Mau gue bikinin kopi?"
Kata kata Elva tidak digubris oleh Vicky. Cowok itu malah menggenggam tangan Elva dan menyingkirkan itu dari kepalanya perlahan. Dia beranjak berdiri lalu melangkah pergi meninggalkan Elva sendiri.
"Kak? Lo kenapa sih?" panggil Elva
Vicky terus melangkah dan tidak mau berbalik melihat Elva. Cowok itu takut kemarahannya akan berujung kekerasan pada tunangannya. Tapi bukan Elva jika tidak nekat. Gadis itu mengejar Vicky dan menarik tangan cowok itu.
"Kak Vicky!" panggilnya kemudian Vicky berbalik menghadap gadisnya.
Selang dua detik, Vicky menarik Elva lalu mencium bibirnya dengan nafsu yang membara. Dia mendorong Elva ke dinding dan terus menciumnya. Elva yang kewalahan hanya mencoba membalas dengan kemampuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit
Romance"Pokonya kalian harus nikah sesegera mungkin!" "Papa! tapi kita tu sepupu!" "Ya kalian tau kalian saudaraan, tapi kalian ngelakuin itu!" "Papa! Ini salahpaham, itu tu cuma-" "Oke om, kapan kami mau dinikahkan?" ×× "Vicky! Lo apaan sih?!" "Sst.. lo n...