33. Five days

2.4K 68 14
                                    

Lima hari berlalu dengan tidak mengenakkan. Elva hanya berdiam dikampus, dirumah, maupun dikamar. Tidak ada yang berbicara padanya kecuali Rora. Gadis itu beruntung punya sahabat sebaik Rora.

Suaminya tidak pernah dirumah, dia berangkat kerja pagi pagi sekali dan pulang larut malam. Cowok itu juga mengabaikan Elva, tidak berbicara padanya selama lima hari terakhir ini. Elva mencoba menjelaskan dan berbicara pada Vicky, tapi nihil hasilnya.

Karena adegan ciuman Derrick dengannya lima hari lalu, dia juga menjauhi Derrick. Pria itu berkali kali menelponnya dan mengirim pesan atau surel, tapi Elva tidak mempedulikannya. Derrick merasa bersalah, tapi di satu sisi dia juga tidak mengerti apa yang terjadi dengan perubahan sikap Elva.

Rutinitas Elva ke kampus juga diawasi Gio. Gadis itu sedang menjalani UAS sekarang ini. Berangkat dengan Gio dan pulang dijemput. Jadi dia tidak punya kesempatan hang out dengan Derrick lagi seperti dulu.

Kegiatannya juga sangat sederhana, belajar, ngampus, dan menunggu suaminya pulang setiap malam. Hanya itu kegiatan yang menurutnya sangat penting untuk hidupnya. Tapi seperti sia sia, Vicky tidak pernah mau berbicara pada istrinya.

Elva tau, sakit hati yang dialami Vicky sangat dalam. Tapi setidaknya biarkan Elva meminta maaf dan menjelaskan. Setelah itu Vicky boleh mengacuhkan Elva sepuasnya. Hari terakhir mereka berbicara adalah saat Vicky pulang dari bar dengan keadaan mabuk kemudian mereka berakhir main ranjang dengan amarah.

Sekarang, setiap malam Elva memaksa matanya agar tidak tertutup demi menunggu suaminya pulang. Setelah itu dia bisa tidur walaupun tidak ada pengaruhnya bagi Vicky. Cowok itu memilih tidur di kamar lain daripada menemani istrinya di kamar mereka.

Jika melihat itu, Elva menangis. Dia merasa sangat kotor sehingga suaminya sendiri tidak ingin tidur disampingnya bahkan berbicara satu kata pun padanya. Dia sadar, dia telah menyakiti dan menghancurkan orang yang selama ini ada untuknya.

Kalau dihitung hitung, Elva banyak sekali berhutang pada Vicky. Tapi Vicky tidak menuntut apapun dari gadis itu.

Ya, walaupun Elva sebenarnya cape sih hidup gini gini aja. Sepulang ngampus tadi, Gio yang menjemputnya. Tapi kemudian pria itu pergi lagi entah kemana. Sekarang hampir jam lima sore, dia sudah memasak untuk makan malam, membersihkan rumah, dan mencuci baju kotor.

Baru saja dia selesai mandi kemudian memotong kukunya. Pekerjaan selanjutnya adalah belajar untuk menghadapi UAS besok sampai makan malam tiba, menghubungi Rora untuk belajar lagi sampai larut malam. Dan dia akan tidur setelah suaminya sampai dirumah.

Tok tok tok
Terdengar ketukan pintu dari luar. Elva yang sedang mengeluarkan binder nya dari tas kemudian melengos menghampiri sumber suara.

Gadis itu melangkah keluar kamar dan menuruni tangga. Perlahan dia membuka pintu untuk mempersilahkan tamunya masuk.

Setelah dibuka, seketika dia terkejut. Wajah tampan yang tak asing baginya itu berdiri tepat didepannya. Elva gugup saat mata mereka bertemu.

"Elva" katanya membuat Elva buru buru menutup pintunya. Tapi cowok tadi tidak menyerah, dia menahan pintunya ingin berbicara dengan Elva.

"Lo kenapa sih ngehindarin gue?"

"Derrick, gue ga bisa ngomong sekarang. Mending lo pulang aja deh" kata Elva mencegah Derrick masuk ke rumahnya.

"Gue mau minta maaf yang kemarin. Gue bakal jelasin ke abang lo"

"Gausah jelasin apa apa. Gue gapapa, cuma bukan waktu yang tepat buat ngomong"

Derrick berhenti mendorong. Dia hanya berdiri disana dan menatap mata Elva. Sudah beberapa hari dia tidak melihat tawa perempuan itu. Elva hanya bergeming lalu menghindar saat Derrick mengajaknya bicara di kampus.

RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang