46. Propose

3K 77 10
                                    

"Elvaaa tatain rambut gue dong!!"

Pagi pagi sekali teriakan Rora sudah memenuhi kamar kosong dirumah Elva yang sekarang berubah menjadi ruang ganti. Gadis itu sudah memakai dress sky blue nya yang ia beli kemarin bersama Elva.

Elva yang baru saja selesai dengan make up nya kemudian menghela nafas sambil melirik sahabatnya itu. Dia berdiri lalu memposisikan diri dibelakang Rora dan mulai menata rambut gadis korea itu dengan lihai.

"Ntar gue tatain punya lo" kata Rora sambil tersenyum pada Elva melewati cermin besar didepan mereka.

"Iya iyaa" balas Elva mengiyakan.

"Eh, Jae gimana? Jadi dateng?" tanya Elva memastikan. Pasalnya kemarin Rora bercerita dengan kecewa soal Jae yang belum pasti kedatangannya.

"Ya lo mikir lah. Ini udah sejam lagi acara, dia ga bakal dateng"

"Dia sibuk kali Ra. Biarin aja"

"Huft, yaudah lah ya gue juga udah bodoamat. Emang nasib LDR kan begini" pasrah Rora.

Elva terkekeh pelan mendengarnya. Tangannya tetap melanjutkan kegiatan menata rambut. Elva yakin ini juga akan menjadi hari bahagia Rora, jadi sahabatnya ini harus tampil beda.

Tadi malam Rora menginap di rumah Elva karena Vicky pulang sangat larut. Mereka berdua menikmati satu malam itu dengan menyenangkan seperti biasanya.

"El"

"Apaan?"

"Gue jadi keinget Bella deh" kata Rora dengan pandangan kosong mengarah ke cermin.

Elva menghela nafas panjang. Gio pasti sangat terpukul, tapi dia juga tidak bisa menunda pernikahannya. Cowok itu sempat tidak pulang semalaman hanya untuk menenangkan diri.

Elva ingat bagaimana Gio bercerita tentang keadaan Bella saat itu. Hidup hanya dengan bayi dikandungannya. Gio juga mengatakan bahwa orangtua Bella tidak mengizinkannya pulang kerumah karena mereka malu.

Bella adalah wanita yang kuat, tapi dia menyerah pada dirinya sendiri. Dia menyerah pada bayinya. Dia mengemban beban berat itu sendirian. Rendra yang pergi tanpa pesan bersama Vera, orangtuanya yang tidak menerimanya.

Dia cuma punya Gio. Yang mau menghibur, menjaga dan menerimanya dengan baik saat Bella berada di titik paling bawah. Gio bilang dia merasa bersalah karena tidak memberi tahu Bella dari awal kalau dia dijodohkan.

Mungkin jika Bella tahu dari Gio langsung, Bella tidak akan shock. Mungkin jika Gio menjelaskan dan menghibur Bella sejak awal, Bella tidak akan bunuh diri.

Gio bilang semua ini salahnya.

Tidak, pasrah meninggalkan semua ini adalah pilihan Bella.

Elva ingat betul bagaimana pandangan mata Gio yang berair itu saat menjelaskan detail keadaan Bella saat tergeletak tidak bernafas di jalan beraspal. Sangat tragis.

Tangan kanannya yang berdarah memegang perutnya. Tubuhnya bersimpuh darah bercampur debu dari mana mana. Bahunya remuk terlindas mobil. Sweater putihnya berubah merah karena darah dari bahunya.

Sudah tidak ada harapan saat itu. Andai Gio lebih cepat datang dan mencegah Bella lompat ke jalanan. Ini tidak akan terjadi.

"El?"

Panggil Rora kemudian dengan seketika Elva mengerjapkan matanya kaget. Dia buru buru menyelesaikan rambut Rora dan menghilangkan bayangan bayangan tentang Bella di pikirannya.

"Udah nih. Cantik" kata Elva memegang kepala Rora dari belakang.

"Thank you honey" ucap Rora kemudian berdiri. Dia menyuruh Elva duduk dan melakukan hal yang sama pada rambut Elva.

RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang