"What?! Serius lo?!"
Seorang gadis membelalakkan matanya didepan sahabatnya itu. Sedangkan perempuan di hadapannya itu menunduk dengan wajah sedih. Malam ini, mereka berdua duduk di bangku sebuah cafe.
"Maaf ya? Sebenernya gue mau bilang ke lo minggu lalu. Tapi kan gue nggak enak waktu denger kabar lo dijodohin itu"
Elva menyangga dagunya dengan alis mengkerut dan kedua sudut bibirnya turun ke bawah. Gadis itu memegang tangan Vera dan mengelus punggung tangan sahabatnya.
"Ver, gue tu sahabat lo. Jangan sekali kali lo sungkan bilang sesuatu sama gue. Walaupun gue lagi ada masalah, lo tetep gue anggep penting"
"Iya El, maaf" kata Vera.
"Jadi, lo di Jepang berapa bulan?"
"Mm, kayanya sih 3 bulan. Maaf ya, gue ga bisa ke pernikahan lo. Tapi gue udah minta izin buat ke acara tunangan lo besok, jadi gue berangkat lusa"
"Mh, gue bakal kangen lo selama 3 bulan Ver. Dan, ngomong ngomong tentang pertunangan gue.. Sebenernya gue udah tunangan kemarin"
"Hah?! Kok gitu sih? Kan jadwalnya besok. Ada apa?"
"Gue ga tau Ver, tiba tiba kak Vicky kasih cincin ke gue"
"Astagaa.. Sini kasih liat cincin lo!" kata Vera merebut tangan Elva.
Elva meringis saat Vera menarik tangannya dan berteriak. Gadis itu menyuruh Vera untuk mempelankan suaranya karena seisi cafe memperhatikan mereka.
"Ver, sebelum lo pergi gue mau curhat nih"
Lalu seketika Vera memajukan kursinya dan memperbaiki posisi duduknya. Kemudian menatap Elva yang sudah siap mengeluarkan kalimatnya.
"Gue tunangan kak Vicky. Tapi gue masih sayang Rendra. Gimana dong?"
Vera tersenyum kecil. Membuang nafas panjang sambil masih menatap mata Elva.
"Kayanya lo harus cobain kak Vicky deh"
"Udah pernah"
"Heh! Maksud gue bukan cobain itu!"
Elva mengernyit bingung. Lalu Vera mendekat dan mengatakan sesuatu.
"Gantiin posisi Rendra. Taruh kak Vicky di hati lo"
"Vera, pernikahan tu bukan permainan. Pernikahan tu satu buat seumur hidup"
Vera tersenyum lalu mengelus lengan kanan Elva.
"Pernikahan itu bukan permainan, dan kak Vicky berani mengambil itu. Lo tau kan, maksud gue?" tutur Vera meyakinkan Elva.
"Sebagai temen, gue kasih lo saran. Tapi semua terserah lo, gue gak ada hak untuk memutuskan ini" lanjutnya bijak.
Elva menyecap minumannya dan membuang nafas panjang. Mungkin seharusnya ia berpikir terlebih dahulu. Apakah dia akan kembali pada Rendra dan mengembalikan cincinnya ke Vicky, atau melanjutkan hubungan serius dengan Vicky dan melupakan Rendra.
××
Vicky menengadahkan kepalanya menghadap langit langit kamar. Dia menghirup udara dalam dalam lalu memejamkan mata. Terlalu lama dia menyimpan rasa pada Elva, tapi terlalu instan caranya untuk mendapatkan Elva.
'Ugh, i'm a bad fuckin asshole'
Hatinya penuh dengan perasaan bersalah. Padahal apa yang terjadi sudah sesuai dengan harapannya. Seperti yang dia inginkan. Dia akan menikahi Elva dan hidup menua bersama sepupunya itu.
Tiba tiba terngiang kalimat ajaib yang selalu melekat dihatinya. Perkataan eyang memenuhi alam pikirannya. Perkataan yang semula mendukung harapannya untuk menumbuhkan cintanya. Perkataan yang selalu menjadi syair favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit
Romance"Pokonya kalian harus nikah sesegera mungkin!" "Papa! tapi kita tu sepupu!" "Ya kalian tau kalian saudaraan, tapi kalian ngelakuin itu!" "Papa! Ini salahpaham, itu tu cuma-" "Oke om, kapan kami mau dinikahkan?" ×× "Vicky! Lo apaan sih?!" "Sst.. lo n...