"Aku belum denger apa apa loh"
Belum juga duduk, Vicky sudah meminta Elva menjelaskan rumor tadi. Cowok itu menatap Elva dalam dalam. Sedangkan Elva menghela nafas.
Elva menuntun suaminya ke kamar untuk istirahat karena wajahnya makin pucat. Setelah Vicky berbaring di ranjang, Elva melepas kemeja cowok itu dan mengambilkannya kaus.
Pandangan Elva terus menelusur lantai. Dia tidak berani menatap mata Vicky. Tidak siap untuk menerima kemarahan lain.
"Elva"
Panggil Vicky sambil menahan tangan istrinya yang hendak pergi keluar kamar. Elva berhenti dan berbalik menatap Vicky. Benar, tangan Vicky sangat panas. Dia bisa merasakannya.
"We should talk" kata Vicky. Suaranya rintih.
"Aku ambilin penurun panas"
Elva pergi setelah melepas tangan Vicky yang menggenggamnya. Vicky yang terpaksa membiarkan Elva bertingkah itu kemudian menghela nafas dan memejamkan mata.
Kenapa Vicky yang akhirnya tidak tahan jauh dari Elva? Dirinya sangat khawatir jika benar Elva tengah mengandung anaknya mengingat dia tidak pernah memakai kondom saat memasuki Elva.
Kalau benar Elva mengandung, seharusnya dia bersama Elva setiap saat. Menjaga dan melindungu, bukan malah menghindar dan membuat Elva merasa dibenci.
Seharusnya Vicky memastikan Elva merasa aman dan dicintai.
Mata Vicky terbuka setelah mendengar seseorang meletakkan gelas berisi air mineral diatas nakas. Lengkap dengan obat penurun panas.
"Duduk kak" pinta Elva kemudian Vicky mendudukkan dirinya dan bersandar pada beberapa bantal dibelakangnya.
Cewek itu menyuapkan obat kedalam mulut Vicky perlahan dan membantunya menegak minum dari gelasnya. Dengan kepala masih menunduk, dia melangkah keluar dari sana lagi.
Tapi Vicky mencekal tangannya. Vicky udah capek cuekin Elva terus. Vicky nggak betah. Vicky rindu.
"Babe" panggil cowok itu membuat Elva menoleh. Elva mendekat dan menggenggam tangan hangat milik Vicky semakin erat.
"Come closer" lanjut Vicky.
Vicky membuat Elva mengitari sisi depan ranjang untuk mencapai sisi samping kiri. Disamping Vicky. Kemudian Vicky menepuk ranjang disebelahnya meminta Elva menemaninya.
He wants his arms wrapped around her body. Keep her safe, and make sure she feels loved.
"Lay down, baby" katanya perlahan.
Awalnya sih, Elva takut. Dia takut kalau Vicky masih marah. Dia takut kalau dia berbaring disamping Vicky, dia akan diperlakukan kasar lagi seperti kemarin. Dia hanya takut.
Tapi mendengar suara lembut Vicky, sepertinya dia tidak bermaksud kasar. Sepertinya Elva sudah diterima maafnya.
"Hey" Vicky mendekatkan wajahnya ke milik Elva setelah istrinya itu ikut berbaring.
Elva menahan bahu Vicky seolah menolaknya. Ekspresinya menunjukkan kalau dia tidak mau hal yang sama terjadi lagi. Kekerasan.
"I'm sorry. I won't hurt you, i promise" ungkap Vicky berusaha membuat Elva tenang.
"Maaf ya kak" Elva mendongak menatap suaminya. Vicky kemudian tersenyum sambil membelai rambut cewek itu.
"Cerita aja. Aku dengerin"
"Pertama, maaf karena aku belum bisa liat dan ngerti apa yang udah kamu kasih ke aku. Rasanya ku egois kalo kamu nyerahin semua buat aku sedangkan aku ga pernah mikirin kamu sedetikpun" jelas Elva sambil menggenggam tangan Vicky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit
Romance"Pokonya kalian harus nikah sesegera mungkin!" "Papa! tapi kita tu sepupu!" "Ya kalian tau kalian saudaraan, tapi kalian ngelakuin itu!" "Papa! Ini salahpaham, itu tu cuma-" "Oke om, kapan kami mau dinikahkan?" ×× "Vicky! Lo apaan sih?!" "Sst.. lo n...