"Sayang"
Panggil seorang wanita yang berbaring di sofa dengan paha suaminya sebagai bantal. Dia memainkan kuku jari telunjuknya yang mulai panjang.
"Hum?" jawab suaminya.
Pagi itu mereka bersantai diruang keluarga bersama Gio yang tiba tiba saja datang jam 3 pagi tadi. Entah kenapa Gio yang biasanya menginap atau datang jam 8 pagi hanya untuk sarapan. Hari ini dia datang pagi pagi sekali bahkan Elva dan Vicky belum membuka mata mereka.
Delapan hari yang lalu, saat Elva dan Vicky kehilangan anak pertamanya. Mereka berdua mengalami masa berkabung yang lumayan lama. Elva juga sempat drop karena banyak pikiran dan keluar darah selama satu minggu.
Tapi mereka tidak mau sedih berlarut larut. Seiring berjalannya waktu mereka bisa menerima apa yang sudah menjadi takdir. Mereka yakin bahwa mereka akan mendapat gantinya yang lebih baik.
Kembali ke Elva yang sedang bermanja dioangkuan Vicky.
"Kamu tau nggak sekarang sering banget aku liat ada cilung lewat. Kayanya enak deh"
Vicky mengernyit mengulangi kalimat Elva di otaknya berkali kali. Tangannya yang semula membelai rambut kepala Elva berhenti sejenak. Matanya menatap ke arah Gio yang duduk di single sofa didekatnya.
"Cilung apaan?" tanya Vicky.
"Ih itu yang panjang panjang. Kamu gapernah jajan ya?"
"Dih, belom pernah denger tuh. Lo tau gak bro?" tanya Vicky menoleh ke Gio yang menyecap kopinya.
"Tau lah. Aci digulung" jawab Gio.
"Ih kamu tinggal di gua ya? Gatau apa apa" Elva menunjuk hidung Vicky dengan jari telunjuknya. Kemudian suaminya itu menyingkirkan tangan Elva sambil tertawa.
"Eh, sembarangan. Awas kamu"
Vicky menunduk untuk mencium bibir Elva yang menggeleng sambil tertawa. Elva juga menjerit geli sesekali karena Vicky mencekal rahangnya. Sedangkan Gio menatap mereka berdua dengan senyum penuh arti.
"Kenapa lo?"
Tanya Vicky sambil mengangkat dagunya menunjuk ke arah Gio. Kalau dilihat lihat, pandangan Gio tidak seperti biasanya. Cowok itu melihat dengan sesuatu yang tidak biasa. Seperti bahagia, atau barangkali berharap sesuatu yang lain.
Gio menghela nafas. Seperti ingin mengatakan sesuatu yang memang sudah dipersiapkan untuk keluar dari mulutnya sekarang. Vicky menangkap sesuatu yang serius jadi dia menunggu dan menyimak. Tidak terkecuali Elva yang masih berbaring di pangkuan suaminya.
"I'm just so happy to see you guys happy together. You know? Like loving each other, laughing, sweet moments and stuff" Gio berhenti sejenak mengeluarkan deheman sederhana. Sedangkan Vicky dan Elva masih mendengarkan.
Kemudian Gio melihat tatapan serius dari kedua sahabatnya dan tertawa kecil.
"Guys it's not that serious, hahah. Just a little bit jelaousy i think. Cause i might never feel that kind of love, you know?" lanjut Gio
Vicky masih menatap Gio dengan serius. Juga Elva yang mulai mengerutkan dahinya.
"Gue dijodohin"
Kata Gio akhirnya tepat pada point. Vicky membelalakkan matanya sedangkan Elva langsung mendudukkan badannya. Mereka berdua berpindah posisi agar semakin dekat dengan Gio.
"No, you don't!" kata Elva tidak percaya.
"Sama siapa? Kok bisa? Kapan?" tanya Vicky.
Gio menyandarkan punggungnya ke belakang. Bantalan sofa yang memanjakan punggungnya itu terasa pas untuk situasi saat ini. Matanya terpejam sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit
Любовные романы"Pokonya kalian harus nikah sesegera mungkin!" "Papa! tapi kita tu sepupu!" "Ya kalian tau kalian saudaraan, tapi kalian ngelakuin itu!" "Papa! Ini salahpaham, itu tu cuma-" "Oke om, kapan kami mau dinikahkan?" ×× "Vicky! Lo apaan sih?!" "Sst.. lo n...