27 : Finish

6.8K 699 263
                                    

"Kenapa diem aja? Cepet bunuh Kakak pakai pistol kamu itu!" asap keluar dari mulut Chanyeol karena cuaca yang memang dingin. Bibirnya sudah membiru, ia melemah.

"Apa lo pikir gue bakal biarin lo mati gitu aja? Tanpa ngerasain penderitaan yang selama ini gue derita, huh?" Rose menutup mulutnya dan tertawa. Raungan tawa itu adalah rasa sakit yang ia pendam selama ini.

"Dan apa lo pikir, gue bakal biarin diri gue mati ditangan bajingan kayak lo?" tanyanya setengah berbisik, matanya berkilat. Emosi di matanya, Chanyeol tahu itu. Perasaan sedih, kecewa, dan dendam yang bercampur dan saling melebur. Di dalam mata kecil itu semuanya terlihat dan terasa mengoyak jiwanya.

"Kakak pendosa, kamu boleh lakuin apapun," ucap Chanyeol menunduk. Ia tidak berani menatap mata yang menyimpan banyak dendam itu terlalu lama. Ia semakin merasa bersalah jika harus menatapnya.

"Salju turun lebat. Salju ini bakal jadi saksi kematian," Rose tersenyum miring, ia menodongkan pistol itu ke dahi Chanyeol dan tersenyum.

Rahangnya mengeras, giginya saling beradu karena semua emosinya yang tercampur.

"Ucap selamat tinggal, cepet!" perintah Rose.

"Sel-selamat ting-tinggal...," Chanyeol merintih di sana. Tangannya ditarik kasar oleh Rose guna memegang pistol bertuliskan namanya itu.

"Bener, selamat tinggal," arah pistol berbelok dan mengarah ke leher Rose. Rose tersenyum, "di akhir pun, gue nggak mendapat kebahagiaan. Lebih baik gue mati ditangan gue sendiri daripada dipenggal sama bajingan kayak lo,"

"R-rose..."








Dor!!







Darah segar menciprati wajah Chanyeol, badannya yang dingin kian membeku, darah merembes dari leher Rose yang kini sudah kesulitan bernapas.

"R-rose... Rose... Hiks," Chanyeol menopang tubuh Rose yang hampir ambruk itu, ia mulai menangis tersedu-sedu.

"Ter-terwujud kan, mim-mimpi lo ... Hhhh selama ini, ter...wujud, akhhhh...,"

"ROSE!!"

"NEV!!"

"Nggak, kamu nggak boleh mati hiks... Rose... Maaf... Maaf...," tangan Rose yang penuh darah itu tergeletak di atas salju.

Badan besar Chanyeol memeluk adiknya yang sudah tidak bernyawa itu dengan penuh penyesalan.

"Jangan mendekat ke sana," June menahan tangan Jaehyun agar tidak lebih mendekat ke arah Chanyeol dan Rose.

"Di sana ada cctv," ucap June.

"Kenapa lo mikirin itu sekarang!" seru Jaehyun.

"INI RENCANA DIA!" bentak June dan menarik Jaehyun agar kembali bersembunyi.

"Rose mempercepat kematiannya, lo nggak boleh sedih. Kita tahu selama ini Rose selalu ingin ninggalin dunia ini, dia udah lakuin itu sekarang. Dia bebas, dan Chanyeol akan jadi terdakwa karena sidik jari di pistol Rose. Dan Chanyeol bisa dihukum karena membebaskan tahanan. Semua itu udah direncanakan, jadi jangan rusak rencana yang udah Neva bikin. Kita harus diam di sini," cerocos June lancar meski air mata juga turun membasahi pipinya dengan derasnya.

"Jangan nangis bangsat gue jadi keikut!" seru June sambil menarik Jaehyun ke dalam pelukannya.

"Dia belum nemuin kebahagiannya June...," tangis Jaehyun sambil menatap mayat Rose dari kejauhan.

"Lo nggak tahu arti kebahagiaan bagi Rose itu apa, dia pasti udah bahagia sekarang. Pasti," ucap June berusaha menenangkan Jaehyun.

"Rose, June...,"

TAINTED HEART 🎀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang