22 : avowal

3.4K 569 126
                                    

Rose menginjakkan kakinya di rooftop rumah June, malamnya masih panjang. Rose lama tidak menghirup udara malam yang sangat segar ini. Tangannya merogoh kantong mantelnya guna meraih rokok yang ia curi di halte tadi.

Rose menyalakan rokoknya, menyesapnya dengan santai sebelum rokok itu berpindah tangan.

"June bilang lo punya emfisema," Jaehyun pelakunya. Kini rokok itu terselip di antara bibirnya.

"Cuma sakit paru-paru doang, buka emfisema!" koreksi Rose sambil menatap pepohonan di sekitar rumah June ini.

Jaehyun melepaskan rokok itu dan meniupkan asapnya keluar dari mulut. Ia terkekeh kecil, kemudian meremas ujung rokok itu hingga rokoknya padam. Jaehyun juga menyahut pemantik yang daritadi Rose pegang.

"Gue penasaran sama satu hal,"

"Gue gak percaya lo ngomong gitu," Rose memutar bola matanya malas sambil bersender di sudut pembatas yang terbuat dari semen.

Jaehyun menunjukkan senyuman miringnya, ia berjalan mendekat. Membuat Rose terkunci di antara tubuhnya dengan sudut pembatas itu.

"Oke gue penasaran sama banyak hal," Jaehyun menatap Rose intens, ujung hidungnya bersentuhan dengan pipi gadis itu karena Rose menoleh ke arah lain.

"Apa? Apa hal yang buat lo begitu penasaran?" Rose mengeratkan pegangannya pada pembatas karena Jaehyun terus merapatkan tubuhnya.

"Kalau lo emang berniat balas dendam, kenapa lo malah nyerahin diri lo sendiri? Gue rasa itu aneh," ucap Jaehyun.

Rose tersenyum remeh, "karena gue sadar kalau korban gue udah terlalu banyak, dan...," Rose kini menoleh, balik menatap mata Jaehyun yang masih setajam dulu.

"Gue baru tahu rasanya ngelihat orang yang gue sayang di ambang kematian, ," ucap Rose sambil tersenyum. "Apalagi karena kelalaian gue, dan karena itu gue sadar membunuh itu gak semenyenangkan itu" jawabnya.

Kerutan halus timbul di dahi Jaehyun, "maksud lo?"

"Lo bukan orang bego, gue gak perlu jelasin dengan gamblang ke lo kan?" jawab Rose sarkastik. Jaehyun tertawa kecil, ia meletakkan tangannya di atas tangan Rose.

"Oke, Nevarius gak akan mungkin bilang hal berbau romantis,"

"Lo bisa minggir nggak?" Rose melakukan protes, Jaehyun terus memojokkannya hingga tidak ada jarak di antara mereka.

"Lo yakin sama keputusan lo?" tanya Jaehyun.

Rose menautkan kedua alisnya, "emangnya gue pernah ragu dalam ngelakuin suatu hal?".

"Hidup lo bakal sia-sia,"

"Gue gak perduli. Sebenarnya kehancuran keluarga lo juga gak ngasih dampak besar di hidup gue, tapi ngelihat mereka ngerendahin gue. Gue jadi pengen hancurin keluarga lo itu sampai jadi pecahan kaca!"

"Gue bantu, kalau itu bisa bikin lo bahagia,"

Rose tertawa terbahak-bahak, "kenapa lo mau ngelakuin itu?" tanyanya.

"Buat bayar hutang keluarga gue ke lo mungkin?" jawab Jaehyun santai.

"Lo akan menyesal, kalau lo bantuin gue buat ngehancurin keluarga lo sendiri. Gimana sama hidup lo?"

"Ikut lo,"

Rose melepaskan genggaman tangan Jaehyun dan menampar pipi pria itu sampai ia sedikit terhuyung. "Gue curiga otak lo geser," ucap Rose agar Jaehyun tidak salah paham dengan tamparannya.

Jaehyun memegang pipinya dan kembali duduk di ranjang kayu yang sudah tidak di pakai itu.

"Apa udah balik normal? Sekarang lo sadar sama apa yang lo omongin barusan?" tanya Rose dan mengambil tempat untuk duduk di sebelah Jaehyun. Meskipun berjarak sekitar 4 jengkal tangan.

TAINTED HEART 🎀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang