Five

2 0 0
                                    

•••

         Suasana malam ini terasa berbeda, bahkan ini adalah hal pertama kalinya bagi suami istri ini. Keduanya saling mengacuhkan. Saka sibuk menyetir dan fokus melihat jalanan. Sementara Arisha memalingkan wajahnya ke luar jendela sedari tadi.

        Ini adalah pertama kalinya Saka mengendarai mobil bersama Arisha sejak menikah. Biasanya Viola lah yang duduk disampingnya.

“Bisakah nanti kita memperlihatkan hubungan yang baik di depan keluarga?” tanya Arisha tanpa memalingkan wajahnya sedikitipun. Hujan diluar lebih menarik perhatiannya daripada suaminya sendiri.

“Tentu saja” sahut Saka yang juga tetap fokus melihat jalanan di depan sana.

       Jawaban dari Saka itu juga sekaligus mengakhiri percakapan diantara dirinya dan istrinya. Tidak ada percakapan lainnya selama sisa perjalanan. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah mansion mewah milik keluarga Andrew yang berada di luar kota.

      Saka memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu masuk mansion tersebut. Dua orang yang berjaga disana langsung membukakan pintu mobil di kedua sisi mobil. Dan seseorang langsung membawa mobil Saka untuk di parkirkan.

      Arisha tampak sangat kikuk. Pikirannya terhipnotis dengan apa yang dilihatnya sekarang. Matanya tidak berhenti melihat-lihat sekeliling.

“Ayo masuk” suara itu jelas mengagetkan Arisha, laki-laki dengan label suaminya ini tiba-tiba berdiri sejajar dengannya. Tubuhnya sangat tegap, lalu menatap Arisha sesaat dan menyuruh istrinya itu itu merangkul lengannya.

“Kau mau ini semua terlihat baik-baik saja bukan?” tanya Saka lagi yang membuat Arisha langsung mengaitkan lengannya pada lengan suaminya. Pintu masuk sudah dibukakan dengan lebar, sejauh mata memandang Arisha bisa melihat kemewahan yang ada di setiap sudut mansion ini. Semua furniture, lukisan-lukisan dan semua perabotan yang ada nampaknya bukanlah hal yang sulit didapatkan bagi keluaraga suaminya itu.

       Arisha masih belum bisa mempercayai apa yang dilihatnya sekarang. Rasanya ia sedang bermimpi. Karena ini adalah pertama kalinya ia masuk ke dalam bangunan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, dan biasanya ia hanya melihat hal-hal semacam ini di dalam gambar atau film. Sekarang semuanya nyata ada dihadapannya. Entah ini sebuah hal yang disyukuri atau bukan.

       Semua anggota keluarga Saka sudah berkumpul di ruang tengah yang luasnya bisa Arisha perkiraan berukuran lima kali lebih besar dari rumah kedua orangtuanya atau bahkan mungkin lebih dari itu. Sangat luas.

        Semua mata tertuju pada pasangan yang baru menikah beberapa bulan ini. Semuanya bahkan bersahutan memuji Arisha sangat cantik dengan gaun yang digunakan. Dan memuji Saka sangat tampan. Mereka memperlakukan pasangan ini layaknya raja dan ratu semalam. Dan pembawaan mereka yang terlihat mesra pun berhasil menghilangkan kecurigaan orang-orang disana yang malah mendoakan mereka berdua.

       Arisha juga melihat kedua orangtua dan adik perempuan satu-satunya melambaikan tangan ke arahnya. Nampak juga semua orang yang ada malam ini menyambut Arisha dengan sangat hangat, termasuk kedua kakak Saka. ini adalah pertemuan mereka yang kedua kalinya setelah hari pernikahan.

       Matanya berkaca-kaca begitu ia menghampiri keluarganya. Tentu saja dengan Saka yang setia disampingnya. Dengan tersenyum hangat, Saka menyapa mertua dan iparnya itu dengan sopan. Bahkan ia sempat melontarkan candaan dengan mereka.

        Namun berbeda dengan Arisha, walaupun di wajahnya terukir senyuman, mata tidak bisa berbohong. Yang membuat ibunya bertanya apa yang terjadi dengan putri pertamanya itu, kenapa ia tiba-tiba berlinang air mata seperti ini. Jelas hal itu membuat Arisha tidak bisa lagi menahan air matanya keluar. Ia menangis sambil memeluk ibunya.

“Aku merindukan kalian semua” kata Arisha masih dalam tangisannya.

“Kami juga merindukanmu. Selalu” ibunya memeluk Arisha dengan sangat erat sambil menepuk-nepuk pundaknya. Walaupun hampir setiap hari ia menelpon atau sekedar bertukar pesan dengan keluarganya, rasanya itu semua tidaklah cukup.

“Kenapa kau menangis sayang. Ada apa?” suara wanita paruh baya yang suaranya sudah dikenali Arisha menyapanya dengan hangat. Dengan mata sembab ia berusaha tersenyum di hadapan mertuanya.  Tanpa berkata-kata lagi, mertuanya itu langsung bergantian memeluk Arisha. Air matanya kembali jatuh.

“Ibu mengerti, kau masih belum terbiasa dengan pernikahan ini dan tidak hidup bersama keluargamu lagi. Ibu juga pernah merasakam itu dulu, rasanya setiap hari ingin pulang ke rumah orangtua. Tapi sekarang kau harus mencoba terbiasa dengan semua ini. jika kau butuh bantuan, kau bisa menghampiriku” semua ucapan itu terdengar sangat lembut di telinga Arisha yang membuatnya sedikit lebih tenang dan bisa kembali tersenyum tanpa harus mengeluarkan air mata lagi.

“Terima kasih, Ibu”

“Ayo Saka, ajak istrimu berkeliling. Buat dia bersenang-senang malam ini” Saka langsung mengangguk pasti mendengar apa di ucapkan ibunya barusan. Ia menyodorkan lengannya untuk digandeng Arisha. Lalu meminta izin untuk mengajak Arisha mengelilingi setiap sudut mansion ini dengan sangat sopan. Dan tentu saja itu langsung disambut dengan senyuman hangat kedua orangtua Arisha dan ibunya.

        Saka dan Arisha menyapa setiap anggota keluarga yang baru ditemui. Bercengkrama dengan siapapun yang ada termasuk anak kecil sekalipun disapa dengan sangat hangat, dan Saka benar-benar menunjukkan dirinya sebagai seorang suami yang sempurna. Merangkul Arisha dengan mesra bahkan sesekali menciumnya. Namun itu semua pun kebohongan yang sangat sempurna.

“Bagaimana keadaanmu? Apa sudah ada sesuatu dalam perutmu?” tanya kakak ipar Arisha yang sontak membuat gadis ini terkejut dan tak mengerti apa maksudnya.

“Perutku?”

        Seraya menyuapi sang anak yang masih balita, kakak ipar Arisha langsung tersenyum gemas.

“Maksudku, apa kau sudah hamil? Pengantin baru biasanya mudah bukan?” goda sang kakak ipar yang langsung disambut senyuman canggung oleh Arisha. Bagaimana mungkin ia bisa mendapatkan keturunan? Sementara berhubungan suami istri saja tidak pernah. Yang namanya malam pertama pun tidak pernah terjadi.  Tidak, lebih tepatnya Saka saja tidak pernah menyetuhnya selama ini, bahkan sehelai rambutpun tidak pernah Saka sentuh.

 
          Namun lagi-lagi Saka mampu mengendalikan semuanya. Ia menyahuti kakak perempuannya itu dengan sangat baik.

“Aku sangat sibuk di kantor belakangan ini, sering pergi ke luar kota juga, dan selalu pulang larut. Aku tidak tega membangunkan istriku, jadi untuk sekarang kami tidak buru-buru untuk memiliki keturunan. Iya kan?” tanya Saka kepada Arisha sambil tersenyum simpul, dan Arisha langsung mejawabnya dengan anggukan juga senyuman.

           Hati kecil Arisha tertawa saat mendengar semua kalimat yang dilontarkan Saka. Suaminya benar-benar sempurna. Pembohongan yang sempurna. Arisha benar-benar tidak kuat lagi, rasanya ia ingin segera berpisah dengan suaminya ini. Tidak peduli dengan semua omongan keluarga ini nantinya. Apalagi setiap kali ia melihat kedua orangtuanya, ia sangat ingin kembali ke pelukan mereka. Hidup bersama mereka seperti dulu sebelum menikah.

           Arisha tidak tega membohongi keluarganya kalau selama ini bahagia. Hatinya teriris setiap kali melihat keluarganya tersenyum padanya dan Saka. Tidak sadar kalau sebenarnya mereka sedang dibohongi. Bukan berarti ia tidak bersyukur, karena di sisi lain ia juga merasa bahagia karena keluarganya sekarang bisa ikut merasakan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tentu saja Arisha sangat berterima kasih akan hal itu.


—TBC—

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang