Fourteen

2 0 0
                                    

•••

Ting…

        Suara pesan masuk di handphone Saka berhasil menghentikan aktivitasnya dengan Viola. Ia meraih handphonenya di samping nakas tempat tidur. Terlihat sebuah pesan masuk dari salah satu asisten rumah tangganya. Ia mengerutkan dahinya sesaat setelah membaca pesannya.

“Tuan, sampai sekarang Nona Arisha belum juga pulang. Apa dia bersama Tuan?”

         Sepenggal kalimat yang berhasil membuat pikiran Saka buyar, ia melihat jam di handphonenya. Pukul 7 malam. Bagaimana bisa Arisha belum pulang? Bukankah ia sudah setuju dengan syarat yang diberikan? Sekarang apa ini? Kemana dia pergi?

          Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Saka tak henti berpikir, sampai Viola yang masih bersamanya memanggilnya pun ia abaikan. Sampai saat Viola menepuk pundaknya barulah ia tersadar dari lamunannya.

“Ada apa?” tanyanya lembut

“Maaf, aku harus pergi sekarang” sahut Saka sambil  tersenyum tipis, lalu memakai kemejanya kembali dengan terburu-buru dan bergegas pergi meninggalkan Viola sendirian. Berulang kali Viola memanggil namanya agar kembali pun tak Saka gubris.

       Hal itu jelas membuat Viola kembali kesal untuk yang kedua kalinya hari ini. Kali ini apa lagi yang mengganggu mereka? menyangkut pekerjaannya ataukah wanita itu lagi?

      Memikirkannya saja sudah membuat kesal, Viola beranjak dari tempat tidurnya dan terlebih dahulu merapikan pakaiannya. Ia berjalan ke dapur, membuka kulkas, mengambil bir dan meneguknya dalam beberapa kali tegukan. Dalam hatinya, ia tak berhenti mengutuk perbuatan Saka barusan.

       Jika benar tentang wanita itu, apa yang ia harus lakukan? apakah ia harus menghancurkan pernikahan mereka dan merebut Saka seutuhnya dari Arisha? tentu saja ia bisa melakukannya, bahkan sekarang pun bisa ia lakukan.

       Bukan hanya karena ia sangat mencintai Saka dan sebaliknya. Tapi karena hubungan mereka sudah terjalin lama dan yang pasti Saka juga tidak mencintai istrinya bukan? jadi untuk apa pernikahan itu dipertahankan? Bukankah hanya akan membuang-buang waktu?

       Ia tidak bisa merelakan atau menyerah atas Saka. Ia benci karena ia tidak pernah bisa membenci Saka, perasaan kesalnya itu hanya akan bertahan sesaat, apalagi kalau ia sudah melihat Saka dan dimanja olehnya, hatinya akan kembali luluh.

“Arghhh… menyebalkan” umpat Viola

•••

         Saka melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia menyalip semua mobil yang ada di depannya. Perasaannya sangat kesal sekarang, ia kesal karena pesan yang diterimanya dari salah satu ART nya, dan ia juga kesal karena ia harus meninggalkan Viola dengan terburu-buru tanpa menjelaskan sepatah kata pun yang sudah pasti Viola akan membencinya.

        Padahal bisa saja ia mengabaikan Arisha dan tidak mempedulikan kemana dia pergi. Tapi entah kenapa hatinya mendorong Saka untuk pergi menjemput Arisha, dan jika Arisha hilang bukankah ia juga yang akan kerepotan.

        Sesaat sebelum menjalankan mobilnya tadi, ia melihat handphonenya lagi dan menyadari pesan yang belum terbaca dari istrinya. Dan pesan itu membawanya pergi ke rumah orang tua Arisha tanpa ragu.

        Setelah kurang lebih satu jam dengan kemampuan menyetirnya yang luar biasa, Saka tiba di depan rumah mertuanya. Tanpa ragu ia membuka pagar rumah yang ternyata tidak terkunci. Mengetuk pintu rumah beberapa kali sampai sang ayah mertua membukakan untuknya.

“Ahh rupanya kau datang juga, kau pasti menjemput istrimu. Masuklah” sang ayah mertua dengan senyuman hangat di wajahnya mempersilakan menantunya itu masuk.

         Saat masuk, Saka langsung disambut oleh ibu mertua dan adik iparnya. Dan disaat yang bersamaan ia melihat Arisha keluar kamarnya dan hendak pergi dengan terburu-buru sebelum akhirnya mata mereka bertemu.

“Oh kau…..”Arisha bingung dengan apa yang dilihatnya sekarang membuat ia terpaku untuk beberapa saat.

“Aku khawatir karena kau belum pulang, jadi aku menjemputmu” kata Saka sangat lembut yang hanya dibalas senyuman canggung oleh Arisha. Ia tidak tau harus berbuat apa. Jika ia bertingkah seperti biasanya pada Saka, maka ia akan dicurigai oleh seisi rumah. Jika ia bertingkah layaknya pasangan suami istri mungkin akan sedikit canggung bagi Arisha nantinya.

        Arisha langsung berpamitan pada kedua orang tuanya dengan terburu-buru. Namun  mereka menahannya. Mereka menyuruh Saka dan Arisha untuk makan malam terlebih dahulu jika akan pulang malam ini juga. Malah katanya lebih baik malam ini menginap saja.

       Sempat ditolak oleh Arisha, namun yang namanya orangtua akan tetap memaksa. Dalam artian, mereka tidak ingin membiarkan perut anak kesayangannya itu kosong, apalagi dalam perjalanan yang cukup jauh.

      Barulah setelahnya mereka berdua pamit, walaupun sebenarnya Arisha ingin tinggal lebih lama lagi, bahkan ia ingin kembali ke rumahnya itu.

“Maaf aku membuatmu pergi sejauh ini, maaf karena aku tidak pulang tepat waktu, tadi aku tertidur” Arisha membuka keheningan malam mereka selama dalam mobil, ia tak berani menatap Saka disampingnya.

“Aku tau kau pasti marah, tidak akan kuulangi lagi”

“Sungguh aku minta maaf” permintaan maaf itu diucapkan Arisha berulang kali, sampai akhirnya membuat Saka yang sedari tadi terdiam dan fokus menyetir menyahutinya,

“Baiklah”

       Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Saka membuat Arisha menolehkan pandangannya pada suaminya itu dan hendak mengatakan sesuatu sebelum Saka mendahuluinya

"Kau tidur saja”

        Katanya datar, membuat Arisha kembali menolehkan pandangannya ke depan. Suaminya tetap dingin padanya.

        Arisha tidak bisa tidur walaupun ia sudah memejamkan mata, karena ia sudah bilang kalau tadi ia tertidur. Ia merasa bersalah pada Saka atas kejadian hari ini. Ia tidak bermaksud membuatnya menjemputnya seperti ini. Arisha sadar ini salahnya.

        Seharusnya setelah makan tadi ia tidak pergi tiduran yang malah membuatnya tertidur pulas itu. Harusnya setelah itu ia pergi ke terminal bus dan pulang. Apalagi setelah melihat 3 panggilan tidak terjawab dari Saka dan beberapa panggilan dari orang rumah. Ia semakin merasa bersalah. Pasti tidurnya sangat lelap.

        Keheningan kembali menghampiri mereka, perjalanan pulang masih sangat jauh. Saka menjalankan mobilnya pelan tidak seperti tadi. Karena ia takut membuat istrinya tidak nyaman.

          Ia bergulat dengan pikirannya sendiri, mengalihkan pandangannya sesaat pada sang istri. Ditangannya ia melihat sebuah bingkisan makanan dari mertuanya.

         Kali ini ia merasakan perasaan yang sulit untuk dijelaskan, ia kesal dan kecewa pada Arisha karena tidak pulang tepat waktu, tapi ia tidak bisa marah padanya. Apalagi setelah tau kalau hari ini Arisha ulang tahun dan mendapat perlakuan yang sangat baik dari keluarganya.

          Kalau ia tau istrinya itu pergi untuk merayakannya dengan keluarganya, mungkin ia akan membiarkannya menginap dan tidak akan pergi sejauh ini. Karena saat ini ia belum bisa memberikannya sebuah kado atau sebuah hadiah. Namun sebenarnya bisa saja ia juga menginap malam ini dan kembali besok pagi, namun ia merasa lebih baik membawa Arisha pulang.

         Walaupun ia tau kalau perjalanan ini akan melelahkan, apalagi sekarang sudah tengah malam dan ia harus kembali bekerja besok pagi. Seluruh badannya pasti akan terasa sakit. Ia sudah menduga itu, tapi entah mengapa ia tidak merasa menyesal.


—TBC—

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang