•••
Matthew masih bersama Arisha memperhatikan orang-orang yang masih larut dalam pesta, Arisha yang masih dengan lamunannya dan Matthew memutar otaknya sibuk mencari topik pembicaraan untuk menhibur wanita disampingnya itu.
Hari semakin gelap, udara semakin dingin apalagi bagi Arisha yang memakai dress selutut, hawa dingin itu sangat menusuk, namun ia masih bisa menahannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam. Sudah hampir tengah malam. Mata Arisha sudah sangat berat, bahkan tadi ia sudah menguap beberapa kali. Jam tidur biasanya sudah lewat.Dan sampai sekarang ia belum melihat suaminya menampakan batang hidungnya, entah di mana keberadaan suaminya itu yang jelas sangat membuat Arisha cemas. Ia takut terjadi apa-apa pada suaminya itu. Bahkan dari tadi ia tidak menikmati pesta sahabat suaminya itu. Bahkan Edwin sempat mengajaknya bergabung dengan yang lainnya, yang langsung ditolak Arisha dengan lembut.
Ia lebih memilih untuk duduk memperhatikan saja. Matthew ada di sampingnya dari tadi pun sebenarnya bukan ia yang menahannya. Arisha sempat menyuruh Matthew untuk bergabaung dengan Edwin, dan ia juga menolak melakukannya.
Tapi, dibalik itu Arisha merasa bersyukur dan berterima kasih karena sekarang ia tidak merasa terasingkan lagi. Ada seseorang yang mengajaknya mengobrol.
“Matt, apa kau melihat suamiku? Sedari tadi aku tidak melihatnya, aku takut terjadi apa-apa padanya” kata Arisha dengan suara yang parau, terlihat kecemasan yang tergambar di wajah Arisha. Matthew merasa tidak enak hati karena ia harus berbohong dengan mengatakan,“Tidak, bahkan aku sendiri belum bertemu dengannya”
Perkataan Matthew barusan tidak sepenuhnya berbohong, hari ini ia memang belum bertemu dengan Saka secara langsung dan bertegur sapa atau mengobrol dengannya, namun ia melihat Saka dan Viola yang berjalan ke arah gudang tadi dengan sangat jelas. Karena hal itu juga, ia langsung menarik Arisha menjauh dari tempat itu begitu melihat wanita ini hendak masuk ke dalam gudang.
Ia tidak mau melihat Arisha melihatnya, ia akan merasa sangat merasa jika membiarkan itu terjadi. Bagaimana jika nantinya Arisha akan jatuh pingsan? Atau menangis lalu menarik perhatian orang banyak?. Hanya itu yang bisa Matthew lakukan sementara ini.
“Sepertinya kau sudah lelah, kau mau aku antar pulang?” tanya Matthew yang berhasil membuat dirinya terdiam sejenak setelahnya, bagaimana bisa pertanyaan itu keluar begitu saja?. Bukan bermaksud apa-apa hanya saja ia merasa peduli.
“Tidak perlu, aku akan menunggu suamiku dan pulang dengannya” sahut Arisha dengan senyuman tipis di bibirnya. Matthew hanya mengangguk pelan menanggapinya. Baiklah.
Jika ia menolak apa yang bisa Matthew lakukan? Tidak mungkin kan ia memaksa seorang wanita bersuami?
Dan selang beberapa saat, Saka datang menghampiri Arisha dan Matthew. Sebuah senyuman lega mencuat di wajah Arisha begitu melihat Saka, namun ia tidak bisa mengatakan apa-apa. Mau bertanya pun ia masih segan, mengingat sikap Saka yang masih dingin padanya, terbukti saat yang ia hampiri adalah Matthew, melewatkan Arisha.
“Matt, kau dari mana saja? Aku baru melihatmu” kalimat pertama Saka yang keluar saat itu adalah sapaan untuk sahabatnya. Sudah bisa ditebak oleh Arisha. Indera penciuman Arisha mencium sesuatu yang sangat berbeda saat Saka menghampiri. Arisha mencium bau parfum yang berbeda dengan yang Saka pakai tadi.
Sedetik kemudia ia menghentikan pikirannya itu, bisa saja dia memakai parfum temannya yang lain atau semacamnya kan?. Ia tak mau membebani pikirannya dengan hal kecil seperti itu.“Kau sendiri dari mana? Istrimu mencarimu dan sepertinya dia sudah kelelahan” kata Matthew yang membuat Saka langsung mengalihkan pandangannya pada istrinya.
“Kau mau pulang sekarang?” tanya Saka lembut, Arisha menggeleng pelan dan mengatakan kalau ia tidak seperti apa yang dibilang Matthew. Ia akan menunggu Saka jika suaminya itu masih ingin berlama-lama di acara ini.
“Tidak apa-apa, lagian ini sudah larut. Ayo kita pulang saja” ajak Saka untuk yang kedua kalinya, dan kali ini Arisha mengangguk setuju.
“Kita pulang duluan ya bro” pamit Saka pada Matthew, tak lupa juga mereka berpamitan pada yang punya acara malam ini yaitu Edwin.
Setelahnya mereka berjalan menuju parkiran, di sana mereka kembali berpas-pasan dengan seorang wanita yang tidak lain tidak bukan adalah Viola. Wanita itu berjalan mendahului pasangan suami istri ini setelah menyapa sebentar dan kali ini Arisha kembali mencium aroma parfum yang sama dengan Saka barusan.
Selama perjalanan pulang pun, Arisha tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi barusan. Saka dan wanita itu memliki aroma parfum yang sama. Ia menoleh ke arah suaminya yang sedang fokus menyetir, tidak ada yang aneh dari Saka. Kemudian kembali memalingkan wajahnya melihat ke luar kaca. Dahinya berkerut dan tak hentinya ia menggigit-gigit kuku jari tangannya.
Semakin coba ia lupakan hal itu semakin membuatnya penasaran, dan pikiran itu kembali menghampirinya. Apalagi pikirannya itu tiba-tiba mengingat kembali bayangan yang ia lihat di gudang tadi. Suara yang ia dengar tadi. itu semua malah membuat Arisha ketakutan.
Tidak mungkin kan?
Saka yang fokus menyetir menyadari kalau Arisha di sampingnya itu nampak sangat gelisah. Sedari tadi istrinya itu memalingkan wajahnya dan menggigit kukunya, dahinya berkerut menandakan ia sedang memikirkan sesuatu. Saka melihatnya dengan jelas karena tepantul dari kaca jendela mobil. Saka juga menyadari kalau beberapa kali Arisha memperhatikannya layaknya sedang menyelidiki sesuatu, walau hanya sebentar, tatapan itu sangat terasa.
Pikirannya mulai berkelana, hatinya tidak tenang dan ia merasa cemas. Ia tidak tau apa yang membuat istrinya berpikir sangat keras saat ini. Karena yang ia tau, saat ia melihatnya sedang bersama Matthew dan sebelum masuk mobil pun Arisha nampak biasa saja.
Ia menyelami ingatannya lagi, ada Viola yang menghampiri ingatannya. Ia mengingat dengan jelas kalau tadi mereka bertemu dengan Viola di parkiran. Dan jelas itu membuat Saka terhentak, ia menolehkan wajahnya ke samping, dimana Arisha duduk di sampingnya.
Tidak mungkin kan?
Sesampainya mereka di rumah pun, mereka tetap dengan pikirannya masing-masing. Sikap mereka yang saling mengacuhkan sudah sangat biasa, namun kalli berbeda. Suasana hening yang menyertai mereka sama sekali tidak terusik.
Mereka berada di ranjang sama dan seperti biasa saling memunggungi. Kedua pasang mata orang ini belum terpejam juga. Mereka tidak saling bicara, dan mereka mengira kalau orang dibelakangnya pasti sudah tertidur.
—TBC—
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
ChickLitOrang-orang bilang menikah itu hal yang menyenangkan, orang-orang bilang dengan menikah kau akan bahagia. Nyatanya hal itu tidak berlaku bagi seorang gadis bernama Arisha Galechka. Berniat melamar pekerjaan di sebuah perusahaan, ia malah dimi...