Fifteen

2 0 0
                                    

•••

           Sudah beberapa hari ini Saka tidak fokus dengan pekerjaannya, pikirannya sangat kacau setelah tau bahwa nomornya di blokir oleh Viola. Beberapa hari ini pun ia bolak-balik ke rumah Viola untuk menemuinya. Namun hasilnya nihil. Setiap ia datang, suasana rumahnya sangat sepi .

           Entah disengaja atau tidak, yang jelas tidak ada yang membukakan pintu lagi untuknya seperti dulu.

         Ia pun mencoba pergi ke tempat Viola bekerja, namun Viola enggan menemuinya. Sampai-sampai seharian di kantor pun, Saka hanya melamun di ruangannya.

        Semua pekerjaannya ia alihkan pada sang sekretaris. Tentu saja bukan satu dua pekerjaan, dan tentu saja bukan hal yang mudah bagi sang sekretaris. Ia juga hendak melaporkan pada Tuan Andrew yang tak lain tidak bukan adalah pemilik utama perusahaan cabang ini jika Saka terus seperti ini.

         Seperti saat sore ini, Saka sedang duduk dan menyenderkan seluruh tubuhnya ke kursi. Ini sudah waktunya pulang, sinar matahari sudah mulai tenggelam di ufuk barat menyisakan sorotan warna jingga masuk ke dalam ruangannya.

         Sejenak ia memejamkan matanya sebelum akhirnya ia kembali terbangun begitu mendenagar suara pesan masuk di handphonenya. Matanya membulat, raut wajah lega terukir saat itu juga.

        Tanpa berpikir lama, ia langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung pergi meninggalkan ruangan. Semua pegawai yang menyapanya pun ia abaikan. Ia setengah berlari menuju parkiran dan langsung menyalakan mobilnya.

        Hanya butuh waktu seperempat jam bagi Saka untuk sampai di tempat yang dituju. Sebuah pameran lukisan yang tidak asing baginya. Karena ia sering menemani atau berkunjung ketika Matthew memamerkan lukisannya di sini.

         Ia berjalan ke setiap sudut ruangan mencari Viola dan ia tersenyum kecil begitu melihat Viola yang sedang berdiri memandangi sebuah lukisan di depannya.

         Dan benar, yang mengirim Saka pesan tadi adalah Viola. Rupanya Viola membuka blokirannya dan menghubungi Saka untuk menemuinya di tempat ini.

“Sayang…” Sapa Saka tersenyum lebar dengan napas yang masih sedikit terengah-engah, karena begitu semangatnya untuk bertemu dengan Viola sampai membuatnya berlari seperti ini.

         Viola tidak membalas sapaan itu, tatapannya masih sibuk memandangi lukisan yang ada didepannya.

“Lukisannya indah bukan?” tanya Viola, alih-alih membalas sapaan manis Saka.

“Sangat indah, sama sepertimu”

         Ungkapan Saka dengan maksud memuji kekasihnya itu sama sekali tidak mempan bagi Viola. Gadis yang sudah menemaninya selama lebih dari dua tahun ini kini berubah nampak dingin baginya. Tidak seperti Viola yang dahulu.

“Aku pikir kita sebaiknya sampai di sini saja”

          Kalimat yang keluar dari mulut Viola barusan jelas membuat Saka membeku. Pikirannya kosong dan ia merasakan rasa sakit di hatinya.

“Tu-tunggu, apa maksudmu?” suara Saka sudah mulai bergetar, begitu juga dengan Viola yang nampak menahan air matanya jatuh. Kini mereka berdua saling berhadapan, kedua mata mereka bertemu.

“Hubungan selama dua tahun ini, kita akhiri saja” tegas Viola sekali lagi

“Kenapa? Kenapa kau memutuskanya begitu saja?” Saka jelas tidak terima ia dicampakkan oleh Viola. ia sangat mencintai Viola lebih dari apapun. Dua tahun ini merasa bahagia dengannya. Bagaimana mungkin hubungan ini berhenti begitu saja?

“Kau bilang kau akan menceraikan istrimu dan menikahiku. Aku menunggu itu, tapi kau tidak melakukannya sampai saat ini. Kau sudah mencintai istrimu bukan?”

“Kalau kau tidak bisa melakukan itu, aku yang akan pergi. Aku tidak bisa memisahkan kalian berdua dengan tindakan jahatku, walaupun itu sempat ada dipikiranku. Karena aku juga seorang wanita”

          Semua kata-kata itu tak hentinya keluar dari Viola, untung saja saat ini tempat ini tidak banyak dikunjungi orang-orang.

“Akan aku lakukan, aku akan menikahmu. Aku berjanji. Namun, beri aku waktu sebentar lagi” ia meraih kedua tangan Viola dan memohon padanya tanpa henti. Ia sangat tidak ingin kehilangan Viola. Bagaimanapun caranya akan ia lakukan agar hubungannya tidak berakhir seperti ini.

           Berpisah dengan Arisha? itu hal yang mudah. Ia akan melakukannya dengan segera.

“Berapa lama aku harus menunggu?”

“Tidak lama. Kumohon, beri aku waktu. Aku tidak mau mengakhiri hubungan ini. Aku sangat mencintaimu” kata Saka dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.

“Baiklah, aku akan memberimu waktu satu minggu. Lakukan apa yang sudah kau janjikan. Dan jangan menghubungi atau menemuiku kalau semuanya  belum kau lakukan”

“Dan kalau dalam waktu seminggu itu kau tidak melakukannya. Aku harap kau sudah mengerti, kita benar-benar berpisah saat itu juga”

          Viola tak mau kalah juga dengan Saka yang memohon-mohon padanya. Kali ini juga ia harus bertindak tegas.

           Ia jelas tak mau kalau hubungannya terus seperti ini. Wanita mana yang ingin diduakan oleh seorang laki-laki? Ia juga tau kalau Saka sangat mencintainya dibandingkan kepada Arisha, karena ia yang lebih dulu berhubungan dengannya.

             Namun keadaannya berbeda sekarang, setelah beberapa bulan ia perhatikan hubungan pernikahan Saka dan Arisha, ia merasa semakin tersisihkan.

             Baginya ucapan saja tidak cukup, semuanya butuh aksi. Semua yang Saka janjikan setelah pernikahannya, belum ada yang terwujud satu pun. Padahal  Viola sudah menunggu hari di mana Saka berpisah dengan Arisha dan kemudian menikahinya.

             Perlakuan Saka pada Arisha sudah sedikit berubah. Viola merasakan itu. Kalau seperti ini terus bukannya hanya akan membuatmu lelah? Lelah dengan segalanya dan waktumu terbuang sia-sia. Bagi Viola, lebih baik mencari yang lain dan merelakan Saka bagi Arisha.

             Walaupun Viola tau itu sangat sulit dilakukan karena ia juga sangat mencintai Saka dan merupakan laki-laki yang menerima dengan tulus  bagaimana latar belakang Viola. Dan nantinya pun tidak akan mudah baginya untuk membuka hati pada laki-laki lain.

               Tapi semua ini harus ia lakukan, karena ia juga seorang wanita. Ia sama dengan Arisha. Bukankah semua perbuatan baik atau buruk akan ada balasannya? Bukan hanya pada Viola tapi ia takut turunannya nanti yang akan kena pembalasan atau karma itu.

               Semua niat jahat yang ingin ia lakukan untuk memisahkan Arisha dan Saka pun terkubur begitu saja. Rasanya itu semua bukanlah hal yang tepat.

               Jika Tuhan sudah menakdirkan dirinya bersanding selamanya dengan Saka, maka mungkin perpisahan antara Arisha dan Saka akan terjadi. Dan jika tidak, mungkin semua yang telah lalui dengan Saka hanya tersisa sebagai kenangan dan memori indah yang akan selalu ada dipikirannya.

—TBC—

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang