Twenty One

1 0 0
                                    

•••

           Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Hari sudah mulai beranjak siang. Arisha baru saja selesai mengemas kembali semua barang-barang yang akan dibawanya pulang kembali ke rumah orangtuanya dan sudah membuka pintu kamar, benar-benar akan segera meninggalkan rumah ini.

         Disaat yang bersamaan Saka terbangun dari tidurnya, mengucek-ngucek kedua matanya dan mendapati Arisha sudah berpakaian rapih dengan koper dan beberapa tas besar di tangannya hendak berjalan meninggalkan kamar.

         Saka melihat jam di dinding, beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Arisha.

“Kau mau kemana?”
Arisha terperanjat begitu mendengar suara Saka, ia tidak menyadari Saka yang sudah terbangung dari tidurnya. Padahal ia sengaja untuk pergi sebelum Saka terbangun, karena dipikirnya laki-laki itu akan terbangung siang atau sore nanti dilihat dari tidurnya yang sangat pulas.

“Menepati janjiku”

“Janji yang mana?”

“Aku akan kembali ke rumah orangtua karena sekarang kau sudah baik-baik saja”kata Arisha tanpa keraguan dan berusaha untuk tersenyum.

         Saka terdiam sesaat, ekpresi wajahnya sangat datar. Tubuhnya kembali terasa lemas, bagaimana mungkin ia kembali mendengar hal seperti itu? itu hal yang sangat ia benci sekarang.

“Tidak. Jangan pergi!” Saka menatap Arisha lekat, sementara gadis itu membalasnya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan.

“Kumohon jangan pergi. Kau salah, aku tidak baik-baik saja” Saka memohon berulang kali agar gadis yang sekarang ada di hadapannya ini untuk tidak meninggalkan tempat ini terlebih lagi tidak meninggalkan dirinya.

           Saka berjalan menuju laci lemari dan mengambil amplop yang sangat familiar bagi mereka berdua. Lalu, ia membuka surat itu dengan paksa dan menyobeknya tanpa ragu membuat Arisha membolakan kedua matanya.

           Dipikirnya, Saka sudah sangat gila. Apa maksudnya?. Bagaimana mungkin ia melakukan itu padahal itu yang dia inginkan. Arisha mengernyitkan kedua dahinya, dan merasa sedikit kesal dengan apa yang Saka lakukan dihadapannya barusan.

“Aku sudah membatalkannya. Jadi, kumohon jangan pergi”

“Aku tidak mengerti apa maksudmu. Dan aku juga memohon padamu untuk membiarkanku pergi. Terima kasih untuk semuanya”

         Permohonan Saka barusan ternyata tidak berhasil meluluhkan hati Arisha. Gadis itu tetap melangkahkan kakinya meninggalkan Saka. Namun, laki-laki yang masih mengenakan setelah piyama ini langsung memeluknya, menghentikan langkah Arisha saat itu juga.

         Gadis itu sempat meronta, namun pelukan Saka itu lebih erat dari yang dibayangkan Arisha. Semakin ia berontak, maka semakin semakin erat pula Saka memeluknya.

“Sekali lagi kumohon. Jangan pergi. Aku benar-benar minta maaf atas apa yang aku lakukan padamu dulu. Kumohon”

          Arisha tidak berkutik maupun berbicara sepatah kata pun setelah mendengarnya. Terdapat perasaan yang sangat berbeda kali ini. Pelukan hangat Saka dan ucapan Saka barusan membuatnya tertegun.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang