Twenty Four - End

2 0 0
                                    

•••

Pagi-pagi sekali Arisha dan Saka sudah sibuk mempersiapkan diri sendiri untuk menghadiri pesta pernikaha Matthew. Ya, tepat hari ini salah seorang sahabat Saka akan melepas masa lajangnya dengan mempersunting wanita bernama Elena.

Sejak pagi buta, Arisha sudah berkutat di depan cermin. Merias wajahnya serapih mungkin. Tidak terlalu berlebihan namun tetap pantas.

Saka pun demikian, sedari tadi ia sibuk memlilih setelan tuxedo untuk dikenakan hari ini. Sungguh, Arisha baru menyadari kalau suaminya itu bisa se detail itu dengan apa yang akan ia pakai. Sampai ia akhirnya menemukan tuxedo yang cocok.

Arisha sudah bersiap dengan off soulder dress berwarna silver, dengan rambut yang dibiarkan terurai begitu saja dan hanya merubah modelnya di beberapa bagian kecil, dan juga riasan di wajahnya yang tidak terlalu berlebihan membuat Saka terpukau begitu melihat Arisha.

"Sungguh. Kau sangat-sangat cantik. Aku semakin mencintaimu"

"Kau ini selalu seperti ini"

"Huh? Memangnya kenapa? Kau tidak suka aku memujimu?"

"Bukan seperti itu, hanya saja kau terlalu berlebihan"

Arisha tersenyum tipis seraya menatap Saka. Jujur saja, ia suka pujian. Tapi menurutnya, akhir-akhir ini Saka selalu memujinya berlebihan. Dan ia kurang menyukai itu.

"Berlebihan? Menurutmu itu berlebihan? Aku hanya mengatakan hal yang sewajarnya"

Saka menaikan sedikit nada bicaranya, membuat Arisha sedikit tersentak mendengarnya. Suasana berubah menjadi tegang. Tatapan mata Saka sangat dingin.

Sebuah kesalah pahaman kembali terjadi diantara mereka. Arisha menghela napas panjang. Dia memohon dalam hati agar ini tidak menjadi sebuah perpecahan diantara mereka. Ia tidak mau hal itu terjadi, ia tidak mau mengulangi hal seperti itu.

"Saka, bukan seperti itu. Aku sangat senang kau memujiku, tapi aku tidak terlalu menyukai pujian yang berlebihan"

Saka terdiam tidak menyahuti ucapan Arisha yang membuat Arisha bingung harus melakukan apa agar kesalah pahaman ini selesai saat ini juga. Beberapa jam lagi acara pernikahan Matthew akan dimulai, dan butuh waktu yang cukup lama untuk sampai di tempat tujuan. Sementara mereka malah terlibat perselisihan kecil seperti ini.

"Apa salahnya aku memujimu? Bukankah itu membuktikan kalau aku sangat mencintaimu? Kenapa kau malah melarangku? Aku ingin melakukan semua hal yang dulu tidak pernah aku lakukan, apa itu salah?"

Saka kembali berbicara dan sama sekali tidak menatap Arisha. Nada suaranya kembali tinggi, dan mungkin orang-orang di rumah ini akan mendengar pertengkaran ini. Arisha terduduk di ranjang kasur, mengkhawatirkan itu semua.

Ia menundukkan kepalanya, tidak mengerti kenapa hal ini harus terjadi disaat mereka harus menghadiri pernikahan seorang teman.

Ah tidak, bukan itu yang penting. Lebih tepatnya, kenapa hal ini harus terulang lagi? Arisha takut hal ini akan membuat hubungan pernikahan yang sudah terjalin baik dan harmonis kembali terguncang karena pertengkaran ini. Arisha sangat mencemaskan itu.

"Kenapa kau malah diam?" tanya Saka yang menyadari kalau Arisha tidak lagi menanggapi ucapannya.

Hening.

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Arisha. Namun perlahan Saka mendengar suara tangisan yang tidak lain adalah suara tangisan Arisha di mana ia masih menundukkan kepalanya.

Saka yang menyadari hal itu langsung berlutut dihadapan Arisha, menggenggam tangan Arisha dan meminta maaf.

Ia tidak tau kalau hal ini akan membuatnya menangis seperti ini. Padahal ia hanya bercanda. Demi Tuhan, Saka tidak bermaksud membuat istrinya menangis seperti ini.

"Hey kenapa menangis?. Maafkan aku, aku hanya bercanda" ucapan Saka itu sama sekali tidak menghentikan tangisan Arisha. Yang ada malah semakin menjadi-jadi.

Melihat hal itu, Saka beranjak dari posisinya lalu berjalan menuju lemari. Membuka laci dan mengambil sebuah kotak berwarna navy, lalu duduk disamping Arisha.

"Aku benar-benar meminta maaf. Tadi, aku hendak memberikanmu ini. Tapi sepertinya aku terlalu terbawa suasana, sama sekali aku tidak bermaksud seperti itu"

"Lihat aku" Saka memutar tubuh Arisha agar mereka berhadapan, Arisha masih menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Saka membuka kotak itu perlahan, dan menyuruh Arisha untuk membuka matanya walaupun harus dengan sedikit paksaan.

"Apa maksudnya?" Kali ini Arisha bertannya, ia menatap isi kotak tersebut yang ternyata adalah kalung Swarovski yang sangat cantik. Kemudian ia menatap Saka dengan tatapan penuh tanya.

"Ini untukmu. Aku sengaja membelinya untuk kau pakai hari ini" Saka tersenyum lebar, menatap Arisha dengan penuh penyesalan karena sudah membuatnya menangis. Lalu, ia memasangkan kalung tersebut di leher Arisha.

"Sangat cantik" Pujian yang lagi-lagi dilontarkan oleh Saka membuat Arisha kembali tersenyum.

"Pujian barusan tidak berlebihan kan?" Saka menatap istrinya, menyakinkan kalau yang diucapkannya barusan tidak akan membuat Arisha komplain.

"Terima kasih" Arisha tersenyum manis pada Saka sebelum akhirnya ia memasang wajah kesal dan tatapan tajam. Menggerutu tiada henti, bisa-bisanya Saka seperti itu disaat yang penting hari ini.

"Aku benar-benar kesal padamu. Karena hal barusan aku harus merapihkan make up ku lagi" Arisha berjalan menuju meja rias dan merias wajahnya lagi untuk yang kedua kalinya karena luntur. Untung saja semuanya bisa selesai tepat waktu dan mereka bergegas menuju tempat pernikahan Matthew digelar.

•••

Langit sangat cerah dan semilir angin yang menyejukkan sangat mendukung suasana pernikahan outdoor Matthew dan Elena.

Keduanya baru saja selesai mengucap janji pernikahan, dan suasana begitu khidmat. Semua orang yang menhadiri pernikahan ini tak berhenti memuji betapa cantiknya Elena yang terlihat bak seorang putri dalam cerita dongeng dan Matthew yang sangat tampan dan gagah dengan setelah tuxedo berwarna hitam.

Tak terasa, Arisha meneteskan air matanya begitu melihat kedua mempelai tersenyum bahagia di pelaminan membuatnya teringat akan hal yang juga terjadi padanya. Ia menoleh pada Saka disampingnya,

"Kau ingat saat kita berada di pelaminan saat itu? Kita tersenyum sangat bahagia seolah-olah pernikahan adalah hal yang sangat menyenangkan" ucap Arisha yang diikuti tawa kecil. Saka mengangguk menyahutinya dan tersenyum tipis, lalu merangkul Arisha ke dalam dekapannya.

Tentu saja Saka ingat hal itu, sangat ingat. Hari di mana dirinya menjadi seorang suami, hari dimana ia harus tersenyum sepanjang hari, hari dimana ia harus memulai perjalanan hidup yang sebelumnya belum pernah ia bayangkan akan secepat itu.

Ia tidak ingin melupakan hari itu, namun ada beberapa hal yang ingin ia lupakan sekarang. Yaitu saat dimana pernikahannya dulu tidak harmonis, perlakuannya pada Arisha yang sangat dingin dan kenangan buruk lainnya.

Ia ingin melupakan semua itu, dan ia juga ingin Arisha melupakan semua kenangan buruk itu. Sekarang ia hanya ingin mengingat kenangan-kenangan baik bersama Arisha, menyayangi dan mencintai Arisha selama sisa hidup.

END.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang