Sixteen

2 0 0
                                    

•••

            Setelah semua kejadian yang dilalui Saka beberapa waktu terakhir khususnya dengan Viola, hari ini ia membulatkan tekadnya untuk berpisah dengan Arisha. Ditemani Matthew, ia mengurus semuanya.

“Kau yakin tidak akan menyesal?”

           Matthew yang sedari tadi fokus menyetir menolehkan pandangannya pada Saka, terlihat lawan bicaranya itu sedang sibuk menatap jalanan di depan dengan sebuah amplop ditangannya yang isinya adalah surat cerai yang harus ditandatangani oleh Arisha.

“Kenapa menyesal?” sahut Saka

“Aku tau kau tidak mencintainya, tapi bukankah sebaiknya kau harus mempertahankan pernikahan ini? Arisha wanita yang sangat baik dan sangat menarik. Kalau saja kau tidak terlalu dingin padanya, bukankah dia akan sangat peduli padamu dan kau akan nyaman tinggal di rumahmu sendiri?”

           Saka menatap heran sahabatnya itu, ada apa dengannya hari ini? Ada apa dengan ucapannya kali ini? Dia bersikap seolah-seolah kedua orangtua Saka yang menasihatinya tanpa henti. Bukankah awalnya ia juga mendukung ini?

         Matthew tidak berhenti sampai disitu, sepanjang perjalanan ia tak berhenti menasihati Saka.

“Awalnya aku mendukung kau ingin berpisah dengannya dan menikah dengan Viola, tapi sekarang aku rasa itu tidak benar. Itu bukan hal yang benar Saka. Aku berharap kau bisa lebih menghargai istrimu, wanita yang secara hukum adalah pasanganmu”

“Karma itu ada, entah itu sekarang, nanti atau mungkin di masa depan. Kau tidak mau kan kalau nanti malah keturunanmu yang mendapatkan balasannya?”

         Matthew sekali lagi menoleh ke arah Saka, sedetik kemudian ia mengerjapkan matanya, terkaget melihat Saka yang sudah menatapnya  tajam dengan kedua tangannya disilangkan di depan dada.

“Kau tertarik padanya?” Pertanyaan yang keluar dari mulut Saka berhasil membungkam Matthew. Ia kembali mefokuskan pandangannya pada jalanan di depan sana.

“Jawab pertanyaanku, kau tertarik padanya?” tanya Saka sekali lagi, kali ini dengan menaikan sedikit nada bicaranya sambil tersenyum kecut. Mendengar hal itu, Matthew membanting stir dan menepikan mobilnya dipinggir jalan.

“Iya, aku tertarik padanya” jawab Matthew dengan sangat tegas yang membuat Saka tersenyum tak percaya.

            Bagaimana mungkin sahabatnya seperti ini? Ini adalah pertama kalinya Saka mendengar jika Matthew tertarik pada pasangannya sekarang. Semenarik itukah Arisha dimatanya?

“Ck, kau sama saja sepertiku”

“Dia wanita yang sangat baik dan sangat lembut, bukankah pria lain juga akan tertarik padanya. Dan aku pikir hanya kau saja yang menyiakan-nyiakan wanita sepertinya”

“Apa kau menasihatiku tadi hanya pura-pura saja? Kau sudah menunggu semua ini bukan?”

            Suasana di dalam mobil semakin tegang, kedua orang yang bersahabat ini saling melempar argumen tanpa hentinya sampai mereka sama-sama meninggikan suaranya. Menyatakan apa yang menurut mereka benar. Sampai akhirnya Matthew memutuskan untuk meninggalkan Saka dan menaiki taksi untuk pulang ke rumah.

           Pertengakaran mempermasalahkan seorang wanita seperti ini tidak pernah terjadi diantara mereka. Saka jelas kesal karena mengetahui Matthew menyukai Arisha diam-diam. Dan perasaan kesal itu tiba-tiba muncul begitu saja padahal sudah jelas juga ditangannya ada sebuah amplop berisi surat yang akan membuatnya berpisah dengan Arisha.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang