Twenty

1 0 0
                                    

•••

             Arisha yang sedang duduk di depan Saka terkejut begitu mendengar suara tangisan suaminya. Ia lantas menyimpan nampan berisi makanan di nakas samping tempat tidur. Mencoba memahami keadaan yang sangat asing baginya. Dimana Saka yang selalu dingin dan acuh padanya sekarang menangis tanpa henti.

“Hei, apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba menangis?”

           Gadis ini jelas kebingungan, apalagi Saka terus menundukkan kepalanya. Tidak menyahuti ucapannya dan membuatnya semakin resah.

“Saka, bicara padaku” Arisha memajukan sedikit posisinya berharap Saka mau bicara. Ia meraih tangan Saka yang sudah sangat basah karena air mata, lalu mengusapnya dengan lembut. Saka tetap saja tidak bereaksi, ia semakin terlarut dalam tangisannya.

“Kau bisa bicara padaku, aku tidak ingin kau menanggungnya sendirian. Kumohon. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Mungkin aku tidak bisa banyak membantumu, tapi aku jadi seseorang yang menjadi sandaranmu saat ini!”

           Arisha tak bisa berhenti sampai disitu, ia melakukan semuanya dan mengajaknya berbicara agar Saka merasa sedikit membaik. Kalaupun keinginan Saka adalah bertemu dengan Viola, makan tanpa ragu juga Arisha akan melakukannya.

“Ini sangat berat untukku”suara itu terdengar sangat pelan dan kurang begitu jelas terdengar di telinga Arisha.

“Angkat kepalamu dan bicaralah” bujuk Arisha untuk yang kesekian kalinya dan langsung dituruti oleh Saka. Matanya terlihat sangat lelah. Baru kali ini Saka menatap Arisha dengan tatapan putus asa.

“Aku tidak bisa melewati ini semua. Ini sangat berat bagiku” tutur Saka

“Apa yang harus aku lakukan?”

              Arisha menatap Saka dengan sangat lembut, lalu tersenyum setelahnya.

“Aku akan menemanimu melewati semua ini. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian. Sebelum semuanya berakhir dan sebelum aku meninggalkan tempat ini. Aku ingin memastikan semuanya baik-baik saja”

             Saka terdiam setelah mendengar kalimat yang diucapkan wanita didepannya ini. Ia tersadar kalau sebentar lagi mereka akan berpisah. Surat cerai sudah ditandatangani tinggal menunggu waktunya tiba mereka benar-benar berpisah.

            Hatinya kembali merasakan sakit yang luar biasa begitu mengingatnya. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah ia sakiti selama ini tidak keberatan untuk tetap bersamanya disaat seperti ini? bukankah itu hal yang sangat sulit?

            Setiap kali Saka melihat Arisha yang sedang tersenyum padanya sekarang, ia merasakan penyesalan yang sangat hebat. Ia merasa dirinya benar-benar laki-laki jahat. Laki-laki yang sangat pantas untuk diberi hukuman oleh Tuhan. 

“Kenapa kau seperti ini padaku? Aku sudah menyakitimu”

“Karena aku tidak ingin ada penyesalan nantinya”

              Saka kembali menundukkan kepalanya begitu mendengar jawaban dari Arisha. Rasa bersalah semakin besar mencuat dari dalam diri Saka. Sangat sulit baginya untuk menatap Arisha, sementara wanita itu masih setia dengannya saat ini.

“Apa kau tidak lapar? Aku tidak mau kau sakit, karena kalau itu terjadi aku akan semakin lama berada di sini. Dan aku tidak mau itu”

             Lagi-lagi hal itu dibahas oleh Arisha yang membuat Saka sedikit kesal. Perasaan kesal saat Arisha bilang akan pergi dari sini memicu rasa kesal dalam hatinya. Padahal beberapa waktu lalu, ia lah yang pertama mengajukan perpisahan dengan Arisha. Namun sekarang, ia malah kesal ketika Arisha membahas hal itu.

•••

            Beberapa hari kemudian, keadaan Saka sudah mulai membaik. Sudah mulai menyelesaikan satu persatu permasalahan yang menimpanya beberapa waktu kebelakang. Tentu saja ditemani Arisha.

              Ia sudah menceritakan semuanya pada Arisha termasuk hubungannya dengan Viola dengan penuh penyesalan. Permintaan maaf pun sudah ia sampaikan pada Arisha.

            Dan ya, hubungannya dengan Viola saat ini sudah berakhir. Seperti janji mereka dulu. Mau tidak mau, bisa tidak bisa ia harus melupakan Viola bagaimana pun caranya.

           Semua pekerjaan kantor pun sudah hampir semua diselesaikan. Tuan Andrew sudah bisa mengembalikan kepercayaannya lagi pada Saka.

           Sore ini Saka baru kembali dari kantor. Dan tidak seperti biasanya, beberapa hari ini juga Saka selalu pulang tepat waktu. Tidak seperti dulu di mana dia akan pulang sangat larut.

            Disaat yang bersamaan pula, Arisha sedang sibuk di dapur dan menyiapkan untuk makan malam. Entah kenapa hal yang dilakukan Arisha akhir-akhir ini terasa menyenangkan. Terutama saat ia bersama Saka.

             Ia merasakan perasaan yang sangat berbeda dibandingkan dengan sebelum adanya kejadian ini. Saka yang sangat dingin dan susah diatur, berubah menjadi yang sedikit lembut dan memedulikan sekitar. Tapi tetap saja, dinding batasan itu masih terasa sangat kuat bagi gadis ini. Ia tidak mau mengambil langkah yang salah yang nantinya akan membuat keadaan rumit.

“Makanannya sudah siap, makanlah” tutur Arisha begitu masuk ke dalam kamar dan melihat Saka baru keluar dari kamar mandi.

              Saka yang melihat Arisha malah naik ke atas ranjang dan membaca buku itu merasa heran. Bukankah ini sudah jam makan malam? Dia menyuruhnya untuk pergi makan sementara yang menyuruh malah membaca buku.

“Lalu apa yang kau lakukan sekarang?”

          Arisha mendongakan kepalanya dan menunjukkan buku yang sedang dipegangnya itu dengan suatu maksud yang sebenarnya sudah dipahami oleh Saka.

“Aku tau. Kau menyuruhku makan sementara kau malah di sini”

         Arisha mengernyitkan dahinya, dan Saka yang melihat itu berjalan mendekati Arisha.

“Maksudku ayo kita makan bareng”
Ucapan Saka membuat Arisha tertawa kecil, lelucon apa yang sedang dilontarkan oleh laki-laki dihadapannya ini?

“Kau duluan saja, aku akan makan nanti” tolak Arisha lalu kembali memfokuskan pandangannya baca buku yang akan ia baca. Namun sedetik kemudian, Saka merebut buku itu dari tangannya dan menyimpannya sembarang.

“Temani aku makan”kata Saka tersenyum lalu menarik tangan Arisha dan berjalan menuju ruang makan. Membiarkan Arisha duduk di kursi yang sudah ia siapkan. Arisha berharap ini semua adalah mimpi, ia tidak ingin terlalu larut ke dalam suasananya. Karena besok, semuanya akan berakhir.

             Arisha akan pergi dari rumah ini dan kembali ke rumah orang tuanya seperti yang sudah sering ucapkan. Apapun yang terjadi malam ini, semuanya akan menjadi kenangan terakhir baginya. Sebenarnya sangat sulit dilakukan, terlebih ia sudah akrab dengan semua ART di rumah ini. Tapi, mau tidak mau ia harus melakukannya.

            Ia tidak mau membiarkannya jatuh kedalam lubang yang sama. Tidak mau membuat dirinya merasakan sakit dan penderitaan yang baginya selama ini sudah cukup sangat menyiksanya.


—TBC—

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang