Seventeen

2 0 0
                                    

•••

          Suasana pagi ini terasa berbeda, kedua pasangan ini sama sekali belum tertidur. Semalaman Arisha sibuk mengemas barang miliknya, sementara Saka masih menggunakan setelan kemeja kemarin dan melamun sepanjang malam.

        Pagi ini pun Arisha sudah bersiap untuk kembali ke rumah kedua orangtuanya dan meninggalkan semuanya di rumah ini termasuk Saka. Semua orang yang ada di rumah ini pun tampak tidak banyak bicara, sepertinya mereka mengetahui semua pertengkaran semalam.

        Baru saja ia akan keluar kamar dengan beberapa koper dan tas yang akan dibawanya, ia mendapati suara berisik dari bawah sana. Seorang pria paruh baya yang merupakan mertua Arisha atau ayah Saka datang sambil memanggil nama Saka berulang kali dengan nada marah.

        Arisha langsung menghampirinya hendak menyapa sang ayah mertua, namun bersamaan dengan itu Saka menghampiri ayahnya lebih dulu.

        Tanpa basa-basi lagi, sang ayah langsung memarahi anaknya itu dengan bertubi-tubi. Suara tegasnya terdengar hingga semua sudut di rumah ini. Jelas, Arisha tidak tega melihat suaminya itu dibentak dan dimarahi dengan tanpa henti. Hatinya sangat sakit.

        Arisha pun kaget begitu tau kalau beberapa minggu ini ada pekerjaan yang belum diselesaikan oleh saka dan membuat pendapatan perusahaan turun cukup drastis. Arisha tidak bisa membantu apa-apa, karena Saka tidak pernah bercerita tentang pekerjaan padanya.

         Namun yang paling membuat Arisha terdiam membisu, mengeluarkan air mata dan lemas adalah saat tau jika alasan dibalik itu semua adalah karena Viola. Wanita yang pernah diucapkan Saka didepannya saat mabuk, wanita yang memiliki wangi parfum yang sama dengan Saka.

         Sang ayah mertua memarahinya sekali lagi, beliau merasa kecewa karena sudah dibohongi oleh putra bungsunya itu. Kekecewaan itu membuat ayah Saka yang harus turun tangan hari ini membereskan semua kekacauan di kantor.

        Arisha masuk ke dalam kamar dan tak berhenti menangis. Firasatnya selama ini tidak salah, saat di pesta ulang tahun Edwin beberapa waktu yang lalu saat ia mendapati dua orang di dalam gudang. Ia sudah mencurigai itu Saka dan Viola, karena kancing kemeja yang ia temui di lantai gudang dan saat pulang ia mendapati bahwa kancing kemeja Saka hilang satu.

          Ia mencoba menyingkirkan pikiran itu, karena ia yakin suaminya itu tidak akan melakukan itu. Dan ia juga tidak ingin berburuk sangka, sampai pada ia hampir melupakannya. Tetapi sekarang, semua kekhawatiran dan kecurigaannya benar adanya.

         Hatinya semakin terasa sakit begitu mengingat itu semua, kenapa selama ini ia tidak menyadarinya? Gadis ini tak berhenti menangis, apalagi ia masih mendengar samar-sama pertengkaran Saka dan ayahnya yang tiada henti.

         Sampai pada akhirnya ia mendengar sang ayah mertua memanggil namanya. Dengan segera ia menghapus air matanya dan menghampirinya.

“Kau menangis?” tanya sang ayah mertua dengan sangat lembut, Arisha menggeleng. Tapi tetap saja, walaupun Arisha berbohong, mata sembabnya tidak bisa membohongi siapapun. Saka menoleh ke arahnya.

“Kau lihat? Istrimu menangis, kau tidak merasa bersalah padanya? Kau sudah menyakitinya. Aku tidak pernah mengajarimu berbuat seperti ini” bentaknya lagi pada Saka, semakin Saka menanggapinya maka semakin dibentak pula ia oleh sang ayah.

“Minta maaf pada istrimu” perintah sang ayah yang jelas tidak langsung dituruti oleh Saka

“Tidak mau meminta maaf? Kau bersalah Saka, kau sudah menyakitinya, kau tidak sadar juga?”

“Ayah…” baru saja Arisha ingin melerai pertengkaran ayah mertuanya itu dengan Saka, ucapannya langsung dipotong oleh Saka,

“Aku pergi dulu” katanya tanpa melihat kea rah ayahnya ataupun Arisha, berjalan begitu saja meninggalkan rumah dengan mobil yang jelas-jelas itu membuat Tuan Andrew marah besar.

“Apa seperti itu perlakuan Saka padamu?” Arisha lagi-lagi menggeleng menanggapi pertanyaan ayah mertuanya. Ia tidak mau membuat Saka semakin dimarahi nantinya. Ia ingin menutupi semuanya. Biar ia dan Saka saja yang tau semuanya.

       Ia tidak ingin membuat kedua mertuanya khawatir dan kecewa.

“Risha, jika dia tidak memperlakukanmu dengan baik , bilang saja pada aku atau ibu mertuamu. Kami akan menasehatinya. Kami sangat menyayangimu dan tidak ingin membuatmu terluka. Aku tidak akan membiarkannya menyakitimu”

“Maaf jika selama ini Saka membuatmu menderita” kalimat yang keluar dari mulut Tuan Andrew benar-benar lembut apalagi mungkin sekarang ia sudah sedikit tenang, begitupun dengan Arisha yang sama-sama merasa tenang dan merasa terlindungi.

“Terima kasih ayah, sudah melindungiku” Arisha tersenyum tipis sambil menahan air matanya agar tidak turun.

           Tak berlangsung lama setelahnya, sang mertua pamit hendak kembali ke kantor mengurus sisa kekacauan yang disebabkan Saka.

           Arisha pun tidak bisa pergi walaupun semuanya sudah siap. Karena ia diminta untuk pergi ke rumah mertuanya sore ini, mereka akan mengadakan makan malam dan membicarakan beberapa hal terutama dengan Saka yang sekarang entah sedang pergi ke mana.

          Gadis ini menatap koper dan tas yang sudah berjejer rapi di ambang pintu kamar. Bagaimana ia dan Saka memberitahu dan menceritakan ini semua pada kedua keluarga? Bukankah semua pihak akan tersakiti?

         Orangtua mana yang menginginkan anak-anaknya gagal dalam pernikahan? Begitupula dengan pasangan yang menjalankan pernikahan itu sendiri, tidak ada yang mengingkan perpisahan terjadi bukan?

       Arisha harus menahannya sebentar lagi, ia harus bersabar.

       Menit dan jam berlalu, sekarang sudah pukul 5 sore. Namun Saka belum juga pulang ke rumaah, ibu mertuanya sudah menghubungi Arisha beberapa kali. Ia masih menunggu Saka, karena tidak mungkin ia pergi sendirian.

       Ia mencoba menelpon Saka berulang kali, namun handphonenya tidak aktif. Semakin bingung dan khawatir, apalagi Saka pergi dalam keadaan kacau dengan memakai setelan baju kemarin. Tidak mungkin kan kali ini ia pergi ke Viola?

        Hatinya gusar melihat jam yang terus berlalu, ia tidak bisa terus-terusan memberikan alasan yang tak pasti pada mertuanya. Tiba saat jam makan malam, sang mertua kembali menelponnya, menanyakan keberadaanya dan menyuruhnya untuk segera bergabung dengan keluarga Andrew.

        Dan dengan penuh rasa bersalah, Arisha memberitahu mertuanya kalau ia tidak bisa pergi karena ia merasa tidak enak badan. Untung saja mereka bisa memakluminya.

        Malam semakin gelap dan kekhawatiran Arisha semakin menjadi-jadi karena ia menanyakan keberadaan suaminya pada Matthew atau Edwin tidak ada yang mengetahuinya, begitupun di rumah Viola. Tidak ada yang mengetahui keberadaan Saka satu orang pun.
 
       Arisha tidak tau harus berbuat apa, ia bingung setengah mati. Pergi menacari Saka pun, ia tidak tau harus mencarinya kemana. Ia tidak tau tempat yang sering dikunjungi Saka.

—TBC—

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang