Eight

2 0 0
                                    

•••


             Sinar matahari yang sudah terik dan suara berisik dari luar berhasil membuat Saka terbangun dari tidurnya. Sesaat ia hanya menatap langit-langit kamarnya, lalu melihat jam di ponselnya.

Pukul  11 siang.

              Ini adalah kedua kalinya ia terbangun di siang hari di kamarnya. Saka sadar akan hal itu dan kali ini pun Saka tampak sangat santai, tidak seperti saat itu dimana ia langsung terburu-buru pergi ke kantor.

             Kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya, dan seperti biasa ia membereskan tempat tidurnya. Lebih tepatnya, bagian yang ia tiduri. Karena bagian Arisha di sampingnya sudah terlihat rapi.

             Ia berjalan ke arah kaca besar yang berfungsi sebagai jendela kamar dan juga pintu menuju balkon kamar. Ia menggeser pintunya, dan suara berisik itu semakin terdengar jelas.

            Rupanya seseorang di bawah sana sedang asik bermain dengan seekor anjing. Siapa lagi kalau bukan Arisha dan Leo—anjing peliharannya.

           
             Saka tak berhenti memandanginya, bahkan pandangannya mengikuti kemana Arisha dan Leo berlari. Ia baru tau kalau istrinya sangat akrab dengan anjingnya. Wajar saja karena selama ini Saka jarang berada di rumah dan memperhatikan keadaan rumah, apalagi Arisha.

“Ahh tunggu aku” Saka tersenyum tipis saat melihat Arisha berlari terengah-engah mengejar Leo yang sangat aktif. Rambutnya sedikit berantakan tapi dibalik wajah lelahnya bermain dengan Leo, Arisha tetap tersenyum ceria saat ia berhasil menangkap anjing jenis siberian husky itu dan tertawa kecil setelahnya.

              Namun senyuman yang terukir di wajah Saka itu tidak berlangsung lama, karena Arisha tiba-tiba melihat ke arahnya dan jelas itu membuat Saka refleks kembali memasang ekspresi datar. Begitupun dengan Arisha yang sama-sama menatapnya dengan ekspresi datar.

             Saka menggerutu kesal dalam hatinya seraya masuk kembali ke dalam kamar.

Kau gila? Apa yang kau lakukan barusan?”

“Kau memperhatikannya? Memperhatikan setiap langkahnya?”

“Dan kau tersenyum setelahnya?”

Benar-benar sudah gila

             Kira-kira itulah ocehan yang tak hentinya keluar dari mulut Saka. Bahkan saat di kamar mandi pun ia melamun dan terus menggerutu.

             Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatnya Matthew, yang kebetulan hari ini adalah hari libur. Namun sebelum pergi, ia pergi ke dapur dan mengambil beberapa bahan makanan yang akan ia olah sebagai menu makannya kali ini.

             Saka menolak untuk dibuatkan makanan oleh ART nya, karena menurutnya ini hal yang mudah dan ia bisa melakukannya sendiri.

            Tak lama setelah ART nya pergi meninggalkan Saka sendirian di dapur, ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Namun ia tak menghiraukannya dan tak merasa penasaran dengan siapa orang itu, mungkin saja itu asisten rumah tangganya. Yang pasti, Saka tetap melakukan aktivitasnya dengan telaten.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang