Eleven

2 0 0
                                    

•••

            Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, hari sudah berganti malam. Sinar bulan menyinari dengan terangnya. Suasana di rumah ini sangatlah ramai, parkiran yang cukup luas sudah penuh oleh kendaraan, para tamu bergiliran masuk ke dalam rumah. Termasuk Arisha dan Saka.

         Mereka berjalan berdampingan memasuki rumah bergaya modern minimalis itu. Nampak di halaman belakang rumah sudah ramai dipenuhi oleh orang-orang.

“Akhirnya kau datang, hai Arisha” sapa Edwin begitu melihat Arisha dan Saka bergabung dengan teman-temannya yang lain. Bagi Edwin ini adalah pertemuan keduanya dengan Arisha setelah pernikahan.

“Hai, selamat ulang tahun” kata Arisha tak lupa membalas sapaan Edwin barusan sambil tersenyum.
“Terima kasih”

“Dimana kekasihmu? Dia datang bukan?” tanya Saka sambil melihat sekeliling mencari sosok kekasih sahabatnya itu yang sampai saat ini belum terlihat dalam pandangannnya.

“Ada di sana” Edwin menunjuk seorang wanita seumuran dengan Arisha sedang asik mengobrol dengan tamu yang lainnya. Saka pun mengangguk pelan. Ditengah-tengah mereka mengobrol, Saka mendengar suara wanita yang sudah sangat akrab di telinganya.

“Hai…” ketiga orang ini langsung menoleh kea rah suara tersebut, seorang wanita dengan dress berwarna maroon menghampiri mereka. Dia adalah Viola. Kekasih Saka.

          Saka tidak terkejut begitu melihat Viola di hadapannya. Karena ia sudah tau kalau Viola juga diundang oleh Edwin untuk pesta ulang tahunnya. Dan bahkan siang tadi, mereka juga saling bertukar pesan akan menghadiri acara malam ini. Bahkan barusan mereka saling melempar senyuman.

           Namun berbeda dengan Edwin yang nampak panik dan bingung, ia jelas mengundang Viola tapi ia tidak menyangka kalau Viola akan hadir tepat diantara mereka bertiga terutama Arisha. Apalagi ini adalah pertemuan mereka yang pertama. Viola tau Arisha, sementara Arisha tidak tau siapa wanita ini. Dan mala mini adalah pertama kalinya mereka berkenalan.

            Nampak senyuman ramah terukir di wajah Arisha dan Viola. Tidak banyak perbincangan setelahnya, semua orang fokus mengabadikan momen dan memperhatikan Edwin yang baru saja dilempar ke kolam renang oleh teman-temannya  termasuk Saka secara tiba-tiba, membuatnya basah kuyup. Semua yang hadir pun nampak hanyut dalam suasana.

            Sampai akhirnya Arisha menyadari kalau suaminya menghilang dari pandangannya, matanya sibuk mencari keberadaannya, namun hasilnya nihil. Kemana Saka pergi?

•••

              Sementara itu, Saka yang sedang berdiri di samping kolam renang diantara puluha orang yang hanyut dalam pesta merasakan tarikan yang cukup kuat di tangannya. Ia merasa kesal, namun setelah melihat siapa pelakunya, ia tersenyum gemas.

“Rupanya kau” Viola tersenyum sesaat sebelum kembali menarik lengan Saka menuju gudang yang terletak di ujung rumah ini. Bisa dibilang akses jalan menuju gudang ini jarang dilalui orang-orang. Mereka masuk ke dalam gudang, Viola mendorong Saka hingga punggungnya bersentuhan dengan tembok yang dingin.

“Apa yang sedang kau laku—“ belum sempat Saka mengkahiri kalimatnya, ia merasakan sesuatu yang lembut menempel di bibirnya. Sebuah kecupan dari Viola.

            Saka hanya bisa melihat Viola dengan samar-samar karena di gudang ini sangat gelap, dan hanya sedikit pencahayaan saja dari luar. Namun ia bisa melihat dan merasakan kalau Viola kembali menciumnya. Kali ini dengan sangat agresif.

             Tentu saja ciumannya itu dibalas tak kalah agresif oleh Saka, ia merangkul pinggang Viola dan menariknya ke dalam dekapannya. Ciumannya berpindah ke area leher sebentar sebelum kembali melumat bibir kekasihnya itu tanpa henti.

            Keduanya mlelupakan kalau mereka sedang berada dalam suasana di mana ada banyak orang di sana termasuk Arisha. Nampaknya mereka pun tidak peduli jika orang-orang mencarinya, karena mereka terlihat sangat menikmati permainan yang sedang mereka lakukan sekarang.

          Dan ya, disisi lain ada seseorang yang sedang mencari keberadaan Saka. Seorang wanita yang saat ini tengah gelisah karena ia merasa terasingkan di tengah-tengah keramaian. Orang-orang yang dikenalnya di pesta ini hanyalah Edwin yang sekarang pun sedang asik dengan rekannya yang lain. Saat ini ia hanya ingin pulang, jika ia tau akan seperti ini jadinya, mungkin ia tidak akan ikut.

           Ia berjalan ke setiap sudut rumah, untuk sekedar mengalihkan rasa bosannya. Sampai ia sampai di sudut rumah ini yang letaknya berada di belakang, ruangannya gelap dan pintunya terbuka sedikit. Tidak ada orang yang berjalan-jalan bersamaan dengannya.

          Arisha menghampiri ruangan itu, jika orang lain yang mungkin lewat dengan atau tanpa sengaja mungkin akan membiarkannya saja atau mengabaikan ruangan itu. Toh, ruangannya sangat gelap dan bukan sebuah kamar mandi atau semacamnya.

         Berbeda dengan Arisha, yang merasakan dorogan kuat dalam hatinya untuk menghampiri ruangan itu. Langkahnya semakin mendekat, ia mendengar suara samar dari dalam ruangan itu. Terdengar seperti suara manusia, yang membuatnya yakin di dalam ruangan itu ada orang.

          Dari luar pintu yang terbuka itu ia melihat sebuah siluet bayangan dua orang manusia yang entah sedang melakukan apa, ia mencoba masuk dan betapa kagetnya  saat ia mendengar suara orang yang sedang berciuman dan desahan yang jika didengarkan dengan seksama, suara itu semakin terdengar jelas ditelinga Arisha.

            Ia mengurungkan niatnya untuk masuk lebih dalam, dan disaat yang sama pula seseorang menarik lengannya dan mengajaknya kembali ke tempat yang dijadikan tempat pesta, yaitu halaman belakang.

            Arisha menghela napas panjang dan wajahnya nampak kecewa begitu menyadai kalau orang di depannya sekarang bukanlah Saka, melainkan Matthew yang tersenyum hangat padanya. Begitupun dengan Arisha yang mencoba untuk menghilangkan rasa kecewanya itu dengan membalas senyuman Matthew.

“Aku baru melihatmu, kau baru datang?” tanya Arisha yang penasaran kemana Matthew sedari tadi.

“Ahh, aku sudah daritadi di sini hanya saja Edwin menyuruhku menyiapkan beberapa hal. Jadi sedari tadi aku sibuk”

“Oh iya bagaimana adikmu? Apa dia menyukai kue nya?”

“Uhmm ya dia menyukainya, sangat menyukainya. Bahkan dia memintaku untuk membelikannya lagi” kata Matthew yang membuat Arisha memasang wajah tak percaya

“Benarkah?”

“Iya, terima kasih banyak waktu itu kau membantuku. Lain kali aku akan mentraktirmu. Bagaimana?”

“Tidak perlu, aku membantumu karena keinginanku” kata Arisha dengan lembutnya yang hanya dibalas senyuman tipis oleh Matthew.

             Laki-laki bernama Matthew ini tak bisa berhenti memperhatikan Arisha, wanita ini terlihat kembali banyak melamun setelah obrolan mereka habis. Tentu saja ia sangat khawatir, ia tau kalau tadi Arisha sangat kecewa begitu melihatnya. Sudah pasti yang ia harapkan adalah Saka.

             Dan Matthew juga tidak mungkin memberitahu Arisha kalau Saka, suami yang dicarinya itu berada dalam gudang tadi. Walaupun Matthew mendukung hubungan Viola dan Saka, dan setuju kalau sahabatnya ingin berpisah Arisha, tapi setelah ia melihat Arisha saat ini perasaan bersalah itu muncul.
Ia merasa kasihan pada Arisha dan merasa kesal dengan Saka, tapi ia jelas sangat kesal dengan dirinya saat ini.

Haruskah ia terlibat dengan semua ini?



—TBC—

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang