By 1

65 7 19
                                    

Satria memandangi gadis di depan nya yang sudah sepuluh menit ini menjadi teman nya mengerjakan tugas....Dania.

Bukan...sudah pasti bukan kemauan kedua nya untuk menjadi rekan sekelompok, namun memang perintah dari guru bahasa Indonesia mereka yang mengharuskan keduanya ada dalam satu team.

"Mata lo mau gue colok?" pertanyaan Dania berhasil mengejutkankan Satria yang buru-buru mengalihkan pandangan nya.

Dania memang tengah menunduk mengerjakan tugas di hadapan nya, namun bukan berarti Dania tidak tahu jika Satria tengah menatap nya.

Segera setelah nya, Dania mengangkat kepala nya dan balas menatap Satria yang dengan berani kembali menatap Dania.

"Ngapain lo liat in gue terus?" tanya Dania galak.

"Karena gue lagi meratapi nasib gue...bisa-bisa nya gue satu kelompok sama lo." jawab Satria dengan melipat kedua tangan di dada.

Dania mendengus mendengar jawaban Satria..

"Heh...asal lo tahu ya, gue juga males banget satu kelompok sama lo, mana cuma berdua lagi, sial banget gue." balas Dania telak.

"Terus kenapa lo masih disini?" tanya Satria sambil mengangkat satu alis nya.

"Gue masih hormat sama guru ya, kalau bukan karena tugas dari guru, gue juga males..." jawab Dania dengan wajah malas nya.

"Satria...Dania...sedang apa kalian? Kenapa terus ngobrol? Apakah tugas kalian sudah selesai?" Interupsi dari guru di depan segera memutus kontak mata antara Dania dan Satria.

"Maaf pak, kami cuma lagi berdiskusi." jawab Satria segera.

"Oh, saya kira kalian ribut lagi...bagus lah, lanjutkan tugas kalian."

Dania segera bernafas lega, sementara Satria memasang smirk nya.

"Kenapa lagi lo?" tanya Dania yang menyadari smirk Satria.

"Hebat kan gue? Coba kalo gue nggak jawab gitu, bisa dimarahin sama guru lah." jawab Satria dengan senyum jahatnya.

"Ih, apaan sih..." seru Dania sambil kembali menyibukkan diri dengan soal-soal di hadapan nya.

Tak peduli apa yang Satria bilang barusan, Dania hanya meyakini jika ucapan Satria tadi hanya angin lalu saja...

***

Menjadi anggota Osis memang cukup melelahkan, namun Satria sangat menikmati nya. Bisa menjaga kedisiplinan teman-teman di sekolahnya adalah salah satu kebahagiaan bagi Satria.

Mungkin terdengar klise, namun itulah fakta nya. Satria yang ayahnya adalah seorang anggota militer, sudah pasti mendidik anak-anak nya dengan disiplin, dan hal tersebut pun menurun pada Satria. Apalagi Satria adalah sulung dari dua bersaudara, yang mana adik satu-satunya adalah seorang adik perempuan cantik yang harus dijaganya.

Satria tumbuh dengan disiplin dan kasih sayang yang berimbang dari kedua orang tua nya, jadi tak heran jika cowok bermata tajam ini menjadi sosok yang bisa di andalkan, seperti di sekolahan misal nya.

"Sat, tolong lo cek berkas ini...udah sesuai sama yang di laptop atau belum?" Kaisar si ketua Osis memberi tugas pada Satria.

"Ehm...yang ini udah gue cek, dan semua nya aman." jawab Satria dengan yakin.

"Oke...sekarang kita istirahat dulu, gue mau ke kantin, lo mau ikut?" tanya Kaisar.

Satria pun mengangguk dan segera keduanya berjalan ke kantin yang pasti sudah penuh di jam istirahat seperti saat ini.

Begitu sampai di depan kantin, Satria langsung menghentikan langkah nya...dan mau tak mau Kaisar yang berjalan di sebelahnya pun ikut berhenti.

"Kenapa?" tanya Kaisar bingung.

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang