By 10

5 2 0
                                    

"Thanks ya udah nganterin pulang." ucap Dania begitu mobil Choky berhenti didepan rumah nya.

"Sama-sama...besok mau dijemput?" tanya Choky sambil menatap Dania yang masih duduk di sampingnya.

"Nggak ah." jawab Dania singkat.

"Tumben..." seru Choky sambil terkekeh.

"Kapan aku dapet pacar lagi kalau kita masih sering antar jemput kayak gini?" Dania bertanya setengah bercanda.

"Hahaha...iya juga ya. Tapi kalau nanti kamu udah ada orang lain bilang aja, biar aku tau." ucap Choky tersenyum.

"Siap, tapi kamu nggak tersinggung kan sama omongan aku tadi?" tanya Dania merasa tak enak hati.

"Omongan yang mana? Soal kita masih deketan? Nggak lah...lagian emang kamu kan selalu blak-blakan, aku udah nggak kaget." jawab Choky dengan senyum diwajahnya.

"Sedih banget tau, cantik gini tapi diputusin..." gerutu Dania dengan wajah gemas nya.

"Hahaha, enak aja diputusin, itu kesepakatan kita berdua kalau kamu lupa." bantah Choky sambil mengacak rambut Dania.

"Eh, turun yuk...aku bikinin kamu minum yang enak. Mau nggak?" tanya Dania yang tiba-tiba sadar kalau ternyata sedari tadi mereka justru asik berbicara di dalam mobil.

"Pengen sih, tapi udah sore. Kapan-kapan aja, nggak papa kan?" tanya Choky balik.

"Ya nggak papa lah. Ya udah, aku masuk dulu ya. Thanks sekali lagi..." ujar Dania sambil keluar dari mobil Choky.

"Oke...aku pulang ya." pamit Choky yang dibalas anggukan oleh Dania.

"Hati-hati di jalan." seru Dania sambil melambaikan tangan dan di balas senyum oleh Choky.

Mobil Choky kemudian perlahan meninggalkan kediaman Dania, menyisakan Dania yang tiba-tiba merasa galau.

Galau karena sebenarnya dia tak ingin pulang ke rumah nya. Namun apa boleh buat, sekalipun tak ingin, Dania ingat di dalam sana ada mamah nya yang pasti selalu menunggu nya pulang.

Biarlah papah nya dengan simpanan nya, Dania tak peduli, yang terpenting dia masih memiliki sang mamah, itu sudah lebih dari cukup.

***

"Kak...tadi pesanan ayah udah di masukin keranjang kan?" tanya bunda Satria, yang di balas putera nya dengan anggukan.

"Bun...Rasti mau ini ya, boleh kan?" Rasti adik Satria menunjuk sekotak cokelat berharap sang bunda meng iya kan.

"Boleh...kamu mau apa kak?" tanya bunda pada Satria yang sedari tadi hanya sibuk mengikuti bunda dan adik nya berbelanja kesana kemari.

"Apa ya bun? Duh Satria bingung..." jawab Satria sambil mendorong keranjang belanjaan bunda nya.

"Ya kakak mau nya apa? Ehm...ini enak loh." usul Rasti sambil menunjuk camilan dengan rasa keju.

"Boleh deh..." seru Satria dan justru Rasti yang bersemangat memasukan camilan Satria ke dalam keranjang belanjaan.

"Ah, ini sih Rasti nanti yang makan...ya nggak bun?" goda Satria pada adik nya.

"Nah itu kak Satria tau." seru Rasti sambil tertawa.

"Bun, ke sebelah sana yuk..." ajak Rasti menggandeng bunda nya dan membiarkan Satria mengikuti di belakang mereka.

"Mau beli apa sih dek?" tanya sang bunda yang keheranan namun tetap mengikuti langkah anak gadisnya.

"Bagus nggak bun?" tanya Rasti yang menunjuk sebuah botol cat kuku di gerai make up.

"Kamu mau pakai gituan?" tanya Satria tak percaya.

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang