Sudah 30 menit Dania berdiri diam di depan pintu rumah nya, dan selama itu jugalah dia mendengar pertengkaran orang tua nya.
"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menandatangani surat perceraian kita mas...nggak akan."
"Kenapa kamu mempersulit masalah ini? Cukup kamu tanda tangani dan semua penderitaan kita akan selesai."
"Apa maksud mas?"
"Kamu tahu aku sudah tidak mencintaimu, dan aku juga sudah menikah lagi...kalau kita masih bersama, ini hanya akan menyakiti Dania."
"Mas! Aku bertahan juga untuk Dania...bagaimana pun mas membujuk aku, surat perceraian ini tidak akan pernah aku tanda tangani."
"Jangan keras kepala...kamu dan Dania nanti yang akan terluka. Tapi baiklah, kamu yang minta...jangan salahkan aku jika aku akan semakin jarang pulang, karena istri ku sedang mengandung..."
Tangan Dania bergetar mendengar apa yang baru saja Papah nya katakan...istri muda Papah nya sedang mengandung, yang berarti...
Tidak...tidak...Dania berjalan mundur, mencoba lari dari kenyataan. Akhirnya apa yang selama ini dia takut kan, terjadi juga...
Dania berjalan keluar rumah setelah sebelumnya mengirim pesan pada mamah nya, bahwa dia sedang bersama teman-teman nya...bohong, dia berbohong lagi untuk kesekian kalinya.
Setelah taxi pesanan nya datang, Dania pun bergegas menyebutkan nama sebuah tempat pada si pengemudi.
Dia sudah lelah menangis, jadi saat ini airmata nya bisa dia tahan...biar saja walau membuat sesak dadanya.
Ponsel nya pun sengaja Dania matikan. Dania bahkan tidak mau repot-repot menunggu pesan balasan dari mamah nya.
"Sudah sampai mbak..."
"Oh, sudah sampai ya pak? Ini ongkosnya, terima kasih..."
Dania pun bergegas masuk ke dalam salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota tempat tinggal nya.
Toilet pun jadi tempat pertama yang dia datangi. Disitu Dania segera membasuh wajahnya, agar terlihat lebih segar.
Sambil menatap cermin, dia kemudian tersenyum.
"Dan...ayo kita bersenang senang."
Setelah memberi semangat untuk dirinya sendiri, Dania pun langsung keluar dan berjalan jalan di sepanjang pusat perbelanjaan.
Dia sama sekali tak merasa canggung, karena tidak sedikit juga yang masih memakai seragam sekolah seperti dirinya, walau memang dari sekolah yang berbeda.
Dania memasuki beberapa toko yang menjual pakaian, aksesoris, bahkan toko make up pun dia datangi.
Padahal jika di ingat-ingat, siang tadi dia juga baru saja mendatangi tempat ini dengan Rora.
Bahkan novel yang dibelinya tadi hanya dia titipkan pada tukang kebun dirumah nya. Dania terlalu enggan untuk masuk kedalam rumah.
Setelah menenteng beberapa tas belanjaan, Dania merasa masih belum puas juga.
Ah, sebenarnya ini bukan satu pelarian yang bagus, hanya saja..Dania rasa ini lebih baik daripada dia lari dan melakukan hal yang tidak benar seperti mabuk misal nya...Dania tidak akan pernah melakukan nya.
Pusat perbelanjaan yang ramai seperti ini entah kenapa tidak juga bisa mengusir kalut dalam hati nya...
Sambil berjalan menuju lobi, Dania tiba-tiba teringat satu tempat...segera setelah mendapat taxi, senyum cerah menghiasi wajah cantiknya, merasa tak sabar ingin segera datang ke tempat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside you
Teen FictionKisah Satria dan Dania yang saling benci, namun terus terhubung satu sama lain. Dari yang awalnya tidak sengaja, lama-lama jadi terbiasa bersama.