"Minum dulu." secangkir teh hangat Dania letakkan di depan Satria.
Niat hati hanya ingin mengantar sampai apartemen saja, apa daya hujan deras turun mengguyur hingga memaksa Satria berakhir di ruang tamu apartemen Dania.
"Thanks. Ini handuknya, gue udah keringin rambut gue juga." ucap Satria kemudian memberikan handuk yang sudah dia pakai pada Dania.
"Mau makan nggak?" tawar Dania kali ini sembari berjalan ke dapur.
"Emang ada yang bisa di makan?" Satria balik bertanya.
Cowok itu bahkan kini mengekori Dania yang sudah lebih dulu ada di dapur.
"Ehm, ada mie instan, roti, sama telur, sama sedikit sayuran juga." jawab Dania sambil mengecek isi kulkasnya.
"Terserah lo aja, asal bisa dimakan." jawab Satria yang sekarang sudah duduk di kursi makan tak jauh dari dapur.
"Oke, kita masak mie instan pake telur sama sayur. Lo tunggu disitu aja." seru Dania kemudian cekatan meracik calon makan siang kesorean mereka kali ini.
Melihat Dania sibuk menyiapkan bahan-bahan, Satria pun berinisiatif menghampiri si pemilik apartemen.
"Kok kesini?" tanya Dania kali ini sambil menyalakan kompor untuk merebus air.
"Ada yang bisa gue bantu nggak?" tawar Satria mengedarkan pandangan ke sekitar meja dapur.
"Ehm, lo bisa motong kol kan? Nah, lo potong sayur kol aja." jawab Dania yang langsung dituruti Satria.
"Ini udah dicuci kan?" tanya Satria.
"Udah dong, baru aja. Oh ya, lo mau mie kuah atau mie goreng?" kali ini giliran Dania bertanya.
"Mie kuah aja, cocok hujan-hujan gini." jawab Satria dan Dania pun mengangguk.
Keduanya memilih diam agar fokus dengan apa yang sedang mereka kerjakan.
Simple, tapi cukup membuat keduanya gugup.
Asal tahu saja, ini adalah pertama kalinya Dania membawa teman laki-laki hanya berdua di apartemen mamahnya.
Kalaupun Choky dulu datang, dia tidak pernah sendiri, selalu ada Gio, Alexa, Rora, Ovan dan Gibran.
Sekedar info saja, ini juga pertama kalinya bagi Satria. Jadi wajar kan kalau keduanya mendadak merasa canggung.
"Aw..." Satria sedikit memekik saat jarinya tanpa sengaja tergores pisau yang dia pegang.
"Ih, nggak hati-hati sih. Coba sini lihat." Dania pun menghampiri Satria dan memeriksa luka di jari cowok tersebut.
Dengan telaten Dania menarik Satria menuju wastafel, membersihkan jari Satria dengan air yang mengalir.
"Tekan luka lo, duduk sana, gue mau ambil kotak obat." perintah Dania.
"Mie instan nya gimana?" tanya Satria.
"Gue kecil in dulu apinya, gampang itu mah. Udah lo duduk di kursi makan aja sana." tunjuk Dania lagi, dan kali ini dituruti oleh Satria.
Dania kemudian beranjak menuju kamar dan kembali dengan membawa sekotak obat di tangannya.
"Siniin tangan lo." perintah Dania yang justru langsung menarik pelan tangan Satria.
Satria hanya diam membiarkan Dania telaten merawat luka di jarinya, dia sendiri justru lebih tertarik menatap wajah serius gadis itu.
"Mau dicolok ya matanya?" gumam Dania yang dibalas kekehan oleh Satria.
Ah, dia ketahuan.
"Galak banget." ujar Satria masih terkekeh.
"Udah tahu galak, masih aja digangguin." jawab Dania kali ini mengambil plester dari kotak obatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beside you
Genç KurguKisah Satria dan Dania yang saling benci, namun terus terhubung satu sama lain. Dari yang awalnya tidak sengaja, lama-lama jadi terbiasa bersama.