By 13

1 1 0
                                    

Sudah jam 9 pagi, namun Dania masih asik bergelung dalam selimutnya.

Semalam Satria jadi mengantar Dania ke tempat Gibran, tentu dengan drama adu mulut tidak penting khas keduanya.

Setelah bersenang senang dengan teman-temannya, Dania kemudian diantar pulang oleh Choky saat jam 10 malam. Tidak terlalu malam sebenarnya, tapi karena kebiasaan nya yang susah tidur, alhasil Dania baru bisa memejamkan matanya saat jam 4 pagi.

Tok..tok...tok.

"Sayang...bangun nak."

Dania menggeliat mendengar panggilan dari mamah nya.

Dengan mata yang masih berat untuk dibuka, Dania mencari cari ponsel miliknya.

"Cepet banget sih udah jam 9?" gerutu Dania setelah melihat jam di ponsel nya.

"Nak, sudah bangun? Kalau sudah...mamah tunggu kamu di bawah ya, kita sarapan."

"Ya mah, Dania cuci muka sama gosok gigi dulu ya."

Dania pun perlahan bangun dari tempat tidurnya dan segera menyisir rambut nya yang berantakan.

Setelah mencuci muka dan gosok gigi, Dania bergegas turun ke bawah untuk sarapan dengan mamah nya.

"Pagi sayang..."

"Pagi mah..."

Dania kemudian duduk setelah mencium pipi mamah nya.

"Roti atau nasi goreng?"

"Roti aja mah, semalam Dania juga makan nasi goreng soal nya."

Mamah nya mengangguk dan mulai menyiapkan roti untuk Dania.

Dania sebetulnya bisa saja menyiapkan roti nya sendiri, tapi mamah nya bilang biar mamah nya saja, karena menyiapkan makan untuk Dania adalah hal yang menyenangkan. Apalagi jika makanan yang disiapkan di habiskan oleh Dania.

"Semalam gimana sama teman-teman kamu?"

"Seru kok mah..kita nambah anggota baru malah, Bima."

"Oh ya? Wah asik dong."

"Hmm, rame dan lucu banget..."

Keduanya tersenyum dan tetap ngobrol sambil menikmati sarapan pagi.

"Hari minggu ini kamu mau kemana?"

"Hm..kemana ya? Belum tau deh, tapi sementara mau di rumah aja, pengen rebahan."

"Mau belanja sama mamah?"

"Semalem Dania baru aja shopping...oh ya, ada baju buat mamah juga, tapi nanti ya kita sarapan dulu."

"Oke nak, terima kasih ya."

Kedua nya kemudian kembali menikmati sarapan dengan sesekali terlibat obrolan ringan, sampai kemudian Dania memberanikan diri membuka percakapan tentang pertengkaran orang tuanya.

"Mah...mamah kenapa nggak pilih pisah sama papah aja?"

Mamah Dania yang mendengar pertanyaan dari puteri nya, memilih sejenak diam sampai kemudian menjawab pertanyaan puterinya dengan senyum tulus nya.

"Dania mau seperti itu?"

"Aku nggak mau mamah sedih terus mah, mamah berhak bahagia."

Mamah Dania tersenyum sambil mengusap sayang puterinya.

"Kalau Dania bahagia, mamah juga bahagia."

Mendengar penuturan mamah nya, Dania pun mengerutkan kening nya.

"Maksud mamah?"

"Cukup mamah yang kehilangan cintanya Papah...Dania jangan sampai kehilangan juga."

Kata-kata mamah nya masih membuat Dania tak mengerti...

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang