By 19

3 1 0
                                    

"Mau aku bicara in ini langsung ke anak Osis?" tanya Choky lembut. Di usap nya tangan Dania berkali-kali.

"Nggak usah, nanti malah tambah panjang urusannya. Gue juga nggak mau nanti Rissa sama Novi makin ganggu in gue." jawab Dania dengan menatap tangan nya yang tengah Choky usap.

"Kamu ada masalah apa sama mereka berdua? Kalo sekedar atribut sekolah, apa yang mereka lakuin ke kamu keterlaluan sih." ucap Choky lagi.

Dania menatap Choky yang kini juga tengah menatapnya.

"Satria." jawab Dania pelan.

"Satria?" tanya Choky tak mengerti.

"Hm, kayak nya Rissa suka sama Satria, dan dia salah paham. Dia tau nya gue sama Satria deket, dalam artian suka..." jawab Dania akhirnya.

"Kok bisa dia mikir gitu?" tanya Choky lagi.

"Ya karena belakangan ini emang Satria sama gue jadi sering bareng gitu, padahal ya nggak sengaja." jawab Dania jujur.

"Jadi Rissa cemburu? Dia sama Satria pacaran?" tanya Choky ingin tau.

"Kalo cemburu kayak nya iya, tapi soal mereka pacaran gue nggak tau, dan itu juga bukan urusan gue kan?" jawab Dania lagi.

"Ya udah, kalo kamu butuh apapun, kamu bilang aja sama aku biar nggak disalah pahami lagi sama Rissa." usul Choky.

"Sebetulnya gue nggak pengen ngerepotin siapa-siapa, itu juga tiba-tiba aja kejadian nya. Gue juga nggak ngerasa deket sama Satria kok, ya walau belakangan dia emang jadi sedikit baik." cerita Dania sambil melihat rintik gerimis dari teras rumahnya.

Choky menghirup dingin udara malam sambil menatap sedih ke arah Dania.

Gadis yang duduk di sampingnya ini adalah gadis yang baik dan rapuh, walau dari luar terlihat keras dan pemberani.

Choky tau Dania tak ingin membebani orang-orang terdekatnya dengan masalah sepele seperti Rissa, namun Choky tetap saja khawatir karena masalah dalam keluarga nya sendiri saja sudah cukup melelahkan bagi Dania.

Itulah sebabnya walau sudah tidak bersama sebagai kekasih, tapi Choky selalu akan ada untuk Dania. Choky berusaha semampu yang dia bisa.

***

"Gimana kalo kita samperin aja Rissa sama Novi? Lama-lama mereka tuh keterlaluan tau." geram Alexa ketika mendengar cerita dari Dania.

"Jangan, gue nggak mau ribut. Gue diem aja diganggu, apalagi kalo gue bales." ucap Dania sambil menunduk.

"Tapi ini nggak bisa dibiarin Dan, sakit jiwa tuh anak 2 gue rasa." umpat Alexa.

"Kalo menurut Rora, mending kita laporin ke Osis deh, kalo nggak mempan, lapor guru aja." usul Rora yang juga ikut kesal.

"Kelamaan Ra, mending langsung kita jambak aja nggak sih?" saran Ovan dengan emosi.

"Jangan lah beb, yang ada kita bisa dilaporin sama guru, kita juga yang rugi." balas Rora.

"Lagian jangan jambak juga kali beb, kita nggak main kekerasan macem mereka." tambah Alexa.

"Ya gue kesel sama mereka, kenapa deh jahat banget jadi orang?" geram Ovan sambil mengepalkan tangan nya.

"Nggak papa kok, gue nya aja yang harus lebih hati-hati." ucap Dania.

"Tapi Dan, alasan mereka tuh apa deh sampe segitu bencinya sama lo? Nggak habis pikir gue." seru Alexa masih merasa kesal.

"Satria." jawab Dania.

"Hah? Satria?" Alexa, Rora dan Ovan kompak terkejut, dan Dania hanya mengangguk.

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang