By 17

3 1 4
                                    

Dania menatap satu persatu orang yang ada di depan nya saat ini, orang tua dan adik Satria.

Entah bagaimana bisa Dania juga mau saja saat Satria membawanya memasuki rumah yang jelas bukan rumah nya atau rumah teman-teman dekatnya.

"Silahkan diminum nak." tawar bunda Satria dengan ramah.

"Terima kasih tante." balas Dania sambil memberi senyum canggung.

Adik Satria tak henti memasang senyum ceria di wajah cantik nya, sementara ayah Satria walau memberi kesan tegas, namun tetap terasa ramah bagi Dania.

"Temen nya kak Satria ya kak?" tanya Rasti, adik Satria.

"Iya, teman kelas." jawab Dania dengan ramah.

"Sebentar ya nak, Satria nya masih ganti baju. Atau bunda cek aja ya ke kamar kakak?" seru bunda Satria sambil menatap suaminya.

"Biar ayah aja yang ke kamar kakak. Sebentar ya Dan." pamit ayah Satria kemudian bergegas masuk setelah Dania mengangguk.

"Kaget banget waktu liat kak Satria bawa kak Dania ke rumah." celoteh Rasti.

"Kenapa memangnya dek?" tanya Dania penasaran.

"Sebelumnya nggak ada temen cewek yang kak Satria bawa ke rumah." jawab Rasti lagi.

"Tapi kalau teman-teman seperti anak Osis, sering kesini sih, ya walau hanya yang laki-laki saja." tambah bunda Satria.

Dania mengangguk menanggapi cerita dari bunda dan adik Satria. Ditengah asiknya mendengar celoteh dari Rasti, Dania memberanikan diri meminta ijin memakai toilet di rumah Satria.

"Tante maaf, Dania boleh numpang ke toilet nggak ya? Pengen pipis." ucap Dania berterus terang.

"Ya ampun nak, ya boleh dong. Mau tante atau Rasti yang antar?" jawab bunda Satria sambil terkekeh.

"Sendiri aja tan, nggak papa. Ehm, toiletnya di sebelah mana ya?" tanya Dania yang sudah berdiri dari kursi yang dia duduki.

"Dari sini lurus terus, nanti belok kanan di situ toilet nya." terang bunda Satria membuat Dania segera melesat setelah mengucapkan terima kasih.

"Cantik ya bun." puji Rasti.

"Iya, cantik." timpal bunda dengan lembut.

Niat Dania untuk masuk ke dalam toilet mendadak dia urungkan, saat samar terdengar pembicaraan Satria dengan ayahnya.

Dania memberanikan diri mendekat, bersembunyi dibalik pintu menuju pintu belakang. Memang terlihat tidak sopan, namun rasa penasaran menuntun kakinya makin mendekat saat dia mendengar namanya disebut dalam obrolan tersebut.

"Dania pacar kamu?"

"Teman yah."

"Tumben kamu ajak teman cewek ke rumah."

"Ehm, iya tadi ketemu dijalan. Niatnya mau Satria antar pulang, tapi nggak tau kenapa malah sampe nya disini."

"Sebaiknya kamu segera antar pulang. Teman kamu itu kan anak perempuan, orang tuanya pasti khawatir."

"Iya yah, habis ini Satria antar dia pulang."

"Ingat ya nak, jangan macam-macam sama anak gadis orang."

"Iya yah."

Dania memutuskan untuk segera beranjak sebelum tertangkap basah oleh Satria atau salah satu anggota keluarganya.

"Loh sudah nak?" tanya bunda Satria.

"Iya sudah tante. Oh ya tante, saya permisi pulang dulu. Tiba-tiba saya ingat hari ini saya ada janji dengan keluarga saya. Tolong pamitkan buat om sama Satria ya tan, dek..kakak pulang dulu ya." pamit Dania dengan tergesa-gesa.

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang