By 22

4 1 2
                                    

Dania masih meringkuk di tempat tidurnya walau jam di ponsel nya sudah menunjukan jam 6 pagi.

Semalam setelah Satria mengantarnya pulang ke apartemen, Dania masih belum juga tenang.

Kabar bahwa istri muda Papah nya telah melahirkan membuat dunia nya makin tak karuan.

Sekarang dia sudah bukan satu-satunya anak Papah nya. Bahkan anak dari si istri muda adalah seorang bayi laki-laki. Anak yang di idamkan Papah Dania sejak lama.

Dania memeriksa ponsel nya, mendapati beberapa pesan dari mamah nya, Alexa, Choky dan Satria.

Bahkan selang beberapa menit ada panggilan masuk dari si wakil ketua Osis.

"Udah bangun?"

"Hm."

"Setengah jam lagi gue jemput."

"Nggak usah, gue berangkat sendiri aja naik taksi."

"Ckk, nggak, ntar lo bolos lagi."

"Nggak percayaan banget."

"Emang. Udah buruan siap-siap. Gue udah mau jalan."

Tut.

Dania menatap ponsel nya dan menghentakan kakinya kesal.

Bisa-bisanya Satria sudah bersiap menjemput tanpa bertanya dulu Dania terima atau tidak.

Dengan rasa malas Dania menyeret dirinya sendiri ke kamar mandi, kemudian berpakaian dan menyiapkan sarapan seadanya.

Tepat sebelum Dania duduk untuk sarapan, bel apartemen nya berbunyi.

Dania langsung membuka pintu karena Satria sebelumnya memberi tau bahwa dia sudah sampai.

"Masuk." ajak Dania mempersilahkan Satria masuk.

Satria masuk kemudian duduk di ruang tamu.

Dania terlihat membawa nampan berisi 2 cangkir teh hangat dan 2 potong roti dengan selai cokelat.

"Diminum." ucap Dania pada Satria.

Satria mengangkat cangkir dari nampan, kemudian mengamati isinya.

"Ini beneran bisa diminum?" tanya Satria ragu.

Dania segera menghela nafas.

"Srppp, udah liat? Nggak pake racun." jawab Dania dengan kesal, setelah menyesap teh dari cangkir miliknya.

Senyum kecil tersungging di bibir Satria.

"Lo udah sarapan?" tanya Dania sambil mengunyah roti cokelat nya.

Satria hanya mengangguk.

"Syukur deh, jadinya roti cokelat yang satunya bisa gue makan lagi." seru Dania dengan sumringah.

Satria yang mendengar hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kalo udah selesai ayo langsung berangkat." ajak Satria.

"Sebentar, gue taruh dulu gelas sama piring di belakang. Buruan abisin teh lo." ucap Dania sambil menunjuk cangkir teh dihadapan Satria.

"Iya, bawel banget." gumam Satria namun masih bisa Dania dengar.

Tapi karena males berdebat di pagi hari, Dania pilih diam dan bersiap berangkat setelah merapikan sedikit penampilan nya.

"Bisa nggak nanti turun in gue nya di halte deket sekolah aja?" tanya Dania sambil mengunci pintu.

"Ya emang niat gue gitu." jawab Satria kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Dania.

"Dasar voldemort, jujur banget dia." seru Dania segera menyusul Satria.

Beside youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang