Extra Part - Rainy Morning

1.1K 104 2
                                    

Ribuan bulir tetesan bening menjatuhi bumi, menciptakan rasa sejuk yang menenangkan, membuat setiap insan membutuhkan pelukan, pelukan yang nyaman dan saling menghangatkan.

Hujan pagi ini menemani sepasang suami istri yang sibuk menyuapi kedua putri mereka sarapan, masing-masing memegang sebuah mangkuk dan sendok berisikan bubur.

"Minae-ya, makan sedikit lagi sayang?" Meyra mencoba untuk menyuapi putrinya yang dari tadi mengeluarkan makanan yang ada di mulutnya, tak ingin lagi makan, padahal baru beberapa suap yang masuk ke mulutnya.

"Ummmhhhh..." Minae menutup mulutnya rapat.

"Iya sayang, makan lagi ya? Lihat adikmu saja makan dengan lahap." Dibantu Jimin yang juga tidak menyerah untuk meyakinkan putri mereka agar mau makan.

Kedua putri mereka yang duduk di kursi bayi hanya menatap mereka dengan mata yang berbinar, kedipan kedua bayi kecil yang menggemaskan ini membuat siapa saja yang melihatnya merasa ingin menculiknya.

"Oppa, vitamin apalagi yang harus kita coba agar Minae bisa makan dengan lahap?" Meyra meletakkan mangkuk yang dipegangnya ke atas meja, dia duduk pasrah di sebuah kursi sambil menghembuskan nafasnya pelan.

Begitu juga dengan Jimin yang hanya bisa menggaruk belakang kepalanya, dia menyuapi Mirae lagi, tersisa sedikit lagi untuk habis.

"Aku juga tidak tahu sayang, padahal Mirae makan dengan lahap, tapi kenapa Minae sulit sekali untuk makan, kalau begini terus bisa-bisa dia sakit nanti." Dia menyuapi Mirae lagi, sampai habis.

"Apa kita konsultasi ke dokter lagi Oppa?"

"Boleh saja, tapi kita sudah berulang kali ke sana tapi tidak ada yang berhasil."

Lagi-lagi Meyra menghembuskan nafasnya, dia beralih untuk menggendong Minae, "Oppa, kalau sudah selesai, gendong Mirae, sudah jamnya mandi." Ucap Meyra.

Jimin mengangguk dan menggendong Mirae, mereka berdua membawa kedua putri mereka ke kamar untuk mandi.

"Ahjjuma, air hangat untuk Mirae dan Minae mandi sudah disiapkan?" Tanya Meyra pada bibi yang bekerja di rumah mereka, kebetulan bibi baru saja keluar dari kamar mereka.

"Sudah nyonya, baru saja selesai." Jawabnya.

"Baiklah, terima kasih Ahjjuma." Meyra melanjutkan langkahnya masuk ke kamar diikuti Jimin di belakang.

Sesampainya di kamar, mereka membaringkan Minae dan Mirae di atas kasur dan melepaskan satu persatu pakaian putri mereka.

"Anak Appa sayang, kita mandi dulu ya." Jimin mencium-cium wajah Mirae tanpa henti membuat Meyra menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oppa, nanti dulu bermainnya, cepat buka baju Mirae."

"Iya Eomma. Eomma kalian galak." Jimin langsung membuka kancing baju Mirae, dan sedikit berbisik pada Mirae di ujung kalimat.

"Aku mendengarnya Oppa." Ucap Meyra tanpa menoleh, dia hanya fokus pada Minae.

Jimin hanya bisa mengulum mulutnya lalu tersenyum menampakkan giginya pada Mirae.

Seperti inilah aktivitas mereka setiap pagi, mengurus kedua putri mereka dengan sepenuh hati. Tidak mudah menjadi orang tua di usia muda seperti mereka, terlebih kedua putri mereka masih berusia sepuluh bulan. Mereka tidak mau mempekerjakan pengasuh, bagi mereka peran kedua orang tua dalam mengurus anak sangat penting untuk pertumbuhan putri-putri mereka, selain itu mereka juga bisa mengenal dan melihat perkembangan Minae dan Mirae.

Jimin jarang ke kantor, semua pekerjaan di kantor dia percayakan pada asistennya, untungnya berkat kegigihan Jimin, perusahaan mereka tidak bangkrut, dan sudah kembali normal seperti dulu lagi. Kesalahan Ayahnya yang kini mendekam di penjara hampir saja membuat seluruh keluarganya hidup melarat.

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang