Hari ini usiaku tepat menginjak angka ke dua puluh satu tahun, sudah banyak hal yang terjadi dalam angka itu, pahit dan manis di setiap detik hingga sampai ke titik ini benar-benar sudah aku rasakan, walaupun lebih banyak merasakan pahitnya.
Tidak pernah aku merasa begitu bahagia di hari ulang tahunku, tapi berbeda dengan kali ini. Hari yang begitu kutunggu, hari yang akan menjadi hari paling indah.
Entah seperti apa reaksi Jimin nanti malam setelah aku memberitahunya, semoga saja ini hal yang paling berharga untuknya yang pernah kuberikan.
Aku sedikit kecewa karena sepertinya dia memang tidak mengingat ulang tahunku. Bukannya terlalu berharap, hanya saja, tentu sebagai seorang istri menginginkan hal itu.
Tapi bukan masalah besar, dengan adanya dia selalu di sisiku saja aku sudah sangat bersyukur dan bahagia.
Aku dan keluarga Jimin sudah menyiapkan acara untuk malam nanti, semuanya sudah siap, hanya tinggal menunggu waktunya saja.
Tapi sekarang aku sedang khawatir karena sejak pagi tadi Jimin entah pergi ke mana, sekarang bahkan sudah jam tiga sore dan dia belum juga pulang.
Aku sudah menelfon dan mengirim pesan padanya tapi ponselnya tidak aktif, saat aku bangun tidur tadi pagi dia sudah tidak ada di rumah.
Aku bahkan sudah bertanya pada Yoori dan Ibu mertua tapi mereka juga tidak tahu ke mana Jimin pergi. Tumben sekali Jimin pergi tanpa memberi tahuku, sejak pagi tadi aku khawatir dan terus menelfonnya tapi tetap saja tidak bisa.
"Apa mungkin ke kantor?" Monologku seorang diri.
Ingin menyusulnya ke kantor tapi ini hari sabtu, Jimin tidak pergi ke kantor setiap hari sabtu.
Setelah berpikir panjang akhirnya aku memutuskan untuk menyusulnya saja, siapa tahu Jimin memang ke kantor kan?
Aku mengambil jaket rajutku dan kunci mobil, dengan segera aku melangkahkan kaki ke garasi.
Baru saja aku ingin masuk ke dalam mobil, tiba-tiba sebuah mobil sudah masuk lebih dulu ke pekarangan rumah kami. Aku sudah tahu siapa pemilik mobil itu.
Orang yang sudah membuatku khawatir seharian, akhirnya nampak juga batang hidungnya.
Tak lama dia keluar dari dalam mobil dengan pakaian santai, ke mana sebenarnya pria ini pergi seharian sampai tidak ingat pulang?!
"Kau mau ke mana?" Tanyanya padaku yang tengah berdiri menunggunya, dia menghampiriku.
"Oppa yang dari mana?!" Bukannya menjawab, aku malah bertanya balik. Jujur saja aku kesal padanya, bisa-bisanya dia meninggalkanku saat aku masih tidur tadi.
"Em... it-itu, aku tadi bertemu dengan teman lamaku." Jawabnya ragu, bahkan dia tak berani menatap mataku.
"Kenapa tidak memberitahuku? Dan kenapa ponselmu mati Oppa? Apa kau tahu sepanjang hari aku mengkhawatirkanmu?!" Ucapku tanpa henti, aku benar-benar kesal asal kalian tahu.
Mataku berkaca-kaca, rasa kesal dan khawatir bercampur menjadi satu membuatku menjadi emosional saja.
"Maaf sayang, bukannya bermaksud tidak memberitahumu, tadi kau masih tidur jadi aku tidak tega mau membangunkanmu. Dan ponselku juga lowbat sejak pagi tadi, aku lupa mencharger-nya tadi malam." Jawabnya tak kalah panjang dari pertanyaanku.
Aku langsung memeluknya begitu saja, tanpa disuruh Jimin pun langsung membalas pelukanku, mengusap puncak kepalaku seperti yang selalu dia lakukan seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBIT
Roman d'amourSemuanya terjadi karena hutang. Meyra terpaksa harus menikah dengan pria bernama Park Jimin diusianya yang baru saja menginjak kepala dua yang bahkan disaat ia masih berkuliah. Semua itu ia lakukan demi keluarganya. Setelah menikah kehidupan Meyra b...