Chapter 31 - Holiday

933 101 4
                                    

Aku menghirup udara segar dari balik jendela kamarku, sudah dua hari berlalu sejak kepulanganku dari rumah Aydin.

Selama dua hari aku di sana, mereka merawatku dengan sangat baik, mereka sangat peduli padaku. Mereka juga selalu memastikan kalau aku tidak telat minum obat yang dokter berikan.

Saat Aydin menghantarkanku pulang, sprei kasurku sudah berganti, ternyata Aydin yang membersihkan bekas darahku setelah menghantarkan aku ke rumah sakit dan dia pergi saat aku tertidur hari itu.

"Ayo kita jalan-jalan sayang, Eomma sudah bosan berdiam di rumah setiap hari." Aku mengusap perutku, mencoba mengajak bayiku berbicara.

"Eomma tidak sabar menunggumu sayang, Eomma tidak sabar bermain bersamamu." Ucapku lagi. Hanya dengan seperti ini saja aku sangat bahagia.

Aku mengulum senyumku, sebelah tanganku masih setia di atas perut rataku.

"Aaah segarnya." Ucapku sambil memejamkan mata, menikmati udara pagi yang segar.

"Ayo sayang." Ucapku setelah puas menghirup udara segar, aku menutup kembali jendela kamarku.

Aku sedikit kaget saat aku berbalik badan, seseorang tengah berdiri memperhatikanku dengan kepala yang bersandar di dinding samping pintu.

Dia tersenyum padaku.

"Op--pa?" Ucapku tak percaya, bukankah ini belum dua minggu?

Dia merentangkan tangannya lebar, meminta aku untuk memeluknya. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari ke arahnya, mendekap tubuh hangatnya dengan erat.

Jimin juga mendekapku erat, kami saling melepas rindu dengan berpelukan untuk beberapa detik sampai akhirnya kami melepas dekapan.

"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya, kedua tangannya terulur menangkup kepalaku lembut.

"Aku baik-baik saja Oppa, tapi kenapa kau sudah pulang? Bukannya kau bilang di sana dua minggu?" Tanyaku penasaran.

"Sebenarnya memang begitu, tapi semuanya selesai lebih cepat dari dugaan." Jelasnya.

"Oh iya Oppa, aku mengerti, yasudah Oppa, kau ganti baju dulu sana, biar aku siapkan sarapan."

"Tidak, kita sarapan di luar saja."

"Begitukah? Baiklah."

Aku dan Jimin langsung bersiap-siap, Jimin mengganti jas kerjanya dengan pakaian santai dan aku juga memakai jaketku.

Setelah selesai, kami langsung pergi untuk mencari sarapan di luar.

*****

"Enak?" Tanya Jimin padaku yang sedang asik menikmati roti isi cokelat.

"Pelan-pelan makannya sayang, lihat mulutmu sampai berlepotan cokelat." Ucapnya, dia membersihkan tepian mulutku dengan tisu.

"Hehe, bukan aku yang lapar Oppa. Bayi kita." Sahutku sambil mengusap perutku di ujung kalimat.

Jimin tersenyum sambil terkekeh, tangannya terulur untuk mengacak rambutku, "iya-iya, makan yang banyak ya kalian berdua." Ucapnya begitu manis.

Dia tak berhenti menatapku, membuatku merasa malu dan salah tingkah. Jika saja ponselnya tak bergetar, pasti dia tidak akan berhenti memandangiku.

"Meyra-ya tunggu sebentar ya, aku angkat telfon sebentar." Izinnya.

"Iya Oppa." Jawabku.

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang