Chapter 46 - Divorce Letter

1.2K 118 4
                                    

Aku dan Jimin akan tetap bercerai.

Tidak mudah bagiku untuk melupakan tentang semua yang sudah terjadi selama ini, tidak semudah itu luka di hatiku sembuh. Aku tidak membenci Jimin, hanya saja setiap luka yang dia dan keluarganya berikan di hatiku tetap akan membekas sampai kapan pun.

"Maafkan Eomma Mirae-ya, Eomma sudah tidak bisa lagi bersama Appa-mu." Aku memandangi wajah polos putriku yang tertidur pulas di atas kasur. Sesekali aku merapikan rambut halusnya.

Sudah satu bulan sejak dia lahir, tapi sampai sekarang dia masih belum bertemu dengan Ayahnya, jujur saja aku sangat sedih akan itu. Apalagi saat mengingat rencana-rencanaku dan Jimin setelah anak kami lahir, tapi semuanya malah hancur berantakan.

"Meyra-ya, kau sudah siap?" Tanya Aydin yang baru saja masuk ke kamarku.

Hari ini aku dan Aydin akan pergi ke pengadilan untuk mengajukan surat perceraianku dan Jimin, Ibu dan adik-adikku yang akan menjaga Mirae selama aku dan Aydin pergi.

"Jaga Mirae sebentar ya, aku mau memanggil Eomma dulu." Aku pergi menghampiri Ibuku di kamarnya.

"Eomma, aku dan Aydin sebentar lagi sudah mau pergi, Eomma jaga Mirae ya?" Izinku pada Ibu.

"Iya, kau yang kuat ya sayang, Eomma akan selalu mendukungmu." Ibu mengusap pundakku memberi semangat, dia langsung memelukku.

"Iya Eomma."

Aku dan Ibu kembali ke kamarku, setelah Ibu berbaring di sebelah Mirae, aku dan Aydin langsung berangkat ke Seoul.

"Ayo berangkat." Ajak Aydin.

Sudah lama aku tidak menghirup udara segar, akhirnya hari ini aku bisa merasakan kembali dunia luar. Rasanya lega sekali, aku merasa kembali seperti diriku seutuhnya, aku yang bebas melakukan semua hal dengan lincah. Tapi bukan berarti aku tidak suka saat aku hamil, hanya saja rasanya sekarang aku bebas dan bisa bergerak sesukaku seperti dulu lagi.

"Meyra-ya, kau yakin tidak berubah pikiran?" Tanya Aydin tiba-tiba.

Aku menoleh ke arahnya, berubah pikiran apa maksudnya? Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu ?

"Berubah pikiran apa maksudnya?" Tanyaku penasaran.

"Kau yakin tidak mau kembali pada Jimin? Aku rasa kau tidak akan sanggup melalui ini sendirian Meyra-ya, aku tahu Jimin memang salah, dan dulu aku sangat membencinya, tapi setelah dipikir-pikir lagi dia juga putus asa. Aku pikir kalian bisa memperbaiki dan memulai semuanya dari awal, aku juga tahu kalau kau masih sangat mencintainya, apa aku salah?"

Aku bersandar pasrah pada kursi mobil, aku tidak tahu harus menjawab apa, memang benar yang Aydin katakan, tapi aku juga putus asa. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku memang sangat membutuhkan Jimin, terlebih Mirae, dia pasti sangat membutuhkan sosok Ayah di sisinya.

Aku bingung, bimbang, aku takut keputusan yang aku ambil salah. Haruskah aku kembali padanya? Atau melanjutkan perceraian ini?

Pada nyatanya Jimin hanya akan menjadi bagian dari lukaku.

*****

Semuanya berjalan lancar, surat pengajuan perceraianku diterima setelah berjam-jam pengadilan menanyaiku apa alasan aku menggugat cerai. Aku yakin ini jalan yang terbaik untuk kami berdua. Aku tidak akan berubah pikiran, aku akan tetap melanjutkan perceraian ini, aku sudah terlanjur di ujung.

Aku menarik nafasku panjang, lalu menghembuskan nafasku dalam. Kini kami sedang berada di perjalanan menuju rumah Jimin, rumah kami dulu lebih tepatnya, aku akan meminta Aydin memberikannya pada Jimin.

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang