"Aku baik-baik saja di sini Eomma, bagaimana dengan kalian?"
"Kami juga baik-baik saja di sini."
"Baguslah kalau begitu Eomma, ngomong-ngomong Geun dan Yira di mana?"
"Ada di kamar, mereka berdua sedang menonton sepertinya."
"Oh begitukah, baiklah Eomma."
"Meyra-ya, jangan terlalu banyak pikir ya?"
"Iya Eomma."
"Yasudah, kau istirahat saja ya, Eomma juga harus masak untuk makan malam."
"Iya Eomma, aku mencintaimu."
Aku mematikan ponselku dan kembali termenung di depan jendela menikmati pemandangan sawah dan gunung.
Walau sudah berusaha tidak ingin memikirkan Jimin, tapi pria itu selalu muncul di dalam pikiranku, ini berat jujur saja. Bohong kalau aku berkata tidak lagi mencintainya, andai saja dia jujur dengan apa yang sebenarnya terjadi, mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi.
Dan kalian tahu bagaimana reaksi Ibuku saat aku berkata akan bercerai dengan Jimin? Pingsan, itulah dia saat mendengar aku akan bercerai dengan Jimin.
Aku sengaja tidak mau bertemu dengan Ibu dan adik-adikku dulu, aku ingin menenangkan diriku tinggal di sini.
Padahal aku sudah berencana untuk tidak memberitahu apa-apa pada mereka, tapi yang jadi masalahnya adalah rumah yang dibelikan oleh Ayah Jimin.
Aku tidak mau ada ikatan apa-apa lagi dengan mereka, aku juga merasa bersalah kepada Ayah mertuaku, dia sudah sangat baik dan menyanyangi aku seperti anaknya sendiri selama ini.
"Maafkan Eomma, pasti kau sangat tersiksa ya di dalam sana sayang?"
Aku mengusap perutku, merasa sangat bersalah pada calon anakku, membayangkannya akan tumbuh tanpa seorang Ayah membuatku tersiksa.
Air mataku kembali jatuh, akankah aku kuat melewati ini semua?
"Meyra-ya kau di mana?"
Aku langsung buru-buru mengusap pipiku yang basah saat mendengar suara Aydin yang memanggil namaku.
"Aydin-a, aku di ruang tengah." Sahutku.
Aydin baru saja pulang kuliah, dia rela jauh-jauh pulang pergi dari sini ke Seoul hanya agar aku tidak sendirian di sini.
"Aish aku sangat kesal, aku tidak akan masuk kuliah lagi!" Begitu masuk Aydin sudah marah-marah, aku tidak tahu apa penyebabnya.
"Ada apa?" Tanyaku bingung sekaligus penasaran, dia duduk di sampingku.
"Kau tahu Meyra-ya?" Aydin menarik nafasnya dalam, aku juga ikut menarik nafas latah dibuatnya, "Jimin! Argh sial, menyebut namanya saja aku sangat kesal!" Celotehnya lagi, ada apa lagi memangnya sekarang?
"Si brengsek itu menemuiku setiap hari di kampus, setiap hari dia menungguku pulang hanya untuk menanyakan keberadaanmu. Memangnya dia pikir aku akan membiarkannya bertemu denganmu lagi? Dasar tidak tahu malu!"
Suasana hatiku semakin buruk mendengar cerita Aydin, entah kenapa aku merasa tidak tega padanya.
"Aishhh aku malu sekali tadi! Jimin sialan itu!"
"Dia benar-benar membuatku malu, dasar tidak punya malu! Dia bahkan berlutut di depan orang ramai memohon agar aku memberitahu di mana kau sekarang!!!"
Air mataku kembali menetes, apa sebenarnya yang ada di pikiran laki-laki itu, aku pergi agar dia dan Aera bisa menjalani hidup mereka dengan bahagia. Bukan malah seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBIT
RomansaSemuanya terjadi karena hutang. Meyra terpaksa harus menikah dengan pria bernama Park Jimin diusianya yang baru saja menginjak kepala dua yang bahkan disaat ia masih berkuliah. Semua itu ia lakukan demi keluarganya. Setelah menikah kehidupan Meyra b...