Chapter 19 - Burger

957 115 1
                                    

Saat aku dan Yoori sampai di rumah, Jimin juga sudah pulang, dia sudah mengenakan pakaian rumah sehabis mandi. Jimin tak sadar saat aku masuk ke ruang tamu, dia tengah sibuk dengan ponselnya.

Drrrttt... Drrrttt...

Ponselku berdering bersamaan dengan Jimin meletakkan ponselnya di telinga.

"Kau sudah pulang ternyata, baru saja aku ingin menelfon." Ucapnya, dia langsung mematikan ponselnya, ternyata dia ingin menelfonku.

Aku tersenyum padanya dan langsung memeluknya, Jimin bingung tapi dia tetap membalas pelukanku, "tumben, bahagia sekali kelihatannya?" Ucap Jimin sambil mengusap puncak kepalaku.

"Kau akan menjadi Ayah Jim! Kau akan menjadi Ayah!" Ingin sekali aku berteriak di telinganya, tapi aku harus menahan diri sampai hari ulang tahunku, ini sungguh hadiah yang luarbiasa untukku. Aku hanya diam saja, aku merasa bahagia sekali hari ini, jadi aku hanya ingin memeluknya.

Tak lama Yoori masuk, tadi Yoori menyuruhku masuk lebih dulu karena dia sedang menelfon temannya.

"Hei... Hei... Park Yoori, enak saja langsung masuk tanpa salam." Ucap Jimin, aku langsung mengurai pelukan kami.

"Upsss maaf mengganggu." Sahut Yoori sambil menutup mulutnya, dia berpura-pura kaget melihat kami.

Jimin memutar bola matanya dari Yoori lalu kembali menatapku, "dari mana? Tumben pulang sampai jam segini?" Sambung Jimin.

"Tadi aku minta tolong Meyra menjemputku di bandara, setelah itu kami pergi makan dulu." Sahut Yoori sambil mendudukkan dirinya di atas sofa. Baru saja aku ingin menjawab ucapan Jimin.

"Oh... yasudah sekarang kau mandi dulu, temani aku makan malam nanti ya?" Ucap Jimin.

"Iya Oppa." Sahutku, "Eonnie, aku tinggal mandi sebentar ya." Sambungku pada Yoori, dia mengangguk lalu aku beranjak ke kamar.

Setelah selesai mandi aku langsung pergi ke dapur untuk memasak makan malam, saat aku keluar kamar aku melihat Jimin dan Yoori tengah asik menonton TV. Mereka sangat akrab walau terkadang sering bertengkar juga.

"Perlu bantuan sayang?"

Betapa kagetnya aku saat Jimin tiba-tiba memelukku dari belakang, kedua tangannya melingkar di perutku. Untung saja tanganku tak teriris oleh pisau akibat kaget.

"Oppa, malu dilihat Eonnie." Ucapku padanya, tapi dia hanya diam saja dan malah makin mengeratkan pelukannya.

"Oppa bagaimana aku mau masak kalau kau memelukku seperti ini?"

"Biarlah seperti ini dulu sebentar, entah kenapa sejak di kantor tadi aku sangat merindukanmu." Tanpa sadar aku tersenyum dan pipiku memerah mendengarnya, dia pandai sekali membuatku tersipu malu.

Cup...

Jimin mencuri satu ciuman dari pipiku, "Oppa, tidak enak jika Eonnie lihat." Ucapku, mau simpan di mana wajahku kalau Yoori sampai melihat?

"Biarkan saja, yang ada paling Noona iri." Sahut Jimin tanpa beban.

Cup...

Cup...

"Istriku kenapa makin hari makin cantik sih? Jadi makin sayang."

Pipiku memerah padam, tanpa kusadari aku tersenyum tanpa henti, aku masih setia dengan kegiatanku yang terhalang akibat kelakuan Jimin.

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang