Sudah cukup lama aku duduk sambil meminum susu cokelat dan memakan cookies yang bibi bawakan untukku, tapi tubuhku masih saja gemetar walaupun suara ketukan itu sudah tidak terdengar lagi.
Ckreck...
Pintu terbuka, ternyata Jimin yang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Meyra-ya, kau baik-baik saja?" Tanyanya begitu khawatir.
Baru saja aku ingin menjawabnya tapi dia sudah lebih dulu berkata lagi, "Ahjjuma bilang kau tadi ketakutan karena mendengar suara ketukan pintu, benarkah?" Sambungnya lagi.
Aku mengangguk, "iya, tapi setiap kali aku mengeceknya tidak ada siapa-siapa. Ahjjuma juga bilang kalau dia baru pulang dari minimarket tadi." Ucapku masih dengan nada gemetar.
Jimin menghampiriku, "tapi kau baik-baik sajakan?" Tanyanya lalu aku mengangguk lagi, "besok kita periksa CCTV." Sambungnya.
Aku yang masih gemetar dengan segala pikiranku yang tidak-tidak hanya bisa mengangguk lagi dan lagi.
"Yasudah, sekarang kita tidur saja ya, jangan terlalu dipikirkan masalah yang tadi."
"Iya Oppa."
*****
Kicauan burung terdengar bersahut-sahutan dengan sesamanya membuat cerahnya pagi ini semakin terasa segar apalagi suasana rumah kami yang tenang tanpa adanya gangguan hiruk pikuk kota.
"Meyra-ya." Jimin memekik dari halaman depan.
"Iya Oppa tunggu sebentar." Pekikku, aku masih berdandan tipis setelah mandi, Jimin sudah lebih dulu selesai dan siap dariku.
Setelah selesai dengan aktivitasku, aku langsung berlari keluar lalu memakai sepatu putih kebanggaanku, "maaf Oppa, aku lama." Ucapku.
Jimin tengah sibuk dengan dua buah sepeda yang baru saja datang sekitar satu jam yang lalu, tadi malam dia memesan dua buah sepeda agar kami bisa jalan-jalan pagi dengan sepeda di minggu pagi ini.
Jimin tersenyum saat aku menghampirinya, "bagaimana? Bagus tidak?" Tanyanya sambil mendorong sebuah sepeda lipat berwarna hitam ke arahku.
Desainnya sangat mewah dan keren, aku yakin harganya pasti sangat mahal, "keren!" Jawabku dan Jimin langsung tersenyum lagi.
"Baguslah kalau kau suka." Aku meraih sepeda tersebut lalu menaikinya, "ayo," ajaknya lalu menaiki sepeda miliknya yang sama persis seperti yang kunaiki sekarang ini.
Aku mengangguk lalu kami pergi mengelilingi sekitaran rumah dengan sepeda kami, aku dan Jimin memakai baju yang berwarna sama yaitu putih. Benar-benar terlihat imut, ditambah lagi kami memakai topi dan sepatu yang warnanya juga sama.
Setiap minggu pagi taman di dekat rumah kami selalu ramai dipenuhi oleh orang-orang yang berolahraga, ada yang bersepeda dan ada juga yang jogging.
"Oppa..." Ucapku pada Jimin yang tengah mengayuh sepedanya di sampingku.
Jimin langsung menoleh, "iya?" Jawabnya.
"Nanti saat pulang kita cek CCTV ya?"
"Oh iya benar hampir saja lupa, ngomong-ngomong berapa kali ketukan itu kau dengar?"
"Tiga... ah sekitar empat kali."
"Siapa orang yang berani bermain-main di rumah kita, lihat saja dia." Jimin tampak geram.

KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBIT
RomanceSemuanya terjadi karena hutang. Meyra terpaksa harus menikah dengan pria bernama Park Jimin diusianya yang baru saja menginjak kepala dua yang bahkan disaat ia masih berkuliah. Semua itu ia lakukan demi keluarganya. Setelah menikah kehidupan Meyra b...