Senyum tak pernah lekang dari wajah Meyra, walau lelah, tapi dia tetap bersemangat untuk menyiapkan persiapan suami dan anak-anaknya.
Bagaimana tidak semangat, melihat kedua putri cantiknya tengah asik menciumi Ayahnya agar segera bangun dari tidurnya adalah pemandangan yang lebih indah, bahkan lebih indah dari apartemen berpemandangan sungai Han.
Dia baru saja kembali ke kamar setelah membuat sarapan, tadi saat dia pergi, kedua putrinya masih tidur di samping Jimin.
Tadi malam kedua putrinya memang tidur di kamar mereka, entah mimpi apa Minae dan Mirae sampai-sampai berlari ke kamar Ayah dan Ibunya tengah malam.
Setiap hari Meyra memang bangun satu jam lebih cepat dari suami dan anak-anaknya, karena dia harus menyiapkan sarapan dan seragam sekolah untuk Minae dan Mirae, tak lupa jas kerja Jimin juga.
"Appa... bangun Appa... sudah pagi, nanti kita telat." Mirae mengguncang-guncang tubuh Jimin, tapi pria itu masih tak menunjukkan tanda-tanda untuk bangun.
"Biarkan Appa tidur dulu sayang, kalian mandi saja dulu." Ucap Meyra, dia menghampiri Minae dan Mirae, hendak membawa mereka ke kamar mandi.
"Baiklah Eomma." Mereka berdua pun akhirnya pergi ke kamar mandi, mereka sudah besar, jadi tidak perlu dimandikan lagi.
Meyra tersenyum melihat kedua putrinya yang bersemangat menuju kamar mandi, lalu dia menghampiri Jimin. Meyra mengusap wajah Jimin lembut, dia tahu kalau suaminya itu sangat lelah.
Cup...
Meyra mengecup pipi Jimin lembut, setelah itu dia hendak turun dari kasur, tapi belum sempat dia turun, Jimin sudah lebih dulu menarik tubuhnya hingga terbaring sempurna, mata Jimin masih memejam, tapi tangannya beralih memeluk Meyra dengan erat.
"Oppa, nanti dilihat anak-anak." Ucap Meyra mencoba melepaskan dekapan Jimin, tapi Jimin malah makin mengeratkan pelukannya, menyandarkan dagunya di pundak Meyra.
"Memangnya kenapa? Mereka pasti senang melihat orang tuanya bahagia." Jawab Jimin tanpa membuka matanya.
Meyra membalik tubuhnya menghadap Jimin, meletakan tangannya di pipi Jimin, "umur kita sudah tidak muda lagi, tapi kau tidak berubah sama sekali." Ucap Meyra, Jimin membuka matanya, menampakkan senyum indahnya.
"Tentu saja, aku masih tampan kan?" Ucapnya dengan penuh percaya diri.
Cup...
Meyra mengecup bibir Jimin singkat, "iya tampan, lebih tampan lagi kalau Oppa bangun dan bersiap-siap sekarang, waktu terus berjalan." Ucap Meyra, dia hendak melepaskan dekapan Jimin, tapi lagi-lagi pria itu menahannya.
"Iya istriku sayang... tapi cium sekali lagi." Rengeknya, benar kata Meyra, pria satu ini memang tidak pernah berubah, masih saja manja seperti dulu walau usia mereka sudah tidak muda lagi.
Cup...
Daripada Jimin tidak bangun, lebih baik dia mengalah saja. Akhirnya Meyra pun melayangkan satu ciuman lagi untuk suaminya yang manja itu. Seketika itu juga Jimin langsung tersenyum penuh kemenangan.
*****
"Eomma, kemarin waktu Mirae dan Eonnie sedang berjalan menuju keluar gerbang sekolah, ada anak kecil sepertinya umurnya sama dengan Mirae dan Eonnie, tapi dia tidak sekolah, pakaiannya juga kotor, dia memperhatikan anak-anak yang berlarian ke arah orang tuanya." Mirae menceritakan apa yang dilaluinya kemarin, dia dan Minae memang suka menceritakan hari-hari mereka di sekolah pada kedua orang tuanya itu.
"Iya Eomma, Minae dan Mirae kasihan sekali melihatnya." Sambung Minae menimpali.
"Benarkah? Lalu apa yang Minae dan Mirae lakukan?" Jawab Meyra, dia menyuapi Minae satu suapan, lalu menyuapi Mirae juga.
"Minae dan Mirae menghampirinya, lalu kami bertanya kenapa dia sendirian, tapi dia tidak mau menjawab," jelas Minae, "lalu Mirae memberinya roti." Sambungnya memberitahu bahwa adiknya memberi roti pada anak yang mereka maksud.
"Baiknya anak Eomma dan Appa berdua ini." Sahut Jimin yang dari tadi hanya menyimak saja.
"Kan Appa dan Eomma yang mengajari Mirae dan Minae untuk saling berbagi dan tidak membeda-bedakan orang lain." Jawab Mirae membuat kedua orang tuanya merasa sangat terharu, tidak terasa putri-putri mereka itu sudah tumbuh sebesar ini.
"Ya ampun, kalian sudah dewasa ya sepertinya?" Jimin terkekeh, tangannya terulur untuk mengusap kepala kedua putrinya, Meyra juga ikut tersenyum melihatnya.
"Yasudah, habiskan sarapannya sayang, sebentar lagi bus sekolah kalian datang."
"Iya Eomma."
Mereka melanjutkan sarapan mereka yang sempat tertunda karena asik bercerita.
Setelah sarapan, Meyra menghantarkan Minae dan Mirae ke depan untuk naik ke bus sekolah yang setiap pagi menjemput murid-muridnya. Sedangkan Jimin, dia juga berangkat ke kantor.
"Appa, nanti malam kita jalan-jalan ya?" Ucap Mirae sebelum turun dari mobil Ayahnya, "beli burger juga ya Appa." Sahut Minae.
"Iya sayang, tapi janji ya, belajar yang rajin?" Jawab Jimin.
"Siap Appa." Jawab mereka bersamaan.
"Yasudah, ayo turun, bus kalian sebentar lagi datang." Ucap Meyra, lalu mereka bertiga keluar dari mobil Jimin.
"Hati-hati di jalan Oppa." Ucap Meyra lagi sebelum dia menutup pintu mobil.
"Iya sayang, setelah anak-anak naik bus, kau juga langsung pulang ya." Jawab Jimin, Meyra mengangguk, dan Jimin pun akhirnya berangkat.
Mungkin sekitar lima menit Meyra dan kedua putrinya menunggu di halte, akhirnya bus berwarna kuning itu datang juga.
"Belajar yang rajin ya, ingat jangan nakal." Meyra merapikan seragam Minae dan Mirae sebelum mereka naik ke bus.
"Iya Eomma, kami pergi dulu ya." Minae dan Mirae mencium pipi Meyra, setelah itu mereka langsung masuk ke dalam bus.
"Kami mencintaimu Eomma."
"Eomma juga mencintai kalian."
Meyra melambaikan tangannya pada kedua putrinya yang juga melambai-lambai di balik jendela bus.
Rasanya sangat menyenangkan bisa menghantarkan mereka berdua setiap pagi seperti ini, terkadang Meyra masih tidak percaya bahwa bayi-bayi kecil mereka yang dulunya masih terbungkus seperti kepompong, sekarang sudah menetas menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah.
Setelah bus sekolah Minae dan Mirae benar-benar jauh, Meyra juga kembali ke rumah dengan jalan kaki.
Walau lelah, tapi menyenangkan.
•
Rabu, 3 Februari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBIT
RomansaSemuanya terjadi karena hutang. Meyra terpaksa harus menikah dengan pria bernama Park Jimin diusianya yang baru saja menginjak kepala dua yang bahkan disaat ia masih berkuliah. Semua itu ia lakukan demi keluarganya. Setelah menikah kehidupan Meyra b...