Chapter 41 - The Answer

1.1K 118 11
                                    

Aku tidak tahu apa nama daerah tempat Aydin dan Hoseok membawaku sekarang, yang jelas kami pergi jauh dari Seoul. Di sini sangat tenang dan nyaman, pemandangan gunung dan sawah sangat menenangkan. Bisa di bilang, ini adalah desa.

Hoseok sudah kembali ke Seoul, dan Aydin tengah memasak di dapur.

"Meyra-ya, ayo makan." Pekik Aydin, aku tengah melamun di depan jendela pun langsung pergi ke dapur.

"Ayo makan, aku sudah masak banyak. Sekalian ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Aydin menyuruhku duduk di meja makan.

Aku duduk berhadapan dengannya.

"Maafkan aku Meyra-ya, aku sangat menyesal tidak memberitahumu dari awal."

Keningku mengkerut, memberitahu apa memangnya?

"Apa?"

"Tentang Aera." Ucapnya.

Bagaimana dia bisa tahu? Sedangkan aku tadi belum menceritakan apa pun padanya.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanyaku penasaran.

"Tentu saja aku tahu, kau lupa dengan rencana kita yang ingin mematai-matai Jimin?" Jawabnya, "Aera itu pacarnya, mereka sudah pacaran selama lima tahun, kau salah kalau kau berkata Jimin sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan pacarnya. Mereka menikah diam-diam satu bulan setelah kalian menikah." Sambungnya.

Seketika hatiku kembali berkecamuk, entah seperti apa jelasnya perasaanku saat ini.

"Sejak kapan kau tahu?"

"Sejak kita menginap di Asan selama tiga hari."

"Lalu kenapa kau tidak memberitahuku?!"

Jika aku tahu, aku tidak akan membiarkan diriku jatuh terlalu dalam kepada Jimin. Tapi sekarang? Sudah terlambat.

"Aku sangat ingin memberitahumu Meyra-ya, tapi saat itu aku takut kau akan terluka, aku tahu kau sudah mulai mencintai Jimin."

"Lalu apa bedanya dengan sekarang Aydin-a? Bahkan rasanya lebih menyakitkan."

"Maafkan aku Meyra-ya, aku benar-benar minta maaf. Saat itu aku sudah yakin ingin memberitahumu tepat di hari kau berkata kalau kau hamil, aku kembali mengurungkan niatku untuk memberitahumu. Aku benar-benar bingung Meyra-ya. Lalu saat aku mengikuti Jimin diam-diam ke rumah mereka berdua tinggal, aku tidak sengaja ketahuan, dan saat itu kami jadi sering bertemu, Jimin selalu memohon padaku agar aku tidak memberitahumu. Dia berjanji akan memberitahumu saat anak kalian sudah lahir."

"Jadi selama ini kalian tidak ada apa-apa?" Tanyaku, ya Tuhan, jadi selama ini aku salah? Aku tega menuduh sahabatku yang rela berkorban untukku?

"Kalian? Kalian siapa?" Tanya Aydin bingung.

"Kau dan Jimin." Ucapku.

"Apa?!!! Kau sudah gila?!!!" Dia berteriak sangat kencang sambil memukul meja, membuatku benar-benar terperanjat kaget.

"Kau mengira aku berselingkuh dengan Jimin?! Aku rasa kau benar-benar sudah gila Meyra-ya!"

Benar, aku memang sudah gila.

"Lalu apa ini?" Aku membuka ponselku lalu menunjukkan foto-foto mereka berdua, saat Jimin menggenggam tangannya di Daegu, foto Jimin mengusap kepalanya, dan foto yang aku ambil sendiri saat aku melihat Jimin memegang tangannya.

Aydin menutup mulutnya yang menganga tidak percaya sambil kepalanya menggeleng-gelang, "wah apa ini?!!!" Ucapnya kesal.

"Biar aku jelaskan satu persatu padamu!" Dia tampak sangat kesal, "ini!" Tunjuknya pada foto mereka di Daegu, "ini saat Jimin bilang dia bekerja ke Daegu, aku selama ini selalu mengikutinya asal kau tahu, dan di sinilah aku ketahuan. Dan hal yang harus kau tahu, selama ini Jimin tidak pernah bekerja ke luar kota, dia pulang ke rumah yang dia dan Aera tempati. Saat itu dia menarik aku ke kafe, dan memohon agar aku tidak memberitahumu." Jelasnya panjang lebar.

Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang