Hai, ini aku, Jimin.
Ini pertama kalinya aku menyapa kalian, dan mungkin yang pertama dan terakhir. Tidak banyak kata yang ingin aku sampaikan, dan mungkin langsung ke intinya saja.
Selamat mendengarkan isi hatiku ini.
Dulu, saat kedua tanganku memakaikan sebuah benda berbentuk bulat di salah satu jarinya, hatiku benar-benar marah dan benci, aku benar-benar putus asa, tak mengerti dengan keadaan.
Menikah dengan wanita yang tak kucintai sama sekali membuatku membenci diriku sendiri, terlebih ada sosok yang menantiku selama bertahun-tahun untuk membawanya ke sebuah altar dan mengikat janji bersama di sana, dan ternyata takdir melenceng begitu jauh dari kenyataan.
Aku memang seorang pendosa, aku memang serakah, saat aku berkata tak mencintai gadis yang kunikahi itu, tapi ternyata takdir sengaja mempermainkanku, perlahan aku luluh, hatiku seakan punya kaki yang membawaku berjalan dengan perlahan-lahan kepadanya.
Kalimat 'serius' yang aku lontarkan padanya untuk hubungan yang berawal dari sebuah ketidak jelasan, ternyata membawa bencana yang tak pernah terpikirkan olehku.
Aku bingung, sangat bingung, karena hatiku tak bisa memilih satu dari mereka berdua, aku mencintai keduanya, aku menyayangi keduanya, benar-benar serakah bukan?
Aku tak tahu bagaimana untuk mengakhirinya, rasanya tak adil karena aku telah menyatakan 'cinta' pada keduanya. Tak mungkin dengan sesuka hati aku berkata untuk mengakhirinya, aku serba salah, bertindak atau tidaknya aku, sudah pasti akan melukai keduanya.
Mereka adalah wanita yang luarbiasa di hidupku, mereka adalah wanita berhati malaikat yang tak seharusnya menyia-nyiakan hidup mereka demi pria brengsek sepertiku, mereka layak menjalani hidup bahagia bersama pria yang jauh lebih baik dariku.
Aku semakin bingung dan merasa amat sangat bersalah saat keduanya sama-sama mengandung darah dagingku, aku semakin tidak tahu dengan apa yang harus aku lakukan, aku memang berniat untuk mempertemukan mereka berdua dan memberitahukan semuanya, karena aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena menyimpan begitu banyak kebohongan dari mereka.
Tapi, belum sempat aku mewujudkannya, ternyata takdir sudah lebih dulu bertindak, siapa yang menyangka kalau mereka akan bertemu dan saling mengenal.
Mungkin memang sudah jalanku untuk dihukum dengan cara seperti ini, dan saat itulah hukumanku dimulai.
Aku kehilangan keduanya karena keserakahanku.
Meyra pergi, tak membiarkan sedikitpun untukku menjelaskan semuanya, bahkan mungkin untuk mendengar namaku saja membuatnya sangat benci.
Dan Aera, ia tetap di sisiku dan bersikap baik-baik saja bahkan setelah mengetahui semuanya, ia menangis tapi tak marah sama sekali saat tahu ternyata aku menikahinya setelah menikahi wanita lain.
Tapi, sikapnya yang terlihat baik-baik saja, bahkan lebih menyayat hatiku, ia bahkan masih sanggup tersenyum setelah mengalami semuanya.
Ia menerimanya dengan lapang dada, bahkan ia memintaku untuk menceraikannya setelah ia melahirkan anak kami, dan memintaku untuk hidup bahagia bersama Meyra.
Apakah kalian tahu seperti apa perasaanku saat itu?
Bahkan rasanya aku benar-benar tak sanggup untuk hidup, aku memang tak layak disebut manusia, dengan teganya aku menghancurkan hidup mereka.
Saat itu aku tidak tahu sama sekali bagaimana kabar Meyra, terlebih ia pergi dengan keadaan hamil.
Dan Aera, tak ada sehari pun tanpa melamun dan menangis, aku sering mendapatinya sedang melamun dan menangis di kamar saat aku sedang tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBIT
RomanceSemuanya terjadi karena hutang. Meyra terpaksa harus menikah dengan pria bernama Park Jimin diusianya yang baru saja menginjak kepala dua yang bahkan disaat ia masih berkuliah. Semua itu ia lakukan demi keluarganya. Setelah menikah kehidupan Meyra b...