"Meyra-ya... sayang... kau sudah siap? Ayo berangkat." Pekik Jimin dari lantai bawah.
"Din sudah dulu ya, Jimin sudah cerewet dari tadi." Ucapku, aku sedang bicara di telfon dengan Aydin. Gadis itu yang menelfonku, rindu katanya. Padahal baru berapa hari tidak bertemu.
"Iya Oppa sebentar lagi." Pekikku setelah Aydin memutuskan panggilan kami.
Aku sedang berada di kamar lamaku bersama bibi, aku meminta bibi untuk membantuku memindahkan beberapa bajuku ke lemari yang ada di kamar ini karena lemari di kamar Jimin tidak muat lagi akibat gaun-gaun yang dibelinya tadi.
Aku sudah siap dengan gaun yang kubeli bersama Yoori kemarin dan make up seadanya agar tak terlalu pucat, sebenarnya aku tak terlalu pandai dalam hal merias wajah tapi tidak terlalu buruk juga saat berias.
Perasaanku sudah lebih baik sekarang, saat merasa sudah sedikit lega, setelah menangis tadi aku langsung membersihkan kotak itu beserta isinya yang berhamburan, walau perasaan mual dan takut bercampur aduk, tapi aku tetap membersihkannya sampai bersih. Aku tak mau Jimin sampai melihatnya, jadi aku membuang sampahnya sangat jauh dari rumah.
Saat aku menuruni anak tangga, aku melihat Jimin sedang membenarkan lengan kemejanya, aku sungguh terpana melihat penampilannya yang begitu rapi dan bersih semakin membuatnya terlihat... tampan!
Dia sedang sibuk merapikan kemejanya sampai tak sadar kalau aku sudah berada di sampingnya, "Oppa, ayo berangkat." Ucapku, Jimin langsung menoleh ke arahku tapi dia malah terdiam melihatku.
Tangan kirinya masih melekat memegangi lengan kemeja sebelah kanannya, matanya tak berkedip sama sekali menatapku.
Aku jadi bingung sendiri, apa ada yang salah ya dari penampilanku? Atau dandananku terlalu norak?
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, aku ikut memperhatikam penampilanku lagi, mencoba mencari-cari ada sesuatu yang salah mungkin?
Tapi tidak ada, tidak ada yang salah denganku, "ada apa Oppa? Penampilanku jelek ya?" Ucapku.
Jimin langsung menggelengkan kepalanya cepat, "tidak, kau terlihat sangat cantik." Ucapnya, dia memandangiku dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.
Kedua pipiku langsung memanas mendengar ucapannya, "jangan bercanda Oppa, aku serius, ada yang salah ya dari penampilanku? Atau aku ganti baju saja?"
"Aku juga serius, kau cantik mengenakan gaun itu." Ucapnya lagi, pipiku makin memerah padam.
"Benarkah? Terima kasih Oppa, kau juga tampan mengenakan jas itu." Pujiku padanya, oh mulut ini sudah semakin berani saja ternyata.
"Ah jangan berkata seperti itu, aku sudah tahu. Mau bagaimanapun aku tetap tampan sayang." Ucapnya begitu percaya diri, seperkian detik aku langsung menyesal sudah mengucapkan kata-kata tadi.
"Aku menarik ucapanku Oppa, sungguh." Padahal sebenarnya ucapannya itu benar, dia memang tampan walau bagaimanapun.
Apalagi saat sedang tidur, memandanginya saat sedang tidur adalah hal paling menyenangkan.
Ah kan aku ketahuan!
"Hahaha aku bercanda, yasudah ayo pergi, mereka sudah menunggu kita."
*****
WOW!
Itulah kata yang keluar dari mulutku pertama kali saat melihat betapa mewahnya pesta yang disiapkan oleh Yoori, Jimin dan juga Ayah mertua.
Sebuah pesta ulang tahun yang bahkan lebih mewah dari pesta pernikahan orang biasanya, tak heran, kekayaan keluarga Park ini memang tak dapat diragukan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part Of My Wound [Park Jimin] - SEGERA TERBIT
RomanceSemuanya terjadi karena hutang. Meyra terpaksa harus menikah dengan pria bernama Park Jimin diusianya yang baru saja menginjak kepala dua yang bahkan disaat ia masih berkuliah. Semua itu ia lakukan demi keluarganya. Setelah menikah kehidupan Meyra b...