BBOP #12 - REVISI

16 3 21
                                        

Disinilah Langit dan teman temannya berada, di gedung futsal yang seperti biasanya mereka sewa.

Langit menoleh ke samping, menatap Netta yang takjub dengan gedung berkelas itu, "Netta?"

Netta tersadar lalu menatap Langit, "Iya?"

"Ayo masuk." ajaknya, lalu menarik lengan gadis itu memasuki gedung bersama teman temannya.

Anak Nusti dengan baju futsal berwarna biru hitam itu siap menghadang mereka, beberapa para penonton dari SMA Nusti dan SMA Trajuna Bangsa seperti biasa juga berdatangan untuk menyaksikan mereka tanding.

Langit menyuruh Netta duduk dibangku depan, "Tunggu disini bentar ya, gue mau ganti baju."

Netta mengangguk lalu mengambil tas Langit, "Gak lama kan?"

"Engga kok." jawabnya sembari mengacak rambut gadis itu.

Para kaum hawa yang ada disana bersorak memanggil nama Langit dan Rizal secara bergantian.

Membuat Netta bingung, ia menoleh kesana sini ingin tahu siapa yang bernama Rizal.

Menoleh kekiri Netta malah menemukan cowok yang datang menghampirinya, "Sendiri aja ya?"

Netta dibuat risih karna suara yang tadi memanggil nama Langit dan Rizal berhenti.

Ketahuilah sekarang Netta sedikit merasa takut karna tatapan Rizal yang seakan hendak menyantapnya hidup hidup, "Sorry gue bareng sama cowok gue." tidak ada cara lain selain menjawab seperti itu.

"Cowok lo? siapa?" tanya Rizal membuat Netta gugup.

Rizal melihat tas yang Netta peluk, "Langit maksud lo?"

Netta reflek mengangguk cepat, membuat Rizal berdecih tak suka karna gadis itu telah memiliki pawang apalagi orang itu adalah musuhnya, Langit.

Tangan Rizal terulur hendak mengelus rambut Netta karna gemas melihatnya, namun terhenti ketika tiba tiba ada tangan yang menepisnya.

"Ngapain lo?" Langit datang dengan wajah sangarnya, seakan tak suka jika ada yang menyentuh Netta selain dirinya.

"Ganggu aja si. Gue denger lo cowok dia?"

Langit mengernyit lalu menatap Netta, detik selanjutnya ia tersenyum, "Iya kenapa emang?"

Netta yang menundukkan kepalanya karna menyembunyikan pipi merahnya itu mendongak menatap Langit, apa iya barusan tak salah dengar? Langit meng'iya kan Alibinya?

"Cih, gimana kalau gue menang lo putusin dia."

Langit menatap tajam Rizal, "Maksud lo apa?! Gue gak suka ya kalau cewek dijadiin bahan taruhan!" bentaknya.

"Bilang aja takut." Rizal mengangkat sebelah alisnya, membuat wajah menatang Langit.

"Langit." panggil Netta.

Langit menoleh, Netta mengangguk, "Gue gapapa kok."

"Tapi Net-"

"Noh cewek lo aja berani, masa lo engga?"

Langit mengeram ia ingin sekali membabi buta Rizal sekarang, "Gue terima! Kalau lo kalah lo harus jauhin dia." Langit menunjuk Netta dengan dagunya.

"Of course." jawab Rizal tersenyum licik.

Meskipun ini cuman bohongan tapi gue gak bakalan ngasi kesempatan buat lo dapetin Netta! gue gak akan segan kali ini Zal!

"Oiya, satu lagi sekalian jauhin dia kalau gue menang." Rizal pergi meninggalkan Langit dan Netta.

Friend To Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang