Maafin aku updatenya lama ><
Kesibukan kampus susah untuk aku handle, tapi part ini lumayan panjang kok!
Enjoy!
*****
"Sorry for bothering you." Tegur Adrian, membuat keduanya menoleh ke arah Adrian, terlebih lagi Carol yang terkejut dengan kehadiran Adrian.
"Ngapain kamu kesini." Ketus Carol setelah menetralkan ekspresi terkejutnya. Lucas yang berada di belakang gadis itu hanya terkekeh pelan, jelas saja Adrian sedang di posisi cemburu dan takut, jika gadis di hadapannya ini berbalik kepadanya dan menggagalkan acara pernikahannya.
"Jemput kamu pulang." Singkat namun cukup membuat Carol merinding, terlebih lagi aura Adrian yang saat ini menakutkan baginya.
"Aku bisa pulang sendiri." Carol tetap kekeh dengan pilihannya, bagaimana mungkin ia bisa menghadapi Adrian di posisi saat ini? Terlebih lagi suasana hatinya yang sedang buruk.
"Caroline Aurellia." Tegas pria itu membuat bulu kuduk Carol semakin merinding, bisa – bisanya hanya dengan memanggil nama lengkapnya membuat kakinya melemas.
"That's being rude bro, calm down." Ucap Lucas yang peka dengan ketakutan Carol. Gadis ini, walaupun keberaniannya sudah meningkat, tetap saja takut jika berhadapan dengan seorang Adrian.
"Diem lo." Tukas Adrian membuat Lucas semakin tertawa.
"Kalau lo sekasar itu sama Carol, bisa – bisa dia ngajak gue kawin lari." Adrian menatap sosok pria tersebut yang tengah tertawa dengan tajam, kentara sekali dari raut wajahnya bahwa ia tak suka dengan Lucas.
Walaupun begitu, Lucas merupakan saingan yang cukup unggul bagi Adrian. Adrian tahu itu, ia hanya menjaga apa yang seharusnya menjadi miliknya saat ini.
"Carol, ayo pulang." Adrian melembutkan suaranya. Lucas benar, ia tak seharusnya sekasar itu.
"It's okay, pulang gih, udah di jemput pangeran kesiangan." Lucas mengusap bahu gadis itu perlahan, membuat Carol mengangguk pelan.
Langkah Adrian sempat terhenti ketika Lucas mengatakan sebuah kalimat,
"Tolong jaga Carol, sempet gue denger lo nyakitin dia lagi, gue orang pertama yang akan bawa dia lari dari lo." Ucap Lucas dengan nada serius, dia tidak main – main dengan ucapannya kali ini.
"Gue nggak akan pernah biarkan hal itu terjadi." Ucap Adrian dan langsung menarik tangan Carol dengan cepat.
Lucas hanya menatap sosok tersebut dengan tatapan nanar, dia lega sekarang, meskipun perasaannya tak terbalas, setidaknya ia sudah menyatakannya. Ia pun lega, setidaknya ia tahu, Adrian tak akan pernah menyakiti Carol.
******
Akan lebih baik apabila Adrian mengeluarkan kata – kata pedas dari mulutnya dibandingkan seperti saat ini, hanya diam, namun mengeluarkan aura yang mencekam yang membuat Carol kesulitan bernafas berada di samping pria itu.
Keasikan dengan melamun, sampai ia tak sadar bahwa mobil Adrian sejak tadi sudah berhenti di halaman rumahnya.
Adrian menghela nafas berat, mengusap wajahnya kasar. Gadis ini benar – benar menguras energi dan tenaganya.
"Nggak mau turun?" Tegur Adrian membuat Carol menghentikan aksi melamunnya. Dengan gerakan cepat, Carol melepaskan seatbelt yang terpasang di badannya dan segera membuka pintu mobil tersebut, namun tangannya ditahan oleh Adrian.
"Kamu seneng kan sekarang?"
"Lucas nggak akan datang ke acara pernikahan itu, sesuai keinginan kamu, kan?" Suara Carol yang melemah, membuat Adrian merasakan rasa sesak di dadanya. Bukan ini yang ia inginkan.
"Puas kamu sekarang?" Suara Carol terdengar sangat pilu, menyayat hati Adrian. Carol berusaha menahan tangisnya, Adrian tahu itu.
"Jawab." Satu tetesan air mata berhasil lolos dari kedua bola mata milik Carol. Ia kecewa bukan main, ia tak pernah menyangka, Adrian seegois itu.
"Egois." Lanjut Carol lagi, membiarkan air mata mengalir di pipinya. Adrian hanya terdiam, membiarkan gadis itu mengeluarkan semua unek – uneknya.
"Lucas itu sahabat terbaik yang aku miliki, bahkan dia merelakan perasaaannya hanya untuk seorang pria yang rasa egoisnya tinggi, Adrian Adhitama."
"Carol...." Panggil Adrian pelan, bahkan untuk menjelaskan semuanya, Adrian sudah tak sanggup.
"Bukan cuma Lucas yang menyimpan perasaan ke kamu, aku juga! Aku juga cinta kamu dari dulu! Dari kita kecil." Ucapan Adrian membuat Carol terdiam, ia tak pernah mengetahui hal ini.
"Dulu, waktu aku ninggalin kamu, itu bukan kemauan aku. Sejak aku kecil, aku selalu diberi amanat untuk menjaga Angel. Waktu itu Angel kecelakaan, aku bingung harus menolong siapa saat itu,"
"Aku memutuskan untuk menolong Angel, karena abang kamu ada di belakang kamu saat itu, sedangkan ngga ada yang bisa menolong Angel,"
"Angel itu sepupu aku, kedua orang tuanya pun sama sibuknya dengan kedua orang tuaku, cuma aku teman berbagi buat Angel,"
"Aku bahkan nggak tahu lagi harus menjelaskannya seperti apa, hidup aku selalu dibawah perintah orang tua ku, aku harus menuruti semua ucapan mereka, aku nggak pernah bisa melakukan hal yang ingin aku lakukan,"
"Karena itu, aku senang sekali, ternyata gadis yang ayah jodohkan untukku itu kamu, seumur hidup aku menunggu kesempatan ini,"
"Kamu fikir aku akan membiarkan kesempatan itu hilang begitu saja? Nggak Carol, itu alasan terbesar aku nggak mau kamu ketemu Lucas."
"Kenapa? Karena Lucas saingan terberatku, dia selalu ada di sisi kamu, menemani kamu saat kamu senang maupun sedih, wajar kalau aku segila itu untuk memisahkan kalian." Adrian menatap mata Carol dalam, bola mata gadisnya sangat indah, ia pasti akan memujanya setiap hari.
"Adrian...."
"Aku lega, aku bisa jelasin semuanya sama kamu. Sekarang, aku kasih kamu kesempatan untuk milih, aku atau Lucas."
"Aku nggak bisa maksa kamu untuk menerima perjodohan ini, aku nggak mau kamu tersiksa."
"Adrian..." Ucap Carol pelan, ia masih berusaha mencerna apa yang baru saja ia dengar. Adrian, Angel, dan Lucas, ketiganya membuat kepala Carol pusing. Apa yang baru saja ia dengar barusan?
Carol memegang keningnya dan memijatnya pelan. Ia benar – benar pusing, tidak tahu harus bagaimana sekarang.
"Are you okay?" Ucap Adrian panik, melihat Carol yang memegang keningnya, wajah gadis itu berubah menjadi pucat.
"Adrian, I love you. Seharusnya kamu nggak perlu merasa takut dengan kehadiran Lucas. Nggak mungkin Lucas menyerah dengan mudah kalau bukan karena aku memilih kamu. I choose you, from the start." Ucap Carol dengan jelas, membuat Adrian tak dapat menahan senyumnya, bohong jika ia bilang ia tak bahagia, ia sangat bahagia mendengar kalimat yang diucapkan oleh Carol.
Adrian membawa tubuh mungil Carol ke dalam pelukannya, memeluk gadis itu dengan erat, menyalurkan semua rasa bahagianya dalam pelukan tersebut. Carol hanya tersenyum dalam pelukan itu dan membalas pelukan Adrian.
"Maaf, untuk yang tadi, aku bilang kamu egois." Lirihnya pelan, Adrian menggeleng pelan, bukan salah gadisnya. Ini semua salah dirinya, seharusnya dari awal ia menjelaskan semuanya.
"Maaf, udah buat kamu menunggu sekian lama." Bisik Adrian mengeratkan pelukannya dan mengecup puncak kepala Carol berkali – kali.
Dalam hatinya, Adrian berbisik kepada Tuhan, bahwa ia takkan lagi melepaskan gadis di dalam pelukannya ini. Tuhan sudah berbaik hati memberikannya kesempatan kedua, kesempatan yang takkan ia sia – siakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Short StoryAdrian Adhitama, seorang lelaki yang terlahir nyaris sempurna, memiliki segalanya, bahkan hanya dengan mendengar namanya, seluruh perempuan akan dengan mudahnya menjabarkan begitu banyaknya kelebihan darinya. Caroline Aurellia, seorang gadis kutu bu...