Flashback (1)

651 54 6
                                    

sepuluh tahun yang lalu, New York.


Aurel saat kecil sangat suka bermain di sebuah taman dekat rumahnya. Entah bermain ayunan atau sekedar menikmati pemandangan langit yang biru disertai bunyi percikan dari air mancur di tengah taman.

Aurel tidak memiliki banyak teman, entahlah, rasanya sangat susah membuka diri kepada orang baru. Rasa canggung yang gampang menyerangnya dan rasa gugup ketika memulai pembicaraan dengan orang baru.

Aurel hanya memiliki dua teman, yaitu Viro dan Tama. Keduanya sama – sama lelaki yang sangat melindunginya, apalagi saat Aurel di bully oleh semua anak perempuan di sekolahnya. Viro dan Tama tanpa pikir panjang langsung memasang badannya, untuk melindungi Aurel.

"Tama, kalau kamu sudah besar nanti, kamu tetap akan berada di sebelah aku kan?" Ucapan Aurel kecil waktu itu dijawab dengan anggukan oleh Tama.

"Pasti! Tapi kamu juga harus punya teman ya? Aku suka ketika Aurel memiliki banyak teman!" Jawab Tama seraya tersenyum kecil.

"Viro, apakah kamu akan melakukan hal yang sama dengan Tama?"

"Tentu. Apapun untuk Aurellia." Jawaban Viro membuat Aurel tersenyum puas. Ia tidak perduli jika ia tak memiliki teman. Viro dan Tama berada di sampingnya sudah lebih dari cukup.

Namun semua harapan Aurel pupus saat Tama meninggalkannya. Di taman kesukaannya. Tama lebih memilih Thasia, murid baru saat itu. Tama meninggalkannya, sendirian.

Tama lebih memilih berlari menyelamatkan Thasia, saat tabrakan itu terjadi. Bahkan untuk melihat keadaan Aurel saat itu, yang lebih parah dari Thasia, Tama enggan melakukannya.

Aurel hampir saja tak tertolong, jika tak ada William, abangnya yang berlari ke arahnya dan memeluk tubuhnya yang tergeletak di tanah. Aurel hanya bisa menatap punggung Tama dari jauh, yang menggendong Thasia pergi dari taman itu.

Taman kutukan. Aurel sangat benci taman itu. Karena sejak hari itu adalah hari terakhir Aurel bisa menatap Tama. Setelah itu, Tama benar – benar menghilang dari hadapannya. Ia lebih memilih pergi menemani Thasia untuk berobat, tanpa pernah mencari tahu keadaannya.

Bahkan Viro ikutan menghilang, itu semua salahnya, salah Aurel. Yang Aurel inginkan adalah Tama datang untuknya, bukan Viro. Jadi Viro pergi, sesuai keinginannya.

Semua meninggalkan Aurel. Tak ada lagi yang memasang badan untuk melindunginya. Tak ada lagi senyuman hangat dan tulus untuknya. Aurel tak mempunyai teman lagi. Semua hilang dalam sekejap. 

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang