Semua murid sedang sibuk melaksanakan Ujian Praktek Biologi, beberapa alat dan bahan sudah tersedia di meja masing-masing kelompok murid dan juga sang guru yang sudah memberikan aba-aba untuk memulai praktek pada hari ini.
"Beneran gapapa? Kalau masih ngerasa sakit mending kamu di UKS aja." Ucap Lucas menatap Carol khawatir, masalahnya gadis tersebut tampak lemas, seolah-olah gadis itu bisa saja tumbang kapan saja.
"Gapapa, Cas. Masa aku nggak ikut Ujian Praktek." Carol memanyunkan bibirnya, Lucas terlalu lebay dalam urusan mengkhawatirkan dirinya, dia tak selemah itu.
"Kan bisa minta izin biar nggak ikut." Kekeh Lucas membuat Carol menggelengkan kepalanya pelan.
"I'm okay. Tenang aja." Ucap Carol final membuat Lucas tak membantahnya.
"Ini bahannya harus diapain?" Ucap Angel membuat Adrian yang sibuk mendengarkan pembicaraan antar Carol dan Lucas terhenti sejenak.
"Kita bagi tugas aja, aku yang racik bahan, kamu sama Lucas siapin pembakarnya." Ucap Adrian membuat Lucas menaikkan sebelah alisnya.
"Carol ngapain?" Tanya Lucas mewakilkan suara Carol yang bingung.
"Bantuin gue racik bahannya." Ucap Adrian lagi sambil menyerahkan alu dan lumpang satunya lagi ke Carol.
Carol melaksanakan tugasnya dengan diam, sambil sesekali melirik Adrian yang meracik bahannya dengan tenang. Entahlah, Carol sangat sulit memalingkan matanya hanya untuk sekedar tak berfokus pada Adrian.
"Ini pembakarnya udah jadi." Ucap Angel membuat Adrian mulai menaruhkan beberapa bahan yang telah ia racik ke tabung reaksi.
"Larutan Benedict-nya jangan lupa." Sergah Carol membuat Adrian teringat bahwa ia belum memasukan larutan tersebut.
"Wuih, keren! Berubah warna." Seru Angel dengan mata berbinarnya ketika bahan yang ada di dalam tabung reaksi tersebut berubah warna seiring dipanaskan oleh Bunsen yang tadi ia siapkan.
"Tolong dicatet, setiap perubahan warnanya." Ucap Adrian membuat Angel mengangguk dan mulai menuliskan beberapa tulisan di laporan praktek mereka.
Setelah selesai melakukan setiap bahan demi bahan untuk di uji coba, terakhir yang menjadi tugas mereka adalah untuk mencuci setiap alat lab yang mereka gunakan.
"Biar aku aja sama Carol yang cuci." Ucap Angel membuat kedua laki-laki tersebut mengangguk.
"Ehm, Carol, itu tabung reaksinya aku yang sabunin aja, kamu yang bilas." Ucap Angel membuat Carol hanya mengikuti perintah Angel.
Saat Carol ingin membilas tabung reaksi yang sudah di beri sabun oleh Angel, tangan licinnya membuat tabung reaksi tersebut jatuh ke lantai dan pecah menjadi butiran-butiran kaca.
"AW!" Teriak Angel yang kakinya berada di tepat tempat jatuhnya tabung reaksi tersebut, membuat kulit kakinya tergores karena terkena serpihan kaca.
Teriakan Angel sontak membuat Adrian dan Lucas menoleh dan menghampiri Angel dan Carol, sementara Adrian sibuk melihat keadaan kaki Angel yang mulai mengeluarkan darah, Lucas juga sibuk memeriksa keadaan Carol tentunya.
"Lo gapapa, kan?" Ucap Lucas panik sambil memeriksa seluruh badan Carol.
"Gapapa, Cas. Aku minta maaf ya, Angel, aku nggak bermaksud. Tangan aku licin." Ucap Carol merasa bersalah, membuat Adrian menatapnya tajam.
"Lo, hati-hati dong, ceroboh banget sih!" Tegur Adrian dengan nada dinginnya, mampu membuat Carol gemetar. Kejadian tempo hari saja masih membuat Carol takut.
"Heh biasa aja dong lo! Lukanya juga cuma seuprit." Ucap Lucas sinis, tak suka dengan sikap Adrian yang lebay menurutnya.
"Ian." Tegur Angel membuat Adrian memalingkan wajahnya dan membalut luka Angel dengan dasi miliknya.
"Aku gapapa kok. Cuma luka kecil." Ucap Angel lagi sambil tersenyum tak enak kepada Carol.
"Tuh, cewe lo aja bilang gapapa." Dengus Lucas membuat Adrian hanya menatap Lucas datar.
"Sini gue yang bersihin, biar lo nggak kena juga kacanya." Ucap Lucas mengambil sapu kecil yang ada di lab, membersihkan serpihan kaca yang ada di lantai.
"Cas, temenin lapor sama ketua lab." Carol menarik lengan baju Lucas, membuat Lucas jadi gemas sendiri.
"Iya, sini gue temenin. Gitu aja takut lo." Ejek Lucas membuang sisa-sisa kaca tersebut ke tong sampah.
"Biar gue aja." Ucap Adrian membuat Lucas menggeleng keras.
"Nggak perlu, gue aja sama Carol. Lo mending urus cewek lo sendiri, bersihin lukanya sana ke UKS." Tolak Lucas dan menarik Carol pergi dari ruang lab.
"Ck! Kamu sih, Ian. Kebiasaan banget jadi orang. Padahal cuma luka kecil doang sampe kaya gitu." Desah Angel yang kesal, ada-ada aja kelakuan Adrian ini memang.
"Kamu luka dan aku udah ditugasin untuk selalu jaga kamu." Ucap Adrian datar.
"Tapi kan nggak harus ngomong kasar kayak tadi! Mukanya Carol aja sampai ketakutan gitu." Dumel Angel yang hanya dianggap angin lalu oleh Adrian.
"Biarin aja, aku doain Carol jadian sama Lucas aja. Kalau sama kamu, kasian dia, nanti sakit hati mulu sama ucapan kamu yang pedes kaya cabe." Ucapan Angel membuat Adrian melotot ke arahnya.
"Jangan banyak omong, ayo ke UKS. Harus diobatin biar nggak infeksi." Ucap Adrian mengalihkan pembicaraan, agar Angel tak sibuk mengomeli dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Short StoryAdrian Adhitama, seorang lelaki yang terlahir nyaris sempurna, memiliki segalanya, bahkan hanya dengan mendengar namanya, seluruh perempuan akan dengan mudahnya menjabarkan begitu banyaknya kelebihan darinya. Caroline Aurellia, seorang gadis kutu bu...