Ep.2 Part 7

197 35 8
                                    

Disinilah Carol berada sekarang, di salah satu restaurant mewah yang berada di rooftop hotel bintang lima di ibu kota. Pemandangannya pun bukan main, kita dapat melihat pemandangan ibu kota dan seisinya dari ketinggian lantai 67.

"Abang." Bisik Carol gugup, membuat William menggenggam tangan adiknya erat, menyalurkan kekuatan kepada adiknya.

"Everything is gonna be alright. Trust me." Balasnya membuat Carol sedikit tenang. Dia pun berharap demikian.

Derap langkah kaki menuju ke arahnya, membuat Carol semakin tertunduk, tak berani menatap tamu ayahnya yang ia yakini sudah berada di hadapannya sekarang ketika suara ayahnya menyambut tamu tersebut dengan nada bahagia.

"Adi, saya senang sekali bisa bertemu anda." Ucap lelaki yang merupakan ayah Carol dan memeluk erat lelaki yang dipanggil Adi barusan.

"Saya juga sangat senang, kita bisa bertemu dan berkumpul kembali disini dengan keluarga kita." Balas pria tersebut dan membalas pelukan ayah Carol.

"Perkenalkan, ini anak saya yang pertama, William." Ucapnya membuat William tersenyum dan menjabat tangan teman ayahnya.

"William, om." Ucapnya membuat Adi tersenyum dan membalas jabatan tersebut.

"William sudah besar sekali ya, terakhir om ketemu kamu, kamu masih smp waktu itu." Ucapannya hanya dibalas senyuman oleh William.

"Ini anak gadis saya, Aurel." Ucap ayahnya lagi sambil menarik tubuh Carol agar berdekatan sedikit dengan dirinya.

"Aurel, om." Ucap Aurel sekenanya dan tidak lupa dengan senyuman yang ia paksakan di wajahnya.

"Nak Aurel sekarang cantik sekali ya? Om masih ingat waktu kamu kecil, sekarang ketika dewasa kamu sangat cantik." Ucap Adi yang terpukau dengan kecantikan Carol. Tak sia – sia usahanya selama ini mendidik anak laki – lakinya agar layak bersanding dengan putri dari Keluarga Darmawan.

"Maaf, saya terlambat." Ucap seorang lelaki yang baru saja datang. Suaranya, Carol sangat kenal sekali.

"Ini anak saya satu – satunya. Putra sulung saya, Adrian Adhitama." Ucap Adi dengan bangga memperkenalkan anak sematawayangnya dihadapan keluarga Carol, membuat Adrian hanya tersenyum, sebelum matanya bertatapan dengan mata milik Carol.

Seolah – olah terkunci, Adrian menatap Carol begitu intens, tatapan yang tak biasa ia lakukan ketika bertemu Carol dahulu, semasa remajanya, atau semasa ia kecil dahulu.

"Jadi bisa kita mulai kan pembahasan mengenai perjodohan hari ini?"

******

Carol menatap kolam renang di hadapannya dengan tatapan kosong. Adrian menarik tangannya dan membawanya kesini, menjauh dari pembicaraan kedua keluarga yang tengah membicarakan mengenai perjodohan dan tanggal pernikahan mereka berdua.

Kecurigaannya selama ini benar, ia dijodohkan dengan Adrian Adhitama, pewaris tunggal dari Adhitama Group, cinta pertamanya dan akan menjadi suaminya dalam beberapa bulan lagi.

Seperti ketiban durian runtuh, Carol bingung harus senang atau sedih. Senang karena Adrian lah pria yang dipilih oleh kedua orang tuanya, sedih karena kenyataannya mereka menikah karena sebuah perjodohan, bukan karena adanya cinta di antara mereka.

"Lo pasti bingung kan?" Ucap Adrian memecahkan keheningan di antara mereka. Carol menoleh ke arahnya sebentar sebelum ia kembali menatap kolam renang dihadapannya.

"Gue juga sama bingung kaya lo. Ternyata putri dari Keluarga Darmawan itu lo. Caroline Aurellia. Cewek cupu dan kutu buku di sekolah." Ucapan Adrian membuat Carol tersenyum pedih, perkataan Adrian benar, tetapi mengapa sangat menyakitkan di dengar oleh Carol?

"Batalkan sekarang, sebelum kamu menyesal akan menghabiskan seumur hidup kamu untuk menikah dengan cewe cupu seperti aku." Balas Carol membuat Adrian menatap Carol dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Nggak."

"Nggak akan semudah itu untuk gue melepaskan lo."

"Kenapa? Bukannya lebih baik kamu menikah dengan wanita yang layak bersanding dengan kamu?"

"Kemana larinya Angela Anasthasia? Wanita hebat yang selalu berada di samping kamu sejak dahulu? Bahkan sejak awal." Ucap Carol memberanikan dirinya untuk menatap wajah Adrian. Wajah yang ia rindukan bahkan hingga saat ini.

"Sekarang lo udah berani banyak bicara ya? Kemana larinya seorang Caroline Aurellia yang pendiam dan bersembunyi di balik punggung seorang Lucas Mahaviro?" Ucap Adrian dengan nada mengejek membuat Carol menggeram pelan.

"Jangan bawa – bawa Lucas!" Seru Carol membuat Adrian tertawa pelan sebelum ekspresinya kembali berubah menjadi datar dan menusuk.

"Dengerin ini, Caroline Aurellia, Putri satu – satunya dari Keluarga Darmawan Gue nggak akan pernah ngebatalin perjodohan ini dan gue nggak mau di bantah." Ucap Adrian dengan tatapan dinginnya yang menusuk bahkan ke dalam hati Carol.

Tatapan pria itu, sama seperti tatapan ketika Carol tak sengaja memecahkan tabung reaksi yang akhirnya menggores sedikit kaki Angel. Tatapan dingin itu, tak pernah berubah, tatapan dingin itu tetap untuk dirinya.

Carol harusnya sadar diri, bahkan setelah lewat lima tahun lamanya, Adrian tidak mungkin sudi untuk sekedar melihat ke arah dirinya barang sedetikpun. Carol terlalu banyak berharap dengan harapan yang tak pasti, yang tentu saja membuat dirinya terluka untuk kesekian kalinya. 

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang