Adrian Adhitama, seorang lelaki yang terlahir nyaris sempurna, memiliki segalanya, bahkan hanya dengan mendengar namanya, seluruh perempuan akan dengan mudahnya menjabarkan begitu banyaknya kelebihan darinya.
Caroline Aurellia, seorang gadis kutu bu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
******
"Bilang sama gue kalau itu semua bohong!" Siapapun bisa merasakan betapa perihnya ucapan tersebut hanya dengan mendengar nada bicaranya. Suara pria itu bergetar, berusaha menahan tangis.
"Cas, I can do nothing, you know it, right?" Hembusan nafas kencang beiringan dengan detak jantung Lucas yang berdebar hebat, bukan ini yang ia inginkan. Bukan akhir yang seperti ini.
"Jadi, selama ini gue ngapain?" Rintihnya memegangi kepalanya yang teramat sakit. Ia tak bisa menerima semua ini, kenyataan pahit yang tak pernah ia harapkan, pun tak pernah ia siapkan kehadirannya.
"Cas..."
"Carol, gue tau lo bukan orang yang bodoh, gue juga tau lo pasti tau perasaan gue ke lo, tapi kenapa? Kenapa lo ngelakuin ini?"
"You know, you really know how I love you, but you still do this to me?" Lucas menggelengkan kepalanya tak percaya, ternyata usahanya selama ini sia – sia.
"Bilang sama gue, usaha gue selama ini nggak sia – sia kan? Bilang sama gue!" Lucas memegang pundak Carol dengan kencang, membuat rasa sakit menjalar di bukan hanya di tubuh Carol tetapi juga di hatinya, ia tak pernah melihat sahabatnya sehancur ini.
"Cas, maaf...." Lirih Carol pelan, tak berani menatap manik mata milik Lucas.
"So, this is the end?"
"Cas, im really sorry, as I said before, I can do nothing."
Perlahan Lucas melepaskan tangannya dari pundak Carol, menatap wajag gadisnya untuk terakhir kalinya, sebelum Carol benar – benar tak bisa ia miliki.
"You can do everything. I said everything. Except for him. Am I right?" Bantahan Lucas menusuk tepat di dalam hati Carol. Lucas benar, bukan hanya tentang dia yang tak bisa berbuat apa – apa, tetapi karena ini tentang Adrian.
"How much Adrian hurt you in the past and future, you still love him. You can't deny it."
"Seharusnya gue sadar dari awal, gue emang akan selalu kalah dari Adrian, dalam hal apapun. But then again, I always deny it."
"Cas, jangan kaya gini." Carol berusaha menggapai jemari Lucas, namun Lucas melepaskannya kembali dengan perlahan.
"Aku harus gimana, Cas?" Tanya Carol masih berusaha menggapai jemari Lucas yang kembali ditepis oleh Lucas.
"Be happy with him. I swear to God, kalau dia nyakitin kamu, I kill him for you."
"Cas..."
"Maaf juga, gue nggak bisa dateng ke acara pernikahan lo." Lucas menyerahkan undangan yang Carol berikan kepadanya. Undangan dengan pita warna merah jambu yang manis, namun menjadi sebuah racun pahit bagi dirinya.
"Cas..... please?"
"Gue nggak bisa lihat lo di altar sama Adrian, gue nggak akan pernah bisa."
"At least, biarin gue menenangkan diri gue dan merelakan semua ini, nggak tau sampai kapan. Kalau udah selesai, gue pasti bakalan muncul lagi kok untuk sekedar menyapa."
"Cas......" Air mata yang Carol tahan sejak tadi akhirnya terjatuh. Ia tak mau kehilangan sahabat seperti Lucas, hanya Lucas yang mengerti dirinya sampai ke titik dasar terdalam.
"Jangan nangis, gue nggak pernah suka liat lo nangis." Lucas menghapus air mata yang berada di pipi Carol, mengusapnya dengan lembut, merasa bersalah karena dirinya lah air mata ini berada di pipi Carol.
"For last, gue boleh minta satu hal?"
"A hug, from you, mungkin bisa menenangkan gue, for the last time." Pinta Lucas yang diiringi anggukan cepat oleh Carol, apapun untuk Lucas.
"Im gonna miss you, really." Lucas mendekap tubuh Carol dengan erat, pelukan terakhir yang bisa ia rasakan, pelukannya seperti pelukan ibunya. Hangat dan nyaman, itu yang ia rasakan.
"Janji sama aku, kamu harus makan dengan baik, kurangin minum – minum, hiduplah dengan damai." Ucap Carol dengan suara isakan tangis di sela – selanya.
"I promise you." Lucas mengangguk pelan dan semakin mengeratkan pelukannya, pelukan yang tak akan pernah ia dapatkan lagi.
Lucas melepaskan pelukannya dan menghapus pelan sisa – sisa air mata yang berada di pipi Carol. Bukan dengan maksud lain ia melepaskan pelukan tersebut begitu cepat, ia tak buta, ia bisa melihat dengan jelas Adrian yang tengah berdiri sejak dua jam yang lalu, memantau apa yang tengah mereka lakukan dari luar.
"Gue ke sini cuma menuntaskan usaha gue, setidaknya gue nggak akan pernah menyesal karena hanya menyimpan perasaan gue ke lo. Lo harus bahagia ya? Biar gue nggak menyesal harus mengalah."
"Kamu juga harus bahagia, Cas. Find your happiness." Lucas hanya mengangguk, walau dalam hatinya ia berbisik lirih, hanya Carol yang bisa membuat dirinya bahagia, bukan wanita lain.
******
I loved you every minute, every second
Loved you even if it was for a moment
Always and forever can wait for the time because
You were not the one, I know that know
In a world still full of life, i see color
In a bit of time cause we deserve better
Always and forever when the right one comes because