Ep.2 Part 6

184 33 0
                                    

"Kenapa sayang? Makanannya kok nggak dimakan? Malah diaduk – aduk kaya gitu? Nggak enak? Biar mom suruh bibi ganti." Ucap wanita paruh baya yang memerhatikan anak gadisnya tak memakan makanan miliknya.

"Hm, enak kok mom." Ucap Carol pelan dan mulai menyendokkan makanan miliknya ke dalam mulutnya. William yang melihatnya hanya bisa mengerutkan keningnya, hari ini adik cantiknya sangat lesu, tak seperti biasa.

"What happen?" Bisik William bertanya, sedangkan yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

William menghentikan acara makannya, menghela nafasnya sebentar dan mengusap kepala adiknya dengan lembut.

"Lo tau kan, lo nggak bisa bohongin gue?" Ucap William lagi, membuat Carol terdiam sebentar dan menatap wajah abangnya.

"Nanti aja, abis makan." Jawab Carol yang diiringi anggukan oleh William. Mungkin Carol tak enak jika harus berbicara di depan kedua orang tuanya.

"Carol, William, lusa kalian berdua ikut mom and dad ke acara dinner ya." Ucap Ayahanda mereka berdua, baik Carol maupun William menatap ayahnya dengan tatapan aneh.

"Tumben?" Celetuk William, biasanya ayahnya tak pernah mau melibatkan keduanya ke acara bisnis atau apapun itu yang berhubungan dengan bisnis ayahnya.

"Bukan acara bisnis, hanya pertemuan makan malam biasa." Jawab lelaki tersebut seadanya. Carol hanya bisa terdiam dan tenggelam dalam pemikirannya yang banyak sekali pertanyaan – pertanyaan dan kebingungan – kebingungan yang tak terjawab.

"Tolong kosongkan jadwal kalian, nggak enak sama tamu ayah." Ucapnya lagi, membuat William hanya mengangguk mengerti.

"Habiskan makanan kalian." Tutupnya diiringi dengan suara dentingan piring serta peralatan makan yang beradu di ruang makan tersebut.

******

"Jadi, ada apa?" Tembak William ketika mereka berdua sudah berada di kamar megah milik Carol.

"Bingung ceritanya darimana?" Ucap Carol tak yakin, membuat William semakin bingung.

"Just tell me, what happen? Abang dengerin." Ucap pria tersebut membuat Carol menarik nafasnya panjang sebelum ia memulai berbicara.

"Yesterday, when we were in New York. Nggak sengaja aku denger pembicaraan abang sama dad."

"Hm?"

"Pembicaraan tentang perjodohan. Is it right?" Pertanyaan Carol tentu saja membuat William kelabakan. Bagaimana Carol bisa tahu rencana tersebut? Padahal ia dan ayahnya menyimpan hal itu rapat – rapat hingga waktu yang tepat.

"Answer me." Ucap Carol dengan tatapan sendunya. Jelas saja William tak tega, yang bisa ia lakukan adalah bersikap jujur dengan menganggukan kepalanya. Cepat atau lambat, Carol akan tahu hal ini.

"Why me?" Ucap Carol lirih, membuat William semakin tak tega mendengarnya.

"Kenapa nggak abang aja yang dijodohin? Kenapa Carol? Carol nggak mau menikah dengan lelaki yang Carol nggak cintai." Lanjutnya lagi yang membuat William langsung merengkuh tubuh adiknya ke dalam dekapannya. Mengusap kepala adiknya, membiarkan adiknya menangis di dalam pelukannya.

"Carol, daddy jodohin kamu pasti ada alasannya. Lelaki yang daddy jodohkan dengan kamu juga pasti lelaki yang baik. Nggak mungkin daddy jodohin kamu sama pria yang nggak baik."

"Tapi..."

"Di coba dulu ya? Kalau kamu bener – bener nggak cocok sama dia, abang bakalan berusaha bantuin biar perjodohan kalian gagal."

"Sekarang, kamu coba dulu ya? Lakuin ini demi abang." Carol menganggukan kepalanya, meskipun berat rasanya, ia harus mencobanya kali ini.

"Udah ya, jangan nangis lagi. Sekarang kamu tidur gih, udah malam." William menidurkan tubuh adiknya di kasur dan dengan perlahan menyelimuti tubuh adiknya dengan selimut.

"Goodnight little princess." Ucap William pelan dan mengecup kening Carol lembut sebelum akhirnya ia meninggalkan kamar Carol.

Carol hanya bisa termenung, menatap punggung abangnya yang menghilang dari balik pintu kamarnya dengan tatapan kosong. Ia bahkan tak tahu lagi harus bagaimana, yang bisa ia lakukan sekarang hanya mengikuti perkataan keluarganya. 

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang