Hari yang mereka berdua tunggu – tunggu telah tiba. Hari yang sakral dan akan mereka ingat seumur hidup mereka. Hari dimana mereka mengikat janji untuk menjadi satu dan bersama selamanya.
Adrian berusaha tersenyum di depan semua teman – teman dan keluarganya, menutupi debaran demi debaran yang ia rasakan dalam hatinya yang semakin kencang bahkan sejak beberapa hari ke belakang.
Adrian tak sanggup membayangkan betapa cantik Carol dalam balutan gaun putih yang terjuntai dengan indahnya, menggenggam tangan wanitanya di altar gereja dan mengucapkan janji suci mereka berdua di hadapan Tuhan, pendeta, keluarga dan teman – teman yang hadir.
"Akhirnya, jadi juga ya lo sama Carol kawin." Teriak Jeffrey dari balik pintu dan langsung memeluk erat Adrian.
"Nikah." Koreksi Adrian membuat Jeffrey tertawa pelan.
"Salut nggak sih sama perjuangan sahabat kita yang satu ini, udah nungguin dari Carol masih kecil sampai sekarang udah jadi dokter terkenal." Ucap Nichol yang ikut berpelukan dengan Adrian dan Jeffrey.
"Tolong ya, gue mau keponakan yang banyak, biar bisa diajak main bareng." Jeffrey menaikturunkan alisnya, menggoda Adrian yang menatapnya dengan tatapan sinis.
"Bikin sendiri." Ketus Adrian membuat Nichol tertawa mendengar jawaban Adrian.
"Mr. Adrian, sudah bisa masuk ke dalam altar gereja untuk memulai acara." Ucap salah satu staff wedding organizer membuat mereka bertiga memberhentikan acara berpelukan.
"Goodluck!" Seru Jeffrey menepuk pelan bahu Adrian, Adrian hanya mengangguk dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.
Semua keluarga dan teman – teman sudah duduk di masing – masing bangku yang tersedia di gereja. Alunan musik indah mengiringi jalannya acara. Debaran di jantung Adrian semakin menggila, seiring berjalannya waktu.
Pintu gereja terbuka, sosok Carol berdiri diujung sana, dalam genggaman ayahnya, berjalan dengan pasti menuju altar gereja dengan senyuman indahnya, bahkan air mata sudah berkumpul di ujung mata Adrian.
"Adrian, please take care of my lovely daughter, tugas saya sebagai ayah sekarang sudah beralih ke kamu, saya percaya kamu bisa membahagiakan dan menjaga anak perempuan saya satu – satunya dengan baik." Ucap pria tersebut dan menyerahkan tangan Carol ke dalam genggaman tangan Adrian. Adrian mengangguk pelan dan tersenyum.
Adrian menggenggam tangan Carol dengan erat, berjalan menuju sisi ujung altar, disana sudah menunggu pendeta yang akan memimpin acara janji suci mereka berdua.
"In the name of God, I, Adrian Adhitama, take you Caroline Aurellia Darmawan, to be my wife. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part."
Adrian mengucapkan janji suci itu dengan sangat lancar dan lugas, ia berjanji untuk selalu ada bersama Carol, baik suka maupun duka, ia sudah berjanji di hadapan Tuhan dan menjadikan Carol sebagai nyonya Adhitama.
"In the name of God, I, Caroline Aurellia Darmawan, take you Adrian Adhitama, to be my husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part."
Setelah pengucapan janji pernikahan oleh Adrian dan Carol, tak lama kemudian terdengar suara sorakan dari kursi tamu yang ricuh, siapalagi kalau bukan teman-teman Adrian yang meneriaki dengan seruan kencang.
"CIUM! CIUM! CIUM!" Sorakan tersebut membuat Carol salah tingkah, sedangkan Adrian cukup malu karena tidak mengira bahwa teman – temannya akan melakukan hal tersebut.
Perlahan Adrian membuka tudung putih yang terpakai di kepala Carol. Menyingkapnya pelan, sehingga ia bisa melihat dengan jelas wajah cantik istrinya. Adrian bahkan meneteskan air matanya, tak sanggup berkata apapun. Impian dalam hidupnya sudah tercapai, seumur hidup ia akan bersama dengan wanita yang ia cintai.
"Adrian, don't cry." Ucap Carol pelan, Adrian hanya tersenyum, pandangannya mengabur, air matanya semakin deras sekarang. Adrian sangat bahagia hingga ia harus menangis dihadapan Carol.
"Caroline Aurellia, I love you." Ucapan Adrian terakhir sebelum bibirnya mendarat di bibir Carol yang membuat sorakan kencang dari teman-teman dan keluarga mereka yang menggema di ruangan gereja ini.
"I love you too, Adrian Adhitama." Balas Carol setelah adegan ciuman mereka berakhir, membuat Adrian tersenyum bahagia dan menyeka sisa – sisa air mata di pipinya.
Perjuangan mereka sebelumnya bukanlah perjalanan yang sangat singkat untuk mereka berdua lalui melainkan perjalanan yang sangat panjang, maka hari ini adalah hari dimana mereka mengikat diri mereka menjadi satu, untuk memulai perjalanan yang jauh lebih panjang yang akan mereka lalui bersama.
*****
Adrian & Caroline
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Short StoryAdrian Adhitama, seorang lelaki yang terlahir nyaris sempurna, memiliki segalanya, bahkan hanya dengan mendengar namanya, seluruh perempuan akan dengan mudahnya menjabarkan begitu banyaknya kelebihan darinya. Caroline Aurellia, seorang gadis kutu bu...